Share

Bab. 2. Penolakan Keyla

4 jam kemudian.

Ini adalah Perjalanan panjang yang mungkin, sangat membosankan bagi Keyla. Mobil berhenti tepat di halaman rumah kuno yang memiliki desain unik tidak mewah dan tidak juga besar, akan tetapi rumah itu terlihat asri. Papa keluar lebih dulu.Di ikuti mamanya.

"Key, kita sudah sampai, ayo," ucap papanya kemudian, sambil membuka pintu mobil.

Keyla yang tak sengaja sejak di perjalanan saran tertidur langsung membuka mata dan melihat di sekeliling. Diapun turun dengan malas.

"Kamu tau ini rumah siapa?" Mama mendekatinya. Keyla menggeleng.

"Jangan bikin malu di rumah ini, kamu harus terlihat sopan."

Keyla diam hanya menjawab dengan rona wajah datar. Merekapun berjalan menaiki satu persatu tangga di teras rumah itu dan papa mengetuk pintu sembari mengucapkan salam, tak sampai 15 detik salah satu penghuni rumah membukakan pintu.

"Tante Nia dan om Rama, ya?" Tanya gadis muda itu.

"Iya, kamu?" Mama menatapnya heran.

 "Tante, om, kakak kenalin aku Riana adiknya kak Andriek," Dia tersenyum dan mengulurkan tangan, menyalami tamu satu persatu setelah itu mempersilahkan mereka masuk.

 Di ruang tamu

 Pak Rino sudah menunggu.

"Halo, Rin apa kabar?" Papa mendekati seorang lelaki dengan wajah sedikit tirus.

 "Halo, Ma. Aku baik-baik saja dan kamu, Bagaimana? Sudah hampir 18 tahun kita tidak pernah bertemu dan wajah kamu tidak berubah masih tampan dan awet muda," ucap Pak Rino datar.

"Iya itu karena hidupku gak ku bikin susah," Papa tertawa. Begitu juga pak Rino, mereka saling memeluk dan berbincang penuh kerinduan, mereka adalah sahabat. 

 "Riana sekarang kamu panggil Kakakmu," ujar pak Rino kemudian.

"Baik, Yah."

Tak lama setelah itu datanglah sesosok pria gagah dengan wajah tampannya. Dia berjalan dengan tongkat di tangan kanannya.

"Ma, ini putraku, Andriek," Pak Rino memperkenalkan.

"Andriek bagaimana keadaanmu?" Papa mendekatinya sambil menepuk pundak lelaki itu. Dia tersenyum.

"Selalu dalam keadaan baik, Om," jawabnya pelan.

"Syukurlah, ayo, Om, perkenalkan ini Tante Nia, istri om sejak dulu." Papa tersenyum.

 "Tante, aku Andriek," dia mengulurkan tangannya.

 "Tante Nia," Mama menerima uluran tangannya dan mereka bersalaman.

 "Ini Keyla puteri kami," Mama memperkenalkan seorang gadis berwajah cantik yang berada di sampingnya.

"Aku Andriek," Dia mengulurkan tangannya lagi. Tapi Keyla tak menerimanya, dia hanya memandang dengan tatapan benci.

 "Key, ulurkan tanganmu," Mama memandang Keyla, tapi Keyla tak memperdulikan perintah mamanya

"Jadi, elo yang namanya Andriek, sorry gue gak selevel sama elo!" ucapnya sinis."Key kamu ngomong apa?" Mama berkata setengah geram bercampur malu.

"Key," Papa juga ikut menatapnya.

 "Apasih maksud mama sama papa jodohin Key sama lelaki buta kayak dia? Gak mungkinkan. Kalau sampai temen-temen Key tau, disimpen dimana muka Key, kalian gak punya perasaan!" Mata Keyla tiba-tiba berbinar-binar sedih bercampur tak percaya dengan jodoh yang di pilihkan kedua orang tuanya. "Pokoknya key gak akan menikah sama lelaki buta ini!"

 "Key tutup mulutmu, cukup!" Mama membentaknya.

"Mama jahat, Key benci mama!" Diapun menangis dan berlari keluar.

"Key ... Keyla dengerin mama." Mama akan mengejarnya akan tetapi papa segera menarik tangannya.

 "Udah, Ma biarin, gak papa."

 "Tapi, Pa, Key itu sudah keterlaluan!"

"Ma, di sini dia gak akan pergi kemana-mana," Papa mencoba menenangkannya.

Sementara ketiga keluarga itu terdiam di buatnya. "Rin, maafin tingkah gak sopan puteriku ya."

"Tidak apa-apa, Ma, biasalah emosi anak muda itu labil,"

Sementara Andriek cuma tersenyum mendengar hinaan yang di lontarkan kepada dia.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status