Sejak kejadian perdebatan di kamar itu, Rajendra terus berfikir mengenai perjodohannya dengan Alona. Mereka memang sering bertemu di sekolah, namun hubungan mereka kini terasa lebih asing dan tidak ada kehangatan, seolah-olah mereka hanyalah guru dan murid biasa.Rajendra memang sempat mengurungkan niatnya untuk membatalkan perjodohan tersebut, namun setelah adu argumen dengan Alona saat itu, hatinya menjadi ragu dan bimbang. Bahkan saat mengajar di kelas Alona, Rajendra tak lagi melirik wanita itu dengan tatapan yang biasa.Sarah sahabat baik alona yang kini mengetahui seluruh kisah perjodohan mereka, mencoba menegur dan menanyakan perasaan Alona. "Alona, kamu yakin dia tetap mau menjalankan perjodohan itu?" tanya Sarah dengan rasa penasaran dan kekhawatiran.Alona menatap kosong ke arah Rajendra yang sedang mengajar di depan kelas. Wajahnya tampak muram dan penuh pertanyaan. "Aku tidak tahu, Sarah. Aku juga bingung dengan sikapnya sekarang. Tapi yang pasti, aku tidak akan menyerah b
Pagi hari itu, matahari bersinar terang menyapa Alona dan Rajendra. Meskipun mereka berada di bawah atap yang sama, namun kenyataannya mereka tidak bangun bersama. Di rumah barunya, Alona telah sibuk sejak pagi menyelesaikan pekerjaan rumah. Ia bahkan memasak sarapan pagi untuk dirinya dan Rajendra, walaupun dalam hati Alona tidak menyukai pernikahan yang dijalaninya.Namun, setidaknya ia tahu apa kewajiban seorang istri. Sebelum berangkat ke sekolah, Alona memastikan segala sesuatu sudah rapi. Sarapan pagi pun telah tersaji dengan apik di meja makan. Alona bergerak cepat, ia tidak ingin Rajendra turun dari kamar sebelum ia berangkat ke sekolah.Setelah selsai sarapan, Alona mengambil tas sekolahnya dan berlari ke pintu keluar. Dalam hatinya berharap jangan sampai Rajendra menyaksikan ia berangkat sekolah.Alona terbirit-birit di jalan, mencari angkutan umum yang bisa mengantarnya ke sekolah. Pagi itu, terasa berat baginya untuk mengendalikan perasaan dan menyembunyikan kenyataan bah
Alona pun kini masuk ke kamarnya. Dengan perasaan yang entah bagaimana rasanya, ia membuka tas yang berisi coklat dan buket bunga yang diberikan oleh Daniel, sang kapten basket di sekolahnya. Ia benar-benar tidak menyangka jika seorang Daniel yang populer itu ternyata mengaguminya.Alona memang dikenal sebagai siswi yang baik dan cantik di sekolahnya. Dibalik wajah cantiknya yang menawan, Alona juga memiliki kaki jenjang dan rambut panjang lurus yang selalu terawat. Selain itu, sifat manis dan kepintarannya membuatnya semakin disukai oleh banyak orang. Tidak heran jika seorang kapten basket yang gagah dan tampan seperti Daniel jatuh hati kepadanya.Ketika berjalan di koridor sekolah, Alona selalu mencuri perhatian. Banyak siswa yang terpesona dengan kecantikannya, namun Alona selalu menjaga sikap sopan dan ramah kepada siapapun. Hal ini membuat banyak orang semakin mengagumi kepribadian Alona yang rendah hati.Daniel sendiri adalah sosok yang sempurna di mata banyak siswi. Selain memi
Alona berjalan dengan langkah ringan di lorong kelas, tiba-tiba Daniel muncul di depannya dan menarik lengan Alona dengan cepat hingga bersandar ke tembok. Dengan sigap, Daniel mengunci Alona dengan kedua tangannya yang kuat, membiarkan gadis itu tak bisa bergerak.“Daniel.. apa apaan ini Niel!” Alona terbelalak hebat."Maaf Alona, tapi aku tidak bisa sabar menunggu jawaban dari kamu," kata Daniel dengan tatapan yang serius. "Selama ini aku perhatikan kamu terus menghindar dariku. Bagaimana jawaban atas pernyataan cinta yang kuberikan kepadamu?" Daniel sedikit menekan tubuh Alona dengan lengan yang mengunci.Alona terkejut dengan sikap Daniel yang tiba-tiba berubah begitu agresif. Hatinya berdebar kencang, namun ia tahu bahwa ia tak bisa menerima cinta Daniel. Pasalnya, Alona tengah menjalin hubungan rahasia dengan gurunya, Rajendra, yang juga sudah menikah.Dalam kebingungan, Alona mencoba menenangkan diri dan mengumpulkan keberanian untuk menjawab pertanyaan Daniel. "Daniel, aku min
Alona tengah asyik bersantai di kamar tidurnya, ditemani semangkuk cookies yang baru saja ia buat. Ia terbaring di atas tempat tidur, menikmati kehangatan sinar matahari yang menembus jendela. Tiba-tiba, pintu kamar terbuka dengan kasar. Rajendra, sang suami, menerobos masuk dengan wajah panik, membuat Alona terbelalak kaget."A-apa yang terjadi, Jendra?" tanya Alona dengan suara gemetar, sementara tangan kanannya masih memegang sepotong cookie."Kita harus segera pergi ke kondangan kerabat Ayah, hari ini!" Rajendra menjawab dengan nafas terengah-engah."Sekarang?" Alona menatap suaminya dengan mata membulat."Iya, aku baru ingat. Cepat bersiap, kita harus segera berangkat!" Rajendra kembali keluar dari kamar dengan terburu-buru.Alona menghela napas panjang, kesal dengan cara suaminya masuk ke kamarnya tanpa permisi. "Iya, aku tahu ini rumahnya, tapi apa tak bisa mengetuk pintu?" gumamnya sambil meletakkan mangkuk cookies di atas meja dan beranjak bangun dari tempat tidur.Dengan lan
Mobil melaju dengan kecepatan sedang, suara mesin mengisi keheningan di dalam kabin. Alona dan Rajendra duduk di dalam mobil menuju rumah mereka, saling terdiam tanpa saling bicara. Rajendra menggenggam kemudi dengan erat, rasa kesal terpancar di wajahnya karena kehadiran Daniel tadi di pesta. Sementara itu, di sisi lain hatinya merasa canggung karena ia bertemu dengan Sita, mantannya.Di sisi lain, Alona duduk di kursi sebelahnya dengan tatapan kosong memandang jalan di depan mereka. Sesekali ia menghela napas panjang, berusaha untuk tidak terpengaruh oleh suasana hati Rajendra.Setelah beberapa saat, mereka akhirnya tiba di rumah. Alona dengan cepat melangkah keluar dari mobil dan hendak segera masuk ke dalam rumah, berharap bisa segera mengakhiri kecanggungan ini. Namun, saat ia hendak melangkah, Rajendra menghentikannya dengan menarik tangannya."Kenapa Daniel bisa ada di pesta?" tanya Rajendra dengan nada menekan, rasa kesal dan kecewa masih terasa dalam suaranya."Mana aku tahu
Di sebuah kafe yang tenang di sore hari, Sita dan Rajendra duduk berdua di sudut yang nyaman. Sita yang memulai pembicaraan, mengungkapkan niatnya untuk bertemu Rajendra dan berbicara tentang masa lalu mereka. Dia datang dengan hati penuh penyesalan karena dulu pernah meninggalkan dan menyakiti hati Rajendra."Sita minta maaf, Jendra," ucap Sita dengan mata berkaca-kaca. "Sita menyadari kesalahan yang pernah Sita buat. Sita ingin kita bisa kembali menjalani asmara seperti dulu."Rajendra menatap Sita dengan pandangan yang tidak bisa dibaca, hatinya berkecamuk antara ingin menerima kembali Sita atau menolaknya. Dalam hati, ia ingin menguji Sita lebih dulu untuk mengetahui sejauh mana keseriusan dan ketulusan Sita kali ini."Sita, aku sudah menikah," ungkap Rajendra dengan suara yang tegas namun lembut. "Aku tidak bisa kembali bersama kamu seperti dulu. Aku harus menjaga komitmen pada istriku."Sita menunduk, air mata jatuh membasahi pipinya yang merah. Dia merasa terhina dan kecewa, ta
Alona dan Daniel kini semakin akrab satu sama lain. Kehadiran Rajendra yang sering membawa Sita ke rumah memang membuat suasana di antara mereka berdua semakin nyaman. Meskipun belum resmi menjalin hubungan, kedekatan mereka jelas terlihat lebih erat daripada sebelumnya. Apalagi, kini Sarah telah menjalin hubungan dengan Tomy, yang juga merupakan sahabat baik Daniel.Keempatnya sering kali berkumpul untuk belajar bersama demi mempersiapkan ujian yang akan datang. Mereka bergiliran belajar di rumah masing-masing, kecuali di rumah Alona. Tak hanya belajar, mereka juga sering menghabiskan waktu bersama dengan makan bersama, atau pergi bersama saat akhir pekan. Kegiatan mereka terasa seperti pasangan yang sedang berkencan.Alona merasa bahwa ia juga berhak untuk menikmati masa mudanya, bersama teman-teman dan orang-orang yang dekat dengannya. Senyum yang terukir di wajahnya setiap kali bersama mereka, menunjukkan betapa bahagianya Alona dalam menghabiskan waktu bersama teman-teman terdeka