Setelah selesai merapikan tenda yang telah mereka gunakan untuk berkemah, Jendra bergegas meninggalkan lokasi kemah bersama Alona, sang istri. Sepanjang perjalanan, Jendra tak henti-hentinya memeluk Alona, meyakinkan sang istri bahwa dia akan selalu ada untuk melindungi dan mencintainya. "Kamu tenang ya, Sayang. Aku di sini, akan terus melindungi kamu," ucap Jendra dengan penuh tulus dan kehangatan.Mendengar kata-kata itu, Alona merasa hari itu begitu mencerahkan hatinya. Hatinya yang semula keras dan sulit menerima kebaikan orang lain, kini mulai luluh oleh ketulusan cinta Jendra. Alona tersadar bahwa Jendra sungguh mencintainya, lebih dari siapapun yang pernah ada dalam hidup mereka.Dibanding Saloka, yang sudah dikenal Jendra selama puluhan tahun, Jendra justru memilih untuk percaya pada Alona. Ia merasa beruntung memiliki suami yang setia dan tulus seperti Jendra.Perlahan, Alona menoleh pada Jendra, matanya berkaca-kaca seiring senyuman tulus yang terukir di wajahnya. "Terima k
Setelah beberapa sesi terapi, psikiater menyarankan agar Alona melakukan perjalanan untuk penyembuhan diri.Rajendra mengambil keputusan untuk membawa Alona berlibur ke Hawaii, tempat yang selama ini menjadi impian Alona.. Ia berharap suasana tropis, pantai indah, dan udara segar di sana dapat membantu Alona pulih dari traumanya. Dengan penuh semangat, Rajendra mulai mengurus semua akomodasi yang dibutuhkan, mulai dari tiket pesawat, hotel, hingga jadwal kegiatan yang akan mereka lakukan selama di sana.Ketika Rajendra memberitahukan rencana ini kepada Alona, ia merasa lega karena Alona tidak menolak ide tersebut. Meskipun masih terlihat lesu, Alona setuju untuk pergi bersama Rajendra ke Hawaii.Hari keberangkatan pun tiba, Rajendra dan Alona terbang menuju Hawaii dengan penuh harapan. Mereka tiba di hotel yang sudah Rajendra pesan sebelumnya dan disambut dengan hangat oleh staf hotel. “Bagaimana Alona? Kamu suka kan?” Tanya Rajendra saat membuka godrin yang menutupi kamarnya yang me
Dalam sebuah ruang kamar hotel yang berukuran besar dengan nuansa eropa modern, Pretty sedang memberikan wejangan kepada anak tirinya. Ia bersikukuh memaksa Alona sang anak tiri, untuk menemui seorang lelaki yang tengah dijanjikan untuk bertemu.“Aku tidak mau tau! Pokoknya kau harus bersikap manis dan ramah kepadanya! Ingat, ini perintah!” Pekik pretty dengan jutek sambil menyilangkan kedua tangan didada.Alona yang sejak tadi tidak berhenti menangis, hanya bisa diam dan pasrah saja. Ia lelah jika harus membantah keinginan sang Ibu tiri yang akan menghajar jika tidak mengikuti kemauannya.Alona pun merasa tidak sanggup tatkala Pretty menjambak rambut indah nan panjang miliknya saat kedapatan membantah.“Dan ingat anak tiri! Namamu bukan Alona, tetapi Tiara! Kau akan menggantikan sosok anakku! Bersikaplah ramah! jangan membuat lelaki tua itu merasa kecewa!” ucap Pretty sebelum akhirnya meninggalkan anak cantik berkulit putih di dalam kamar hotel yang telah ia booking.Tangis Alona sem
ALONA OFELIA, perempuan yang memiliki paras cantik dengan hidung kecil nan mancung itu berusia tujuh belas tahun.Anak dari pasangan Nakula dan Arimbi yang kini keduanya tengah menghadap sang Ilahi. Nasibnya tidak secantik garis hidupnya. Ia harus hidup dan tinggal bersama istri sah sang ayah, menjadi anak tiri dari Pretty Asmara yang selalu disisihkan.Seandainya saat itu Arimbi mau mengalah kepada Pretty mungkin semua ini tak akan terjadi. Menjadi anak dari hasil pernikahan siri sang Ayah dengan Ibunya, membuat Alona memiliki nasib yang tak baik. Bertahun tahun ia harus bertahan hidup dengan Ibu Tiri yang sangat membencinya.“Bagaimana pertemuanmu Alona? Apakah dia baik baik saja?” tanya Pretty sambil menyilangkan tangannya angkuh. Pretty menghampiri Alona yang baru saja tiba.Alona tunduk dan mengangguk.“Bagaimana dia? Kau tidak kabur kan?” kini Pretty bertolak pinggang.“Tidak Ibu” Alona gugup ketakutan“Tak usah kau panggil aku Ibu! Aku bukan Ibumu! Panggil aku Nyonya!” pekik Pr
Diluar sana, cuaca sedang tidak bersahabat. Langit yang biasanya dipenuhi awan awan putih, kini penuh dengan warna kelabu.Sama halnya dengan hati Rajendra yang sedang sendu. Lelaki itu kini sedang berbaring menatap langit melalui jendela kamarnya. Wajahnya sangat muram, pikirannya berat. Ia tak bisa menolak perjodohan yang sudah ditetapkan.“Kenapa perempuan itu mau ya dijodohkan denganku? Padahal kalau dilihat lihat usianya masih sangat muda. Ia juga baru masuk Universitas. Apa dia tidak punya cita cita?”“Padahal ia masih memiliki masa depan yang panjang. heran aku dengan anak muda jaman sekarang. Hanya karena urusan harta ia rela meninggalkan masa depan dan pendidikan.”Rajendra terus bergelut dengan pikirannya sendiri.”“Tapi kalau kuingat ingat perempuan itu seperti sedang menangis. Apa yang ia pikirkan mengenai aku ya?” Rajendra mulai penasaran. “Apa mungkin ia juga menolak perjodohan?”Tak berhenti disitu, rasa penasaran mulai tumbuh dari sisi Rajendra. Apalagi dengan gagasan
“Mati aku ! Gimana kalau Tuan Jendra datang ke Universitas XXX? Padahal aku kan masih SMA. Bagaimana ini?” Alona tak bisa tidur, malam ini kepalanya bekerja cukup berat. “Menikah? Tidak..tidak..tidak! Aku ini masih sekolah!” “Jika terjadi pernikahan, maka akan terjadi pembuahan. Yang artinya.. nggak! Aku masih sangat muda untuk menjadi seorang Ibu.“Arghhhhh…” Alona gelingsatan tak mau diam. Padahal besok ia harus masuk sekolah. Jam di dinding sudah menunjukan pukul dua malam.“Kenapa Ibu tidak menyuruh kak Tiara saja? Padahal Tuan Jendra tidak terlihat tua, ia sangat tampan, ya meskipun versi oppa oppa. Kenapa harus aku?” Alona masih tak habis pikir dengan apa yang telah menimpanya.“Bagaimana jadinya kalau aku menikah? Lalu bagaimana dengan pendidikanku? Cita citaku menjadi dokter?” Alona menarik nafas panjang.**Bukan hanya Alona yang mengalami kesulitan tidur, di kejauhan sana, rupanya Rajendra juga mengalami hal yang sama. Ia masih belum terima dengan keputusan sang Ayah yang
Sadewa Aryana School, sekolah swasta yang dibangun di atas lahan luas dengan segala fasilitas mumpuni. Sekolah milik seseorang yang berasal dari keluarga Atmadja Bersaudara.Sekolah ini sudah berdiri sejak tahun sembilan puluhan dikelola oleh Seluruh keluarga secara turun Temurun.Memiliki bangunan bergaya Eropa, sekola ini memiliki seribu siswa dan siswi yang berasal dari keluarga tak biasa.Tak heran para muridnya berasal dari kalangan anak anak pengusaha, Artis, bahkan Para Pejabat Negara bersekolah di sana.Termasuk salah satunya Alona, yang kini sedang duduk dibangku kelas sembilan.“Alona…kamu tahu tidak?” Sambil berlari Sarah menghampiri.“Apa sih Sarah, pagi pagi udah heboh aja!” Balas Alona yang baru saja tiba dan duduk di kursi miliknya.“Guru bahasa Inggris kita diganti!”“Diganti gimana maksudnya?”“Diganti sama guru baru. Katanya sih gurunya dari Amerika, ya ampun kok bisa ya!”“Hah massa?” Alona masih tidak percaya ia malah asik melahap sarapan yang ia bawa dari rumah.“ B
Sore itu, Alona menatap layar ponselnya, membaca pesan dari Rajendra yang berbunyi, "Malam ini kita bertemu! Ayahku memintaku untuk menemuimu!" Alona merasa gugup, namun tidak ada alasan menolak.Sementara itu, Alona berada di kamar milik bundanya yang kini dikuasai oleh ibu tirinya. Alona duduk di lantai, menunggu ibu tirinya memilih pakaian yang akan dikenakannya nanti malam."Alona, kamu mau-maunya ya dijodohkan sama bapak tua, haha. Untung saja aku gak mau. By the way, makasih ya sudah menyelamatkan masa depanku, haha," ujar Tiara, kakak tirinya, sambil terkekeh di atas sofa besar. Dia menikmati jajanan kesukaannya tanpa peduli perasaan Alona.Alona menahan amarahnya, matanya berkaca-kaca. Dia merasa diperlakukan tidak adil, namun tak bisa berbuat apa-apa. Hatinya berkecamuk, antara ingin menolak perjodohan tersebut dan rasa takut akan masa depannya.Tiara melihat kegugupan Alona dan melanjutkan ejekannya, "Wah, kayaknya Alona sudah tak sabar ya mau ketemu calon suaminya yang tua-