"Ayo joget lagi! Ayo lagi!"
Suara riuh dan membahana terdengar begitu memekakkan telinga, tetapi suara musik yang begitu menggelegar terlihat sangat dinikmati oleh para pengunjung bar yang identik dengan dunia gemerlap. Para manusia itu tampak sedang berjoget dan bernyanyi seraya menggerakkan tubuh dengan begitu erotis, menikmati setiap alunan musik yang membuat tubuh mereka seakan mendapat tarikan magnet untuk berjoget dan meliuk-liuk.Bahkan terlihat beberapa pasangan yang asyik berciuman dan bercumbu di tempat tersebut, tanpa mempunyai rasa malu karena disaksikan oleh beribu pasang mata. Beberapa dari mereka bahkan terlihat sudah hampir setengah telanjang, dengan pakaian yang sudah nyaris lolos dari tubuh para pasangan mesum tersebut.Seorang pria bertopi hitam terlihat sedang berjalan keluar dari bar dengan langkah sempoyongan. Pria itu sedang asyik menenteng botol minuman keras di tangan kanannya. Sedangkan tangan kirinya ia gunakan untuk meraba-raba jalan yang akan dilaluinya. Secara tiba-tiba pria itu nyaris terjatuh dan hampir saja terjerembab di area parkiran bar. Namun, dengan sigap dua orang pria bertubuh kekar berhasil menangkap tubuh pria tersebut."Tuan Arion, apa kau baik-baik saja?" Salah seorang pria bertanya."Yes, i'm fine. Sekarang antarkan aku ke hotel," pinta pria yang dipanggil Arion itu dengan kedua mata yang tampak sembab."Baiklah." Kedua pria langsung menganggukkan kepala.Mereka kemudian membawa Arion masuk ke dalam mobil, dan segera melarikannya menuju ke salah satu hotel terdekat, supaya pria itu bisa segera beristirahat.---Cekrek! Cekrek!Seorang gadis berparas cantik nan bertubuh seksi tengah melenggang dan berpose di atas sebuah panggung pemotretan. Dengan busana minim yang dikenakannya, membuat beberapa bagian sensitif dari gadis itu nyaris saja terekspose dengan jelas."Nah ya, Elara . Pertahankan posisi itu," kata seorang fotografer kepada model cantik yang bernama Elara tersebut.Elara Margretha, seorang model papan atas berwajah cantik nan bertubuh seksi yang kesempurnaan fisiknya sangat sulit dideskripsikan dengan kata-kata. Gadis berusia 22 tahun itu sangatlah menawan dengan kulit putih bersih bak gadis Korea. Serta dipadukan dengan hidung mancung dan bibir seksinya, membuat para penggemarnya menyebut bahwa Elara memiliki kemiripan dengan salah satu idol Korea.Tak hanya itu saja, tetapi Elara juga memiliki tubuh seksi bak artis Hollywood. Sehingga hal itu membuat para pria banyak yang mengantri untuk menjadi pasangan kekasihnya. Akan tetapi, Elara sama sekali belum berminat untuk merajut kasih dengan seorang pria. Ia masih ingin bebas tanpa adanya ikatan dengan pria manapun."Sipp. Hasil fotonya sempurna," ucap fotografer yang tersenyum puas sambil menatap hasil potretannya yang sempurna."Bagaimana hasilnya? Aku mau lihat." Elara segera turun dari stage dan menghampiri fotografernya."Seperti biasa, kamu selalu cantik dan seksi," bisik sang fotografer sambil tersenyum nakal."Ishh." Elara memalingkan wajahnya yang mendadak terlihat masam.Setelah acara pemotretan selesai, Elara segera duduk di salah satu ruang makan VIP yang ada di hotel tempatnya melakukan sesi pemotretan tadi. Ia tampak sibuk memainkan ponselnya, sambil sesekali tersenyum dengan begitu cantik."Semua berita di dunia maya memuat tentang diriku. Tentang kecantikanku, keseksianku, dan juga prestasiku. Huft, aku benar-benar bangga dengan semua ini." Elara merasa berbangga diri, karena hampir seluruh warga dumay memuja-muja dirinya.Elara terlalu bosan untuk melihat-lihat potret dirinya, karena itu sama sekali tak menarik baginya. Gadis cantik berambut coklat panjang itu kemudian segera mencari-cari foto idolanya. Seketika senyumnya merekah, saat ia melihat gambar seorang pria yang merupakan aktor terkenal dari Jerman. Seorang pria berkulit putih mulus, berwajah tampan, dengan anting yang terpasang di telinganya, membuat Elara merasa begitu terpukau dengan sosok tersebut. Tato yang terukir di lengan sang pria juga tak luput dari kekaguman Elara."Arion, kenapa kamu begitu tampan?" Elara menatap gambar pria bernama Arion itu hingga nyaris tak berkedip.Ia terlalu sibuk memainkan ponselnya itu, sampai-sampai tak menyadari kehadiran seorang pria yang rupanya telah duduk di hadapannya."Selamat malam, Elara," sapa pria tersebut.Sontak saja suara pria itu membuat Elara tersentak kaget. Segera saja ia menghentikan aktivitasnya, dan mengangkat wajah untuk melihat siapakah sosok yang sedang berada di hadapannya saat ini."Eh, Revand. Selamat malam juga," balas Elara, ketika mengetahui bahwa pria di hadapannya adalah Revand, salah seorang pria yang selama ini selalu berusaha mendekatimya."Sedang sibuk?" tanya Revand yang terus menatap wajah serta tubuh Elara yang sangat menggodanya.Terlebih karena saat ini Elara sedang mengenakan busana minim, dan juga duduk dengan menyilangkan kakinya, hingga membuat paha mulusnya terekspose sempurna.Revand bahkan harus susah payah meneguk salivanya, karena melihat pemandangan itu. Bahkan tatapannya juga terus lekat pada kedua dada Elara yang membusung sempurna, dan hanya tertutupi oleh minidress dengan belahan dada rendah yang memperlihatkan sebagian kulit dadanya tersebut."Aku nggak lagi sibuk kok. Kebetulan pemotretan juga udah selesai," jawab Elara dengan acuh.Mereka pun berbincang-bincang selama beberapa menit. Selama itu pula, Revand tak bisa menahan diri dan tubuhnya yang terus mendesak karena melihat tubuh seksi Elara. Namun, ia berusaha untuk tetap bersikap tenang, karena masih ada hal yang harus dilakukannya setelah ini.Tak lama kemudian, seorang pelayan datang dengan membawa dua gelas berisi minuman. Satu gelas berisi wine untuk Revand, dan satu gelas lemon tea untuk Elara, karena gadis itu memang tak terbiasa meminum alkohol."Revand, minumlah. Karena sebentar lagi aku juga akan segera pulang," tunjuk Elara pada gelas di depan Revand."Baiklah, Elara. Mari kita minum," angguk Revand dengan menyesap sedikit wine di dalam gelasnya.Manik matanya terus mengarah pada Elara yang tampak menghabiskan minumannya dalam beberapa tegukan saja, karena sepertinya gadis itu benar-benar kehausan. Revand tersenyum aneh, ketika melihat gelas di hadapan Elara yang sudah kosong.Setelah menghabiskan minumannya, Elara segera beranjak dan meraih ponselnya yang tergeletak di atas meja."Revand, aku pulang dulu," pamit Elara dan segera melenggang pergi."Hmm, baiklah." Revand mengangguk dan melanjutkan acara minumnya kembali.Namun, baru beberapa langkah Elara berjalan, tiba-tiba saja tubuhnya sempoyongan. Kepalanya mendadak terasa pusing, dan ada rasa aneh yang menjalari seluruh tubuhnya. Elara terlihat gelisah, dan beberapa kali menggesekkan kedua kakinya sendiri dengan kegelisahan yang semakin menjalar."Astaga, apa yang terjadi dengan tubuhku? Kenapa rasanya aneh seperti ini?" cemas Elara seraya menggosok tengkuk dengan telapak tangannya.Kondisi tubuhnya benar-benar sangat aneh. Sekujur tubuhnya memanas hingga menjalar ke ubun-ubun. Elara sama sekali tak tahu apa yang terjadi, tetapi yang jelas saat ini ia merasakan bahwa tubuhnya sangat membutuhkan….Sebuah sentuhan.“Kalau kamu mau, sentuh aku, Ben. Aku akan berikan tubuhku malam ini untukmu,” ucap Liza yang kini sudah melepaskan bra nya.Kedua payudaranya bergantung sempurna, sangat besar dan bulat seperti silicon. Perlahan ia juga melepaskan celana dalamnya dan kembali membuka kedua kaki untuk duduk di pangkuan Ben.Malam itu, ketegangan di ruang tamu rumah Ben berubah menjadi panas yang tak bisa ditahan lagi. Nafas Ben terengah, otaknya berkata tidak, tapi tubuhnya sudah menyerah sejak lama.“Liza, jangan,” suara Ben parau, tetapi tangannya sudah bergerak sendiri, meraba pinggang mulus gadis itu yang sudah tak tertutup sehelai kain pun.“Ben, tolong,” bisik Liza, seraya melingkarkan kedua lengannya di leher Ben, dan menempelkan payudara montoknya di dada pria itu.“Aku butuh kamu. Aku butuh tahu siapa yang sudah membuat Arion berubah. Aku tahu kalau hanya kamu yang bisa melakukan itu. Jadi, malam ini kamu bisa menikmati tubuhku sepuasnya asalkan kamu mau membantuku.” Jari Liza menangkup rahang
Di Jakarta, lampu-lampu kota masih menyala terang, tapi di dalam apartemen lantai 20 milik Elara, suasananya terasa semakin mencekam. Tirai jendela ditutup rapat, semua lampu dipadamkan, hanya lampu meja kecil di pojok kamar yang menyala redup.Elara duduk di sofa, tubuhnya gemetar, matanya terus menatap pintu seakan-akan ada seseorang yang akan mendobrak masuk kapan saja.“Kalau dia datang lagi, aku harus gimana?” bisiknya pada diri sendiri, suaranya hampir tak terdengar.“Revand itu benar-benar nekat. Berani-beraninya dia datang ke apartemenku?”Bayangan Revand, lelaki brengsek yang pernah nekat datang ke apartemennya beberapa malam lalu, terus menghantui pikirannya. Ingatan tentang tangan kasar itu, tatapan buas itu, membuat Elara menggigil. Dia tahu, bertahan di sini sama saja dengan menunggu neraka datang kembali.“Aku nggak bisa begini terus. Aku nggak bisa tenang, dan nggak bisa tidur. Kalau nanti dia datang lagi gimana?”Setelah semalaman tanpa tidur, Elara akhirnya membulatka
Berlin, Jerman.Kini di sebuah club malam yang sangat ramai, lampu warna-warni terlihat sangat jelas memenuhi ruangan. Suara musik yang keras, menghantam indra pendengaran orang-orang yang ada disana.Tepat di sebuah club malam berbintang, Arion baru saja mendudukkan bokongnya di salah satu sofa. Namun, seketika pria itu terperanjat kaget ketika seorang gadis cantik nan berpakaian setengah terbuka, langsung menghampiri dan duduk di pahanya."Aku sangat merindukanmu, baby," bisik Liza, dengan tangan yang sudah melingkar di leher Arion."Aku juga merindukanmu, baby," bisik Arion, yang kini mulai ikut melingkarkan tangannya pada pinggang ramping milik Liza.Pria itu tersenyum menatap wajah cantik kekasihnya yang lama tidak dia lihat. Liza menangkup kedua pipi Arion, lalu dengan lembut ia mengelus pipi kekasihnya itu."Tapi kamu masih cinta padaku kan, Sayang?" tanya Liza tanpa ragu, dan membuat Arion lekas menganggukkan kepalanya."Tentu saja aku masih sangat mencintaimu, baby."Liza ter
Prok, prok, prok. Suara high heels menghantam lantai marmer hotel berbintang lima, menggema di lobi yang megah. Lampu kristal berkilauan di atas kepala, namun kilau itu sama sekali tak mampu menutupi wajah berantakan seorang gadis yang melangkah cepat, hampir berlari. Air mata membasahi pipi mulusnya, luntur bersama riasan tipis yang sejak awal mempercantik parasnya. Elara. Gadis itu menggigit bibirnya, matanya merah penuh amarah. “Brengsek! Semua gara-gara Revand sialan itu. Aku harus bikin perhitungan!” desisnya begitu tiba di depan hotel, menepis tatapan ingin tahu dari beberapa tamu yang baru saja datang. Tangannya gemetar saat merogoh ponsel dari clutch kecilnya. Dengan jari yang masih basah air mata, ia buru-buru memesan taksi online. Udara malam menusuk kulitnya, namun panas di dadanya jauh lebih membakar. Tak lama kemudian, mobil berwarna hitam berhenti tepat di depannya. Elara masuk tanpa banyak bicara. Di kursi belakang, ia bersandar dengan napas tersengal. Lampu jalan
Elara terus berusaha menutupi tubuh polosnya dengan sehelai selimut, yang saat ini juga tengah menutupi tubuh indah nan menawan milik Arion. Jujur saja sebenarnya ia masih merasa geram, karena sedari tadi pria itu terlihat selalu menatap remeh ke arahnya. Bahkan Elara bisa melihat, kalau Arion terus saja mencuri pandang untuk memanjakan kedua matanya dengan setiap inci keindahan dari tubuh Elara. Merasa bahwa Arion terus saja memperhatikan tubuh indahnya, membuat Elara segera menarik selimut ke arahnya dengan maksud untuk menutupi seluruh tubuhnya, tanpa seinci pun yang akan bisa dilihat oleh sang aktor. Namun, rupanya apa yang dilakukan oleh Elara itu justru menimbulkan pemandangan tak terduga. Bagaimana tidak? Saat ia menarik selimut ke arahnya, justru hal itu membuat selimut tergeser dari tubuh Arion, membuat tubuh polos pria itu terekspose sempurna. Bahkan Elara bisa melihat, bahwa bagian bawah pria itu masih berdiri tegak dengan gagahnya. "Aaa … apa yang kamu lakukan hah?" ter
Bersamaan dengan itu, pria itu pun akhirnya bisa membobol dinding pertahanan yang Eara jaga mati-matian selama ini. Elara terus menjerit kesakitan dan sesekali meracau, ketika pria itu menghentaknya dengan berbagai ritme gerakan. Pergulatan panas pun terjadi dengan begitu dahsyat malam itu, karena ternyata pria itu sangatlah hebat di atas ranjang. Sedangkan pria itu tak hentinya memuji Elara, karena gadis itu terasa begitu nikmat dan berbeda dari wanita-wanita lain yang pernah tidur dengannya. Setelah bermain sekitar dua jam, akhirnya mereka pun sama-sama terkulai lemas setelah mencapai puncak kenikmatan. * "Aww." Elara terbangun dengan memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. "Apa yang terjadi?" Gadis itu menatap ke sekeliling tempatnya berada saat ini. Ia merasa sangat asing dengan tempat ini, dan Elara yakin jika tempat ini bukanlah rumahnya ataupun kamar tidurnya. "Ada dimana aku?" tanyanya lagi dengan raut wajah penuh kebingungan. Elara pun mencoba untuk bangun