Pernikahan yang dimulai dengan paksaan seorang Ibu tiri kepada anak tirinya. Demi mendapatkan kekayaan tanpa bekerja. Dijodohkan dengan lelaki yang memiliki perbedaan usia jauh, bukan lah hal mudah untuk seorang siswi SMA.
view moreDalam sebuah ruang kamar hotel yang berukuran besar dengan nuansa eropa modern, Pretty sedang memberikan wejangan kepada anak tirinya. Ia bersikukuh memaksa Alona sang anak tiri, untuk menemui seorang lelaki yang tengah dijanjikan untuk bertemu.
“Aku tidak mau tau! Pokoknya kau harus bersikap manis dan ramah kepadanya! Ingat, ini perintah!” Pekik pretty dengan jutek sambil menyilangkan kedua tangan didada.Alona yang sejak tadi tidak berhenti menangis, hanya bisa diam dan pasrah saja. Ia lelah jika harus membantah keinginan sang Ibu tiri yang akan menghajar jika tidak mengikuti kemauannya.Alona pun merasa tidak sanggup tatkala Pretty menjambak rambut indah nan panjang miliknya saat kedapatan membantah.“Dan ingat anak tiri! Namamu bukan Alona, tetapi Tiara! Kau akan menggantikan sosok anakku! Bersikaplah ramah! jangan membuat lelaki tua itu merasa kecewa!” ucap Pretty sebelum akhirnya meninggalkan anak cantik berkulit putih di dalam kamar hotel yang telah ia booking.Tangis Alona semakin menjadi, ia tak mau dijodohkan seperti ini. Ia memiliki mimpi dan cita cita besar.Apalagi saat ini ia masih duduk di bangku sekolah menengah atas. Mustahil rasanya jika dijodohkan dengan lelaki yang usianya terpaut jauh dengan Alona.Lelaki itu sudah dewasa, bahkan sudah dibilang matang umurnya. Tahun ini usianya menginjak angka empat puluh.Pretty dan saudara tirinya yang bernama Tiara memaksa Alona untuk menemui lelaki yang seharusnya berjodoh dengan Tiara.Karena Tiara menolak, terpaksalah Alona yang harus menggantikan posisi sang kakak...Cklek . . Bunyi pintu kamar terbuka.Alona segera menyeka air mata yang masih membanjiri pipi dan wajahnya.Drap..drap..drap langkah kakinya semakin dekat.“Tiara!” ucap seorang lelaki dengan suara berat.Alona yang sedang menundukan pandang mengangguk tanpa menunjukkan wajahnya.Sepasang sepatu hitam yang mengkilap, terlihat berdiri di hadapannya.Wangi aroma tubuhnya menyeruak ke dalam rongga hidung Alona. Aroma khas Woody Musk itu menusuk begitu kuat.Perlahan Alona mengangkat wajah cantiknya, lalu bertemulah dua netra indah saling bertukar pandang disana.“Kamu wanita yang bernama Tiara?!” lelaki itu kembali bertanya. Membuat jantung Alona bekerja lebih keras.“I-iya benar. Apakah Tuan orang suruhan Tuan Rajendra?” tanya Alona penuh ragu.“Dengan siapa kau datang kesini?” nada bicaranya angkuh.“Dengan Ibu , tetapi beliau sudah pulang lebih awal. Apakah Tuan utusan dari Tuan Rajendra? Bisakah saya menemuinya lebih awal?” Alona sangat gugup dan ketakutan.Lelaki bertubuh gagah dengan dada bidang itu diam sesaat. “Aku Rajendra” ucapnya mengagetkan.Alona tertegun, matanya melebar. Ia tidak percaya pada apa yang baru saja ia lihat.Apa yang dikatakan Pretty sang Ibu tiri, berbeda dengan apa yang sedang Alona lihat.Dari cerita Ibu , lelaki yang akan Alona temui adalah lelaki yang memiliki penampilan buruk. Lelaki dengan usia yang lebih cocok dipanggil bapak, penampilan yang tidak mengikuti zaman, serta kondisi yang tak sedap dipandang mata.“Kenapa kau menatapku seperti itu? Apakah ada yang salah?”Sepertinya tatapan Alona membuatnya salah paham.“Ti-tidak, hanya saja.. apakah Tuan yang akan dijodohkan dengan Tiara?” Alona tak bisa melepaskan kedua netra miliknya dari wajah lelaki yang sedang bergestur angkuh.“Jangan gila! Aku tidak pernah mau dijodohkan. Ini hanya perintah dari Ayahku.” lelaki dengan wajah oriental itu memicingkan matanya.Sementara Alona diam tanpa berkedip memandang lelaki dihadapannya. Apa yang digambarkan Ibu , tidak sesuai dengan apa yang sedang Alona lihat.Usia tua, berpenampilan buruk, perut buncit, lusuh dan tak terurus sama sekali tidak ada pada sosok yang sedang Alona lihat sekarang.“Aku tidak salah lihat kan?” ucap Alona didalam batinnya.“Aku tidak suka ditatap seperti itu!” bentak Rajendra tiba tiba.“Ma-maaf, saya tidak bermaksud.” Alona kembali menundukan wajahnya.“Dengar! Kedatanganku kesini, bukan berarti aku setuju dijodohkan denganmu. Aku hanya mengikuti kemauan Orang Tua saja. Jadi kau jangan berharap lebih!” ucap Rajendra bengis.Mendengar ucapan Rajendra yang terdengar membentak, membuat jantung Alona berdegup lebih kencang. Perasaan takut yang sejak awal menghantui kini semakin menjadi jadi.“Jadi kau anak Baskara yang bernama Tiara?”“Be-benar Tuan”“Silahkan keluar!! Aku tidak ingin melihat wanita yang memaksakan kehendak demi sesuatu. Dan ingat! Sampai kapanpun aku tidak pernah setuju dengan perjodohan ini. Jadi aku tegaskan dari sekarang, jangan berharap lebih!” Tegas Rajendra.Mendengar ucapan dari lelaki yang sebenarnya tidak pernah Alona harapkan, asam lambung Alona seakan naik dan membuatnya merasa mual. Ucapannya begitu merusak relung sanubari Alona. Tanpa berkata, Alona pergi meninggalkan lelaki yang masih berdiri angkuh dihadapannya.“Kamu pikir saya mau dijodohkan dengan lelaki angkuh seperti anda? Akh.. seandainya saja aku bisa menjawab ucapannya yang angkuh itu. Huft…” hela nafas Alona begitu berat. “Seandainya saja aku menemui dia bukan membawa nama Tiara, sudah ku hajar lelaki itu!” umpat Alona. Ia masih merasa kesal. Langkah kakinya menuruni lobby semakin cepat. ***RAJENDRA GALA JANARDANA, lelaki yang memiliki alis tebal itu tahun ini usianya menginjak angka empat puluh. Demi menuruti kemauan sang ayah yang bernama Nakula, terpaksa ia harus meninggalkan Negara tempat ia tinggal. Negeri Paman Sam, sudah lebih dari sepuluh tahun Jendra nama sapaan keluarga, menetap tinggal di sana.Setelah kepulangan Ratna sang Ibu pada pangkuan Ilahi,Jendra bermukim dan memutuskan untuk tidak kembali ke Negeri kelahirannya. Namun rencana dan keinginannya itu harus terhenti saat sang ayah menghubungi untuk meminta kembali.“Ayah mau kamu pulang Jendra!” kalimat itu yang membuat Rajendra akhirnya kembali ke kampung halaman.Lelaki tua dengan rambut penuh uban itu, kini sedang terbaring di atas ranjang rumah sakit. Segala peralatan canggih menempel di tubuhnya. Kesadarannya semakin menurun, wajahnya sangat pucat, namun bibirnya tak henti berucap “Jendra harus menikah dengan anak Baskara.”“Ayah, iniJendra ayah. Sadarlah ayah!” lelaki itu mengepalkan tangannya pada tangan sang ayah yang lemah.“Sudah berapa lama ayah seperti ini?” wajah yang berkarisma itu basah dengan air mata.“Seminggu terakhir ini Tuan semakin menurun kesadarannya Tuan muda.” aspri yang sudah puluhan tahun mengabdi pada Nakula menjelaskan.Tangis Rajendra semakin kuat, hanya sang ayah yang ia miliki saat ini. “Ayah tolong sadar!Jendra akan turuti kemauan ayah,Jendra akan menikahi wanita itu!”Mata yang sejak lama terpejam, tubuh yang sudah lama lemah seketika mendapatkan energi yang entah darimana asalnya. Nakula membuka matanya perlahan.“Ayah.. ayah ini Jendra ayah” Rajendra bangun dari duduknya. “Cepat panggil dokter!”Sang aspri yang sudah berjaga berhari hari itu lari menghubungi tim medis.“Jendra..” ucap sang ayah terbata. “Benarkah kamu mau menikahi anak Baskara?”“Ya ayah, asal ayah kembali sehat!” kali ini kesehatan Nakula lebih berharga dari apapun yang Rajendra miliki.“Ayah pasti akan segera sehat seperti sedia kala. Terimakasih nak! Hanya kau yang akan membalas jasa Baskara.” **Terpenuhinya keinginan membawa Nakula yang hampir melepas nyawa pulang ke rumah. Setelah mendengar kesanggupan sang anak untuk memenuhi janjinya, Nakula kini sudah kembali beraktifitas seperti sedia kala.“Memang siapa wanita yang akan dijodohkan dengan Jendra ayah?” Rajendra duduk di kursi seberang sang ayah yang sedang menikmati kopi pagi.“Dia anak Baskara. Lelaki muda yang dahulu menyelamatkan aku dan hartaku. Jika bukan karena ketulusannya, mungkin saat ini kamu tidak akan menjadi pemilik perusahaan besar di Amerika sana. Ketulusan Baskara mengantar aku dan Ibu mu menjadi salah satu orang yang berpengaruh di Negeri ini. Berulang kali aku tawarkan bahkan aku rekrut menjadi orangku, tetapi ia tidak pernah mau. Ia hanya meminta agar kelak anakku mau dinikahkan dengan anaknya.”“Kenapa harus Rajendra ayah?”“Karena kau yang masih hidup sebagai anakku. Anak Baskara jauh lebih muda daripada kamu” Nakula menyeruput teh hangat sambil memandang alam yang luas.“Tapi kan ini bukan jamannya Siti Nurbaya ayah! Yang kalau apa apa harus dituruti. Rajendra berhak memilih dan menentukan garis masa depan Rajendra sendiri.”“Kalau kau bisa memilih, lantas mengapa hari ini kau masih sendiri? Berapa banyak wanita yang gagal kau dekati? Pintaku tak banyak Jendra, penuhi janjiku untuk Baskara! atau kau akan melihatku mati dengan serIbu penyesalan.” Nakula mengangkat tubuhnya bangun dan meninggalkan Rajendra sendiri. **“Jendra apa benar kamu akan dijodohkan dengan anak Pak Baskara?” Tanya Maria Sang sepupu.“Tau lah! aku pusing Maria, kau tau kan bagaimana ayahku jika ada keinginan?” Rajendra pasrah bersandar pada sofa rumah Maria.“Siapa yang akan dijodohkan denganmu? Setahuku Pak Baskara memiliki dua anak perempuan.”“Aku belum tahu, yang pasti di antara itu. Aku berharap semua ini tidak terjadi”“Setahuku Baskara memiliki dua anak perempuan yang berbeda karakter. Satu memiliki kepribadian yang baik, dan yang lain sebaliknya.”Setelah beberapa sesi terapi, psikiater menyarankan agar Alona melakukan perjalanan untuk penyembuhan diri.Rajendra mengambil keputusan untuk membawa Alona berlibur ke Hawaii, tempat yang selama ini menjadi impian Alona.. Ia berharap suasana tropis, pantai indah, dan udara segar di sana dapat membantu Alona pulih dari traumanya. Dengan penuh semangat, Rajendra mulai mengurus semua akomodasi yang dibutuhkan, mulai dari tiket pesawat, hotel, hingga jadwal kegiatan yang akan mereka lakukan selama di sana.Ketika Rajendra memberitahukan rencana ini kepada Alona, ia merasa lega karena Alona tidak menolak ide tersebut. Meskipun masih terlihat lesu, Alona setuju untuk pergi bersama Rajendra ke Hawaii.Hari keberangkatan pun tiba, Rajendra dan Alona terbang menuju Hawaii dengan penuh harapan. Mereka tiba di hotel yang sudah Rajendra pesan sebelumnya dan disambut dengan hangat oleh staf hotel. “Bagaimana Alona? Kamu suka kan?” Tanya Rajendra saat membuka godrin yang menutupi kamarnya yang me
Setelah selesai merapikan tenda yang telah mereka gunakan untuk berkemah, Jendra bergegas meninggalkan lokasi kemah bersama Alona, sang istri. Sepanjang perjalanan, Jendra tak henti-hentinya memeluk Alona, meyakinkan sang istri bahwa dia akan selalu ada untuk melindungi dan mencintainya. "Kamu tenang ya, Sayang. Aku di sini, akan terus melindungi kamu," ucap Jendra dengan penuh tulus dan kehangatan.Mendengar kata-kata itu, Alona merasa hari itu begitu mencerahkan hatinya. Hatinya yang semula keras dan sulit menerima kebaikan orang lain, kini mulai luluh oleh ketulusan cinta Jendra. Alona tersadar bahwa Jendra sungguh mencintainya, lebih dari siapapun yang pernah ada dalam hidup mereka.Dibanding Saloka, yang sudah dikenal Jendra selama puluhan tahun, Jendra justru memilih untuk percaya pada Alona. Ia merasa beruntung memiliki suami yang setia dan tulus seperti Jendra.Perlahan, Alona menoleh pada Jendra, matanya berkaca-kaca seiring senyuman tulus yang terukir di wajahnya. "Terima k
Alona berada di dalam sebuah bangunan khusus toilet umum laki-laki, wajahnya tampak pucat pasi ketakutan. Tiba-tiba, Saloka muncul dari balik salah satu pintu toilet dengan senyum yang jahil dan sinis."Kamu mau apa, Saloka?" tanya Alona dengan suara gemetar, mencoba menyembunyikan rasa takutnya."Sudahlah, Alona, aku tahu Rajendra tidak mencintaimu. Cinta dia habis di Sitha, kau dinikahi aku yakin belum pernah disentuh bukan?" ucap Saloka dengan nada picik, sambil melangkah mendekati Alona.Alona terdiam, hatinya semakin khawatir dan ketakutan. Tiba-tiba, Saloka mengunci pintu toilet, membuat Alona merasa terjebak."Buka pintunya!" pekik Alona, hampir menangis."Tidak, aku tidak mau, lagipula ini toilet khusus lelaki, kamu yang salah berada disini," balas Saloka dengan nada datar, sambil tersenyum jahat."Buka! Atau aku teriak!" ancam Alona, mengumpulkan keberanian yang masih tersisa."Teriak saja, jika kau mau mati," ejek Saloka, mengejek ketakutan Alona.Alona merasa buntu, matanya
Malam itu, di tengah hutan pinus yang rimbun, Alona, Rajendra, dan teman-teman mereka berkumpul di sekitar api unggun yang menyala terang. Udara dingin menusuk tulang, dan angin kencang yang meniup dedaunan membuat suasana semakin akrab dan hangat. Di sekitar api unggun, mereka berbagi tugas dalam menyiapkan hidangan malam itu. Beberapa di antara mereka sibuk memasak, mengolah daging untuk barbekyu, dan mengatur piring serta alat makan. Alona dan beberapa teman wanitanya sedang bersemangat membuat minuman untuk menghangatkan tubuh di malam yang dingin ini.Sementara itu, Rajendra dan teman-teman lelaki lainnya bertanggung jawab atas api unggun yang menerangi kegelapan malam. Mereka mengatur kayu bakar dan memastikan nyala api tetap hidup untuk menjaga kehangatan di tengah dinginnya udara. Api unggun yang menyala semakin menambah keakraban suasana malam itu.Meskipun sibuk dengan urusan masing-masing, Rajendra tidak lupa untuk sesekali melirik istrinya, Alona, dari kejauhan. Dia mempe
Mentari pagi yang hangat mulai menyelinap masuk melalui celah-celah jendela, mengusik tidur Alona dan Rajendra yang masih terlelap di atas sofa. Semalam, mereka berdua begitu larut dalam perbincangan tentang skema acara yang akan dihadiri, hingga akhirnya memutuskan untuk menonton film komedi bersama. Tanpa terasa, keduanya terlelap dan bermimpi indah."Rajendra, bangun, kita kesiangan!" seru Alona dengan panik, menyadari waktu yang sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Rajendra yang terkejut bangun, mendengus dan meregangkan tangannya dengan santai. "Jam berapa ini?" tanyanya pada Alona."Jam delapan," jawab Alona cepat, lalu berdiri hendak melangkah pergi. Namun, tanpa disadari, Rajendra menarik tangan Alona hingga membuatnya kembali terjatuh ke atas tubuh rajendra. "Aduh!" pekik Alona, merasakan rasa kaget yang luar biasa."Maaf Alona, mungkin ini lancang," ucap Rajendra dengan wajah yang tampak bersalah. Alona menatapnya dengan ekspresi bingung, mencoba memahami maksud dari tindak
Setiap hari, Rajendra semakin menunjukkan rasa cintanya pada Alona. Ia selalu berusaha menjaga dan memenuhi kebutuhan Alona sebagai suaminya. Mulai dari bangun pagi untuk menyiapkan sarapan, hingga menemani Alona berbelanja keperluan rumah tangga.Rajendra juga sudah tak pernah lagi pergi clubbing seperti dulu. Ia hanya keluar untuk urusan bisnisnya saja, kemudian segera kembali ke rumah dan menghabiskan waktu bersama Alona.Namun, meskipun Rajendra berusaha keras menunjukkan rasa cintanya, Alona belum juga merespon perasaan tersebut. Ia masih belum bisa menerima keberadaan Rajendra sepenuhnya dalam hidupnya. Wajah Alona yang selalu datar dan dingin membuat Rajendra merasa khawatir.Suatu malam, saat makan malam bersama, Rajendra mencoba membuka percakapan dengan Alona. "Alona, aku tahu mungkin aku belum sempurna sebagai suami, tapi aku berusaha untuk lebih baik. Apakah kau bisa melihat usahaku?" tanya Rajendra dengan lembut.Alona menatap matanya, lalu menundukkan pandangannya. "Aku
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments