Share

Ep 2

Author: Veraluchy
last update Last Updated: 2024-02-21 01:41:36

Hidung kecil Alona yang mancung, seolah pahatan lembut pada wajahnya yang masih belia, tak mampu menutupi beban di matanya. Tujuh belas tahun. Angka itu terasa begitu berat, membelenggu setiap gerak langkahnya. Kedua orang tuanya, Nakula dan Arimbi, kini hanya tinggal nama, mengambang di antara kenangan pahit. Kini, ia terpaksa menumpang hidup di bawah atap Pretty Asmara, istri sah sang ayah, yang tak pernah melewatkan kesempatan untuk mengiris hatinya. Andai saja Arimbi mau mengalah waktu itu, mungkin nasibnya tak akan segetir ini. Status anak dari pernikahan siri, menjadi stigma yang tak terhapuskan. Bertahun-tahun, Alona hidup dalam bayangan kebencian ibu tirinya.

“Bagaimana pertemuanmu, Alona? Apakah dia baik-baik saja?” Suara Pretty melengking, memecah kesunyian rumah. Wanita itu melangkah angkuh, menyilangkan tangan di dada, menghadang Alona yang baru saja melangkah masuk.

Alona menunduk, mengangguk pelan. Rambutnya yang hitam legam menutupi sebagian wajahnya.

“Bagaimana dia? Kau tidak kabur, kan?” Pretty bertolak pinggang, sorot matanya menelanjangi Alona.

“Tidak, Ibu.” Suara Alona bergetar, ketakutan mencengkeramnya.

“Tak usah kau panggil aku Ibu! Aku bukan ibumu! Panggil aku Nyonya!” pekik Pretty, suaranya menggelegar.

“Dia hanya menemuiku sesaat, Nyonya, lalu menyuruhku pergi begitu saja.”

“Kenapa bisa begitu? Kau tak diajak makan atau jalan? Kau berbuat apa sampai dia tak melakukan itu? Ingat ya! Nama yang kau bawa nama anakku, Tiara. Kalau kau sampai merusak citra anakku, akan kuhabisi kau!”

“Alona tidak melakukan apa pun, Nyonya, tapi…” Belum sempat Alona menyelesaikan kalimatnya, Pretty sudah memotong.

“Akh, sudah, sudah! Kalau sampai lelaki itu tidak mau lagi menemuimu, habis kau!” Pretty kembali mengancam, lalu berbalik, menghilang di balik pintu kamarnya.

Ancaman, cacian, makian. Semua itu sudah menjadi irama harian bagi Alona. Ia hanya bisa menghela napas panjang, menelan pahitnya kenyataan. Tas kecil yang tadi ia bawa, kini tergeletak di sampingnya. Ia duduk di tepi ranjang, pikirannya berkelana. Peristiwa hari ini, sebuah sejarah yang akan sulit ia lupakan.

“Apakah setelah pertemuan ini akan ada pertemuan berikutnya?” Alona bergumam pada dirinya sendiri, tatapannya kosong. Pikirannya beralih pada sosok Rajendra. Pria itu, sangat berbeda dari gambaran Pretty, dan berbeda pula dari apa yang Alona lihat sendiri. Hatinya sedikit tenang mengingat ucapan Rajendra yang tidak ingin dijodohkan. Secercah harapan, tipis, namun nyata, menyelinap di benaknya. Meskipun perkataan Rajendra cukup mengejutkan, bahkan melukai hati, setidaknya itu menjelaskan bahwa perjodohan ini bisa saja gagal.

“Tapi, dia benar Rajendra yang Ibu bilang, kan?” Alona masih belum percaya. Wajah tampan itu, terukir jelas dalam ingatannya, sulit untuk dihapus.

*

“Saya minta maaf jika kelakuan anak saya membuat Nak Jendra kurang berkenan, Pak. Maklum usianya masih muda, tapi saya pastikan dia tidak akan mengulanginya lagi.” Suara Pretty terdengar lirih di telepon, penuh kepura-puraan.

“Tidak kok, Bu, justru Rajendra merasa senang, dia meminta untuk menjadwalkan pertemuan berikutnya. Justru saya yang khawatir, Bu, mungkin Tiara yang tidak berkenan dengan anak saya.” Suara di seberang terdengar tenang, tanpa cela.

“Oh, tidak, Pak! Sama sekali tidak! Justru anak saya mengadu kepada saya bahwa ia sangat berkesan bertemu dengan Nak Jendra. Saya berharap akan ada pertemuan berikutnya, Pak! Supaya lebih akrab.” Pretty tersenyum licik, matanya berbinar.

“Setuju, Bu, saya sangat setuju!” pungkas Nakula, sebelum mengakhiri percakapan.

Pretty keluar dari kamar, wajahnya berseri-seri. Ia berlari kecil menuju kamar Tiara.

“Tiara… sayang, kita akan jadi orang kaya, Nak! Bujang tua itu mau bertemu lagi dengan Alona!” Pretty memeluk erat anaknya, tawa kecil keluar dari bibirnya.

“Wah… Ibu serius, Bu?! Wah… berguna juga ya si Alona itu,” Tiara menyambut riang, matanya memancarkan kegembiraan. Keduanya kompak mencari Alona.

“Alona… Alona…” panggil Pretty lantang. “Di mana kamu? Naik ke sini!” Ia duduk di ruang televisi, menunggu.

“Iya, Nyonya, ada apa?” Alona menghampiri, langkahnya pelan.

“Oh, ini yang mau dijodohkan dengan Bapak-bapak tua itu, Bu?” ledek Tiara, terkekeh. “Selamat ya, Alona, ha-ha-ha.”

“Heh, anak tiri, dengar ya! Lelaki tua itu ingin bertemu lagi denganmu! Persiapkan diri! Dan jaga *image* anakku, Tiara. Kau di sana menjadi Tiara! Bukan Alona. Tidak ada Alona di bumi ini. Jelas?!” Pretty berbicara judes, tatapannya menusuk.

“Jelas, Nyonya!” sahut Alona, duduk di lantai.

Tak ada pilihan lain bagi Alona selain mengucapkan kata “IYA”. Tak ada yang akan membelanya jika ia menolak. Apa pun yang diminta ibu dan saudara tirinya, Alona akan mengangguk, lapang dada. Sungguh, ini malapetaka besar baginya. Tak mungkin ia menikah di usia semuda ini. Bagaimana dengan sekolahnya? Bagaimana pula dengan masa depannya? Dunia Alona seakan runtuh, cita-citanya bukanlah menikah muda. Menjadi seorang dokter, seperti impiannya, kini hanya akan menjadi khayalan. Semua itu hilang, direnggut oleh keserakahan sang ibu tiri. Demi membalaskan dendam di hatinya, Pretty menghalalkan ribuan upaya untuk membuat Alona sengsara. Termasuk menjodohkannya dengan lelaki dewasa yang usianya terpaut sangat jauh. Selain demi mewujudkan keinginan sang mendiang suami, dorongan terbesar Pretty tentu adalah harta dan tahta milik keluarga Rajendra. Sudah sifat buruk manusia, ingin memiliki dunia dengan instan, tetapi mengorbankan orang lain untuk mendapatkannya. Itulah Pretty, sosok ibu yang usianya sudah setengah abad. Demi mewujudkan impiannya, ia tenggelamkan impian orang lain. Sebagai seorang ibu, ia pun tidak ingin meruntuhkan dunia Tiara. Ia tak ingin anak semata wayangnya menikah bukan dengan pilihan hatinya. Pretty tak ingin mengorbankan anaknya. Pretty ingin Tiara mendapatkan apa yang selayaknya ia dapatkan. Namun, ia pun tak ingin kehilangan kesempatan untuk menjadi orang kaya tanpa bekerja.

*

“Maria bilang Pak Baskara memiliki dua anak perempuan, Ayah mau menjodohkan Jendra dengan siapa?”

“Sudah pasti kakaknya lah! Anak Baskara semuanya perempuan. Tidak mungkin kamu menikahi adiknya. Tidak boleh anak perempuan melangkahi kakaknya dalam pernikahan. Namanya Tiara, ia masih duduk di bangku kuliah. Usianya paling sekitar delapan belas tahun. Ayah tidak meminta kamu untuk langsung menikahinya, Jendra! Kenali saja dulu calon istrimu. Tapi tetap, pernikahan tidak bisa dibatalkan!” Kekeh Nakula menjelaskan, senyum tipis tersungging di bibirnya.

Mendengar jawaban sang ayah, tak ada celah bagi Rajendra untuk menolak, apalagi kondisi ayahnya baru mulai membaik. Meski berat, Rajendra akhirnya menyanggupi perjodohan yang tak pernah ia harapkan ini. Kalau bukan karena permintaan sang ayah, muak rasanya bila Rajendra harus bertemu dengan perempuan yang sama sekali tidak ia kenal. Apalagi harus menemui di dalam sebuah kamar hotel, katanya demi menjaga privasi kedua belah pihak.

*

Hari yang ditentukan telah tiba. Rajendra melangkah memasuki kamar hotel yang sudah dijanjikan, hatinya sedikit tak nyaman. Ia tak biasa menemui seorang perempuan di dalam kamar hotel. Apalagi membayangkan sosok Tiara, wanita yang telah Maria ceritakan.

“Aku penasaran, seperti apa wanita yang Maria ceritakan itu, wanita yang merasa *so cantik*, banyak ulah, dan tidak memiliki *attitude*! Seberapa berani dia di hadapanku!” Rajendra bergumam sebelum akhirnya tangannya meraih gagang pintu.

*Sreeet…* Pintu kamar terbuka.

“Apa itu wanita yang akan dijodohkan denganku? Sedang apa dia?” gumam Rajendra dalam hati, matanya menyapu seisi ruangan. Ia mempercepat langkahnya dan…

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jodoh dari Ibu Tiri   Ep 37

    Setelah beberapa sesi terapi, psikiater menyarankan agar Alona melakukan perjalanan untuk penyembuhan diri.Rajendra mengambil keputusan untuk membawa Alona berlibur ke Hawaii, tempat yang selama ini menjadi impian Alona.. Ia berharap suasana tropis, pantai indah, dan udara segar di sana dapat membantu Alona pulih dari traumanya. Dengan penuh semangat, Rajendra mulai mengurus semua akomodasi yang dibutuhkan, mulai dari tiket pesawat, hotel, hingga jadwal kegiatan yang akan mereka lakukan selama di sana.Ketika Rajendra memberitahukan rencana ini kepada Alona, ia merasa lega karena Alona tidak menolak ide tersebut. Meskipun masih terlihat lesu, Alona setuju untuk pergi bersama Rajendra ke Hawaii.Hari keberangkatan pun tiba, Rajendra dan Alona terbang menuju Hawaii dengan penuh harapan. Mereka tiba di hotel yang sudah Rajendra pesan sebelumnya dan disambut dengan hangat oleh staf hotel. “Bagaimana Alona? Kamu suka kan?” Tanya Rajendra saat membuka godrin yang menutupi kamarnya yang me

  • Jodoh dari Ibu Tiri   Ep 36

    Setelah selesai merapikan tenda yang telah mereka gunakan untuk berkemah, Jendra bergegas meninggalkan lokasi kemah bersama Alona, sang istri. Sepanjang perjalanan, Jendra tak henti-hentinya memeluk Alona, meyakinkan sang istri bahwa dia akan selalu ada untuk melindungi dan mencintainya. "Kamu tenang ya, Sayang. Aku di sini, akan terus melindungi kamu," ucap Jendra dengan penuh tulus dan kehangatan.Mendengar kata-kata itu, Alona merasa hari itu begitu mencerahkan hatinya. Hatinya yang semula keras dan sulit menerima kebaikan orang lain, kini mulai luluh oleh ketulusan cinta Jendra. Alona tersadar bahwa Jendra sungguh mencintainya, lebih dari siapapun yang pernah ada dalam hidup mereka.Dibanding Saloka, yang sudah dikenal Jendra selama puluhan tahun, Jendra justru memilih untuk percaya pada Alona. Ia merasa beruntung memiliki suami yang setia dan tulus seperti Jendra.Perlahan, Alona menoleh pada Jendra, matanya berkaca-kaca seiring senyuman tulus yang terukir di wajahnya. "Terima k

  • Jodoh dari Ibu Tiri   Ep 35

    Alona berada di dalam sebuah bangunan khusus toilet umum laki-laki, wajahnya tampak pucat pasi ketakutan. Tiba-tiba, Saloka muncul dari balik salah satu pintu toilet dengan senyum yang jahil dan sinis."Kamu mau apa, Saloka?" tanya Alona dengan suara gemetar, mencoba menyembunyikan rasa takutnya."Sudahlah, Alona, aku tahu Rajendra tidak mencintaimu. Cinta dia habis di Sitha, kau dinikahi aku yakin belum pernah disentuh bukan?" ucap Saloka dengan nada picik, sambil melangkah mendekati Alona.Alona terdiam, hatinya semakin khawatir dan ketakutan. Tiba-tiba, Saloka mengunci pintu toilet, membuat Alona merasa terjebak."Buka pintunya!" pekik Alona, hampir menangis."Tidak, aku tidak mau, lagipula ini toilet khusus lelaki, kamu yang salah berada disini," balas Saloka dengan nada datar, sambil tersenyum jahat."Buka! Atau aku teriak!" ancam Alona, mengumpulkan keberanian yang masih tersisa."Teriak saja, jika kau mau mati," ejek Saloka, mengejek ketakutan Alona.Alona merasa buntu, matanya

  • Jodoh dari Ibu Tiri   Ep 34

    Malam itu, di tengah hutan pinus yang rimbun, Alona, Rajendra, dan teman-teman mereka berkumpul di sekitar api unggun yang menyala terang. Udara dingin menusuk tulang, dan angin kencang yang meniup dedaunan membuat suasana semakin akrab dan hangat. Di sekitar api unggun, mereka berbagi tugas dalam menyiapkan hidangan malam itu. Beberapa di antara mereka sibuk memasak, mengolah daging untuk barbekyu, dan mengatur piring serta alat makan. Alona dan beberapa teman wanitanya sedang bersemangat membuat minuman untuk menghangatkan tubuh di malam yang dingin ini.Sementara itu, Rajendra dan teman-teman lelaki lainnya bertanggung jawab atas api unggun yang menerangi kegelapan malam. Mereka mengatur kayu bakar dan memastikan nyala api tetap hidup untuk menjaga kehangatan di tengah dinginnya udara. Api unggun yang menyala semakin menambah keakraban suasana malam itu.Meskipun sibuk dengan urusan masing-masing, Rajendra tidak lupa untuk sesekali melirik istrinya, Alona, dari kejauhan. Dia mempe

  • Jodoh dari Ibu Tiri   Ep 33

    Mentari pagi yang hangat mulai menyelinap masuk melalui celah-celah jendela, mengusik tidur Alona dan Rajendra yang masih terlelap di atas sofa. Semalam, mereka berdua begitu larut dalam perbincangan tentang skema acara yang akan dihadiri, hingga akhirnya memutuskan untuk menonton film komedi bersama. Tanpa terasa, keduanya terlelap dan bermimpi indah."Rajendra, bangun, kita kesiangan!" seru Alona dengan panik, menyadari waktu yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Rajendra yang terkejut bangun, mendengus dan meregangkan tangannya dengan santai. "Jam berapa ini?" tanyanya pada Alona."Jam delapan," jawab Alona cepat, lalu berdiri hendak melangkah pergi. Namun, tanpa disadari, Rajendra menarik tangan Alona hingga membuatnya kembali terjatuh ke atas tubuh rajendra. "Aduh!" pekik Alona, merasakan rasa kaget yang luar biasa."Maaf Alona, mungkin ini lancang," ucap Rajendra dengan wajah yang tampak bersalah. Alona menatapnya dengan ekspresi bingung, mencoba memahami maksud dari tindak

  • Jodoh dari Ibu Tiri   Ep 32

    Setiap hari, Rajendra semakin menunjukkan rasa cintanya pada Alona. Ia selalu berusaha menjaga dan memenuhi kebutuhan Alona sebagai suaminya. Mulai dari bangun pagi untuk menyiapkan sarapan, hingga menemani Alona berbelanja keperluan rumah tangga.Rajendra juga sudah tak pernah lagi pergi clubbing seperti dulu. Ia hanya keluar untuk urusan bisnisnya saja, kemudian segera kembali ke rumah dan menghabiskan waktu bersama Alona.Namun, meskipun Rajendra berusaha keras menunjukkan rasa cintanya, Alona belum juga merespon perasaan tersebut. Ia masih belum bisa menerima keberadaan Rajendra sepenuhnya dalam hidupnya. Wajah Alona yang selalu datar dan dingin membuat Rajendra merasa khawatir.Suatu malam, saat makan malam bersama, Rajendra mencoba membuka percakapan dengan Alona. "Alona, aku tahu mungkin aku belum sempurna sebagai suami, tapi aku berusaha untuk lebih baik. Apakah kau bisa melihat usahaku?" tanya Rajendra dengan lembut.Alona menatap matanya, lalu menundukkan pandangannya. "Aku

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status