Share

Bab 2. Efek Obat Perangsang

"Arrggh, apa yang terjadi padaku? Kenapa tubuhku mendadak jadi seperti ini?" Elara mengerang, merasakan keanehan yang terus menjalari sekujur tubuhnya.

“Ada apa dengan aku?” bisik Elara dalam hati.

Elara merasakan sesuatu yang berbeda pada dirinya. Sesuatu yang membuatnya merasa kepanasan. Bukan kepanasan akibat cuaca seperti pada umumnya, melainkan rasa kepanasan yang sama sekali tak pernah dia rasakan sebelumnya.

“Kenapa tubuhku jadi seperti ini? Rasanya sangat aneh.” ucap Elara sambil memegang tengkuknya.

Elara merasa kepanasan usai meminum segelas lemon tea, minuman pesanannya. Lemon tea yang memiliki perpaduan rasa manis dan juga asam dari perasaan jeruk itu seharusnya memberikan rasa kesegaran pada dirinya namun, justru sebaliknya. Dia merasa aneh pada seluruh tubuhnya. Tubuhnya seolah makin panas namun bukan panas pada umumnya.

“Kok rasanya panas ya di sini? Aneh sekali.” ucap Elara sambil berkipas menggunakan tangannya.

Ia terlihat sangat gelisah dan benar-benar tak nyaman. Sementara Revand yang sejak tadi memperhatikannya, kini segera beranjak dan lekas berdiri menghampiri Elara.

"Elara, kamu kenapa?"

"Aku nggak tahu, Revand. Tiba-tiba saja tubuhku terasa sangat panas," balas Elara semakin cemas.

“Panas? Mungkin itu hanya perasaan kamu saja. Ah… apa mungkin karena kamu sedang lelah? Minum saja lagi lemon teanya. Atau mau aku pesankan yang lain?” tanya pria itu dengan senyuman aneh yang berusaha ia sembunyikan.

Elara hanya terdiam saat mendengar ucapan pria itu dan terus saja mengipas-ngipas lehernya dengan kedua tangannya. Namun, kali ini lebih kencang. Sejujurnya, Elara mulai merasa curiga dengan apa yang terjadi pada dirinya. Sebelumnya dia tak pernah merasakan rasa kepanasan seperti itu. Kepanasan yang sebenarnya tak bisa dia jelaskan dengan kata-kata.

Sementara Revand yang melihat Elara kepanasan seperti itu, segera tersenyum penuh kemenangan.

“Rencanaku berhasil rupanya. Efeknya sangat cepat. Di luar dugaanku.” ucap Revand dalam hati.

Sepertinya pria itu memang memiliki niat buruk pada Elara tanpa disadari oleh gadis itu. Entah apa yang tengah direncanakan pria itu pada Elara namun yang jelas pria itu nampak sangatlah senang. Bak memenangkan sebuah permainan dengan hadiah yang luar biasa.

“Aduh, kok makin panas begini?” keluh Elara pada Revand.

“Masa sih? Aku kok merasa biasa-biasa saja. Apa kamu mau aku pesankan minuman segar lainnya?” ucap Revand seolah-olah ingin membantu walaupun bukan seperti itu niat di dalam hatinya.

“Nggak… nggak perlu Revand!” ucap Elara sambil meneguk habis air lemon teanya tanpa sisa.

Revand melihat hal itu makin sumringah dan berusaha makin mendekati gadis itu. Awalnya ia hanya mendekati Elara dari posisi duduk saja, tapi lama kelamaan Revand mulai berani merangkul Elara dan mulai merayunya untuk ikut bersamanya.

“Ehm, bagaimana kalau kita pergi saja dari sini?” ajak Revand lembut menggoda.

“Pergi? Kemana?” tanya Elara penuh tanya.

“Iya, pergi ke mana saja. Mungkin udara di sini kurang cocok dengan kamu. Aku tahu sebuah tempat yang menawarkan udara yang lebih sejuk dan aku yakin kamu akan merasa nyaman di sana. Bagaimana?” tanya Revand yang terus merayu Elara.

Elara yang mendengar hal itu nampaknya mulai tergoda untuk mengikuti ucapan Revand.

“Memangnya tempat itu di mana? Dan sejak kapan kamu tahu tempat seperti itu?” Elara bertanya dengan polosnya.

“Kamu tenang saja, dan serahkan semua padaku. Aku yakin kamu akan senang dan rasa kepanasan kamu itu bakalan hilang dengan sendirinya.” Revand berkata dengan penuh keyakinan.

Tanpa pikir panjang lagi, Elara hanya bisa mengangguk dan menuruti semua perkataan Revand. Revand pun dengan sigap merangkul tubuh seksi Elara lalu kemudian mengajaknya pergi dari tempat itu untuk ikut bersamanya.

“Ya sudah Revand, ayo kita pergi sekarang saja. Aku benar-benar sudah merasa tak nyaman dan sangat kepanasan.” ucap Elara sambil membalas rangkulan Revand padanya.

“Ayo, kita pergi sekarang.” ucap Revand sambil mengeratkan rangkulannya pada pinggang ramping Elara.

---

Elara bak kerbau yang dicocok hidungnya saja saat itu. Ia hanya menurut saja pada apapun yang dikatakan dan dilakukan oleh Revand tanpa menolak sedikit pun. Entah apa yang sudah dilakukan oleh Revand pada wanita seksi yang kini seolah sudah ada dalam genggamannya.

Revand semakin berani menyentuh bagian tubuh Elara. Yang awalnya hanya merangkul bagian atas tubuh Elara, yaitu bahunya, kini mulai menjalar ke bagian sensitif wanita lainnya. Tangan Revand mulai menjelajah liar.

Rangkulannya pelan-pelan turun ke bawah menuju pantat Elara yang sangat berisi dan perlahan tangannya mulai menuju area tengah, yang merupakan area paling sensitif wanita.

Namun anehnya, Elara tak sedikit pun keberatan akan perlakuan Revand itu. Elara justru hanya diam dan terlihat seolah menikmati setiap sentuhan penuh makna Revand itu. Sesuatu tengah membuat Elara tidak seperti dirinya sendiri. Karena apapun yang dilakukan Revand padanya seolah membuat dirinya benar-benar merasa nyaman apalagi saat pria nakal itu menyentuhnya.

“Ayo pelan-pelan,” ucap Revand sambil menutup pintu mobilnya dengan penuh senyum kemenangan.

Revand pun dengan cepat memacu mobilnya menuju tempat yang sebenarnya sudah dia siapkan sesuai rencana yang tengah dia buat.

“Kita sebenarnya ke mana, Revand? Dari tadi belum sampai-sampai juga?” tanya Elara mulai curiga.

“Iya, maaf tempatnya lumayan jauh dari tempat awal kita tadi. Sebaiknya kamu istirahat saja dulu. Nanti begitu santai, secepatnya aku bangunkan kamu.” ucap Revand mencoba menenangkan.

Revand nampaknya sengaja memacu mobilnya dengan kecepatan yang minimum agar dirinya bisa leluasa menikmati waktu bersama Elara. Mungkin lebih tepatnya menikmati tubuh Elara dari luar sebelum tujuan utamanya tercapai.

Selama di dalam perjalanan menggunakan mobil, Revand memberikan pelayanan yang sangatlah istimewa untuk Elara. Di mulai dari dirinya yang membukakan dan menutupkan pintu mobil untuk Elara, memanjakan telinga gadis itu dengan musik klasik kesukaannya, hingga menyalakan AC mobil untuk meredam rasa panas di tubuh Elara.

Tapi apa yang Revand siapkan tidaklah gratis. Dia menuntut bayaran yang lebih dari apa yang dia berikan. Dia memang melayani Elara dengan baik selama di mobil namun, dia juga mengambil keuntungan yang cukup besar dari itu semua. Perlahan namun pasti, tangan liar Revand tidak seketika diam dan fokus pada jalan.

Dia terus saja menyentuh tubuh molek Elara mulai dari pipi, bibir, hingga tubuh bagian bawah bahkan area sensitif Elara berulang kali dia sentuh.

“Kamu tidak apa-apa kan?” tanya Revand sambil menyentuh tubuh Elara terus-menerus.

Sementara Elara yang melihat dan merasakan perlakukan tak sopan Revand seolah tak mampu berkata tidak. Dia seolah ikut menikmati apa yang tengah Revand lakukan padanya. Pahal hal itu jelas tengah melecehkan dirinya sebagai perempuan. Namun entah kenapa dia tak sanggup menghentikannya. Sentuhan Revand bak obat dari perasaan-perasaan aneh yang tengah menimpanya sejak tadi. Dalam pikiran sadarnya Elara mulai memikirkan penyebab dirinya seperti itu.

‘’Revand, berapa lama lagi kita akan sampai?” tanya Elara yang sepertinya mulai kembali kesadarannya.

“Sebentar lagi .... kita sudah dekat.” jawab Revand mencoba menenangkan dan memacu kecepatan mobilnya secara maksimal.

Elara nampaknya mulai sadar dan dia dengan sopan menghentikan tangan liar yang terus menggerayangi tubuhnya sejak tadi.

“Fokus saja dengan jalan, Revand!” ucap Elara dengan tegas sambil menjauhkan tangan Revand dari tubuhnya.

Revand yang menyadari sikap Elara yang mulai sadar itu kembali fokus pada rencana dan tujuan awalnya. Dia berhenti menyentuh tubuh indah Elara dari luar karena tempat yang dia tuju ini merupakan tempat yang menjadi tujuan utamanya. Tempat yang membuat Revand akan mendapatkan lebih bahkan dari apa yang sebelumnya dia dapat selama perjalanan yang cukup panjang itu.

Sebuah tempat yang kelak membuat Revand mabuk kepayang, tempat yang membuat dirinya leluasa untuk menyentuh tubuh indah Elara. Bukan hanya dari luar melainkan menyentuh sampai bagian terdalam sekalipun bisa dia lakukan.

---

Mobil Revand terparkir dengan rapi di sebuah parkiran gedung tinggi nan mewah. Rupanya Revand membawa Elara ke sebuah hotel mewah yang ada di kota itu. Elara yang masih tenang duduk di samping Revand kini dalam keadaan tertidur. Sementara Revand hanya bisa tersenyum penuh arti.

Dengan perlahan dan hati-hati Revand mengeluarkan tubuh Elara dari dalam mobil yang dibantu oleh beberapa orang yang sepertinya merupakan orang suruhannya. Revand sangat hati-hati mengeluarkan tubuh Elara agar dia tak terbangun dari tidurnya. Elara yang saat itu tengah lelap entah karena efek lemon tea yang diminumnya kini tengah berada dalam bawah sadarnya.

“Sudah kalian siapkan semuanya?” tanya Revand pada beberapa laki-laki itu.

“Sudah bos. Semuanya sudah kami siapkan sesuai perintah bos.” jawab salah satu laki-laki.

Dengan cepat dan penuh gairah Revand membawa Elara ke dalam sebuah kamar hotel. Sebuah kamar hotel bertaraf VVIP. Kamar hotel yang berukuran cukup luas dengan desain mewah yang menandakan sang pemesan bukanlah orang sembarangan.

“Akhirnya…di tempat ini kau menjadi milikku seutuhnya, Elara…” ucap Revand penuh keyakinan.

Revand membawa Elara menuju kamar hotel pesanannya dengan penuh kebahagiaan. Hal itu terlihat dari senyuman penuh kelicikan dari pria nakal itu. Revand terus tersenyum sambil mengingat rencana busuknya itu. Bagaimana dia tidak tersenyum, rencana yang telah dia susun sedemikian rupa ternyata berjalan sesuai ekspetasinya.

Dimulai dari dirinya yang telah berhasil memberikan obat perangsang di minuman sang model cantik itu hingga membuat dirinya mengalami kepanasan yang bukan karena udara melainkan reaksi obat rangsangan itu sendiri.

‘’Obat perangsang itu rupanya bereaksi dengan sempurna.” bisik Revand sambil menatap wajah Elara lalu tersenyum penuh kemenangan.

Obat perangsang yang dimasukkan Revand ke dalam lemon tea Elara membuatnya bergairah dan ingin bercinta. Namun, sosok Elara yang tak pernah melakukan hal itu membuatnya menjadi bingung dan sulit mendeskripsikan apa yang dirasakan oleh tubuhnya.

---

Revand pun kini bersiap dengan aksinya. Aksi lanjutan yang sudah dia bayangkan sebelumnya. Tubuh indah Elara dia rebahkan di atas ranjang mewah itu. Dengan beringas, Revand pun memulai petualangannya menjelajahi setiap titik tubuh indah Elara. Mulai dari mencium bibir Elara hingga menyentuh bagian tubuh gadis itu yang lainnya.

“Kamu milikku seutuhnya Elara. Aku akan membuatmu tidak akan melupakan apa yang kita lalui saat ini. Bahkan aku pastikan kamu akan mengingatnya seumur hidupmu,” bisik Revand dengan lembut sambil menyentuh tubuh Elara terus-menerus.

Elara yang kesadarannya perlahan kembali semakin merasa gelisah, dan tak tenang karena merasa tak nyaman dengan sentuhan di tubuhnya. Sedangkan Revand seolah tak memerdulikannya, dia terus saja melanjutkan aksinya bahkan kini Revand berniat membuka paksa pakaian Elara untuk menyentuh tubuh gadis itu lebih jauh.

“Revand, apa yang kamu lakukan?" jerit Elara terkejut.

Revand yang awalnya hanya fokus menikmati tubuh indah Elara, tak menyadari bahwa wanita yang dia sentuh mulai mendapatkan kesadarannya. Fokus Revand hanya pada puncak kenikmatan dirinya saja.

Kini ia begitu terkejut saat melihat gadis itu sudah mulai sadar.

"Elara, aku ...."

"Lepaskan aku!"

Elara tentu tak hanya diam, dia mencoba melakukan tindakan perlawanan. Ia memberontak, tapi Revand terus berusaha untuk mengungkung tubuhnya. Keributan pun terjadi, dimana Elara masih terus menendang-nendang untuk membebaskan diri. Sudut mata Elara melihat sesuatu yang akan menjadi senjata pertamanya, yaitu vas bunga.

Vas bunga itu berada tepat di atas nakas di samping tempat tidurnya. Dengan sekuat tenaga, Elara mencoba menggerakkan tangannya untuk mengambil vas bunga itu hingga suara teriakan mengaduh terdengar dari kamar itu.

“Argh!” pekik Revand yang kesakitan lalu pingsan.

“Brengsek kamu Revand,” ucap Elara sambil membangunkan dirinya dari tempat tidur yang naas itu.

Dalam keadaanya masih setengah sadar, Elara berusaha menguatkan dirinya untuk segera pergi dari tempat mengerikan itu. Apalagi ketika melihat keadaan Revand yang masih belum sadarkan diri, membuatnya memanfaatkan kesempatan itu untuk kabur.

“Aku harus pergi secepatnya dari sini, sebelum Revand sadar.” ucap Elara sambil berlari menuju pintu kamar.

Tapi sialnya, Revand tiba-tiba saja mendapatkan kesadarannya dengan cepat dan menarik kaki Elara yang sedikit lagi menuju pintu keluar.

“Mau kemana kamu, hah? Tak akan aku biarkan kamu lepas Elara!” geram Revand sambil memegang erat kaki Elara dan berusaha untuk menahan wanita itu.

Namun, rupanya Elara masih memiliki kekuatan untuk melepaskan diri. Revand yang masih berada dalam keadaan setengah sadar pasca pingsan, kekuatannya belum pulih benar. Kepalanya masih terasa sakit akibat pukulan dari benda keras itu.

Elara tak mau menyerah begitu saja. Dia yakin dirinya bisa lepas dari cengkraman tangan Revand. Dengan bermain cantik, Elara menginjak tangan Revand yang menggenggam erat kakinya itu. Sontak Revand berteriak kesakitan, dan momen itu dia gunakan untuk lari sekencang-kencangnya meninggalkan kamar itu. Meskipun Elara terlihat berlari tanpa arah yang pasti.

“Kurang ajar kamu, Elara," kesal Revand sambil berusaha bangun dan mengejar Elara Kembali.

Elara terus berlari kemana saja untuk menghindari Revand. Sedangkan Revand terus saja mengejarnya, hingga membuat gadis itu semakin ketakutan dan bersembunyi di salah satu kamar hotel agar Revand tak menemukannya. Namun sayangnya, tubuhnya semakin bergejolak dan merasa semakin ingin mendapatkan sentuhan.

"Sialan! Pria brengsek itu pasti sudah memberikan obat perangsang padaku!" kesalnya.

Merasa semakin gelisah, Elara pun berbalik badan dan sontak ia terkejut saat melihat seorang pria yang sedang berbaring di atas ranjang. Pria itu tampak bertelanjang dada dan hanya mengenakan celana boxer.

“Aaaa!” teriak Elara kaget dan langsung menutup kedua matanya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status