Share

Pov Aris

 Happy reading

 

 

 

--

 

Pagi pagi sekali aku sudah bangun seperti biasanya, menyapu rumah, memasukkan pakaian kotor kedalam mesin cuci, menjemur pakaian.

 

Kemudian memasak untuk diriku sendiri. Untung Sifa selalu menyetok persediaan bahan makanan dikulkas.

 

Aku sudah terbiasa melakukan pekerjaan rumah, karena kami sudah terbiasa melakukan semuanya bersama-sama, saling bagi tugas dan membantu satu sama lain.

 

 Aku memasak nasi goreng dan telor ceplok, masakan termudah.

 

Sarapan sendirian, tidur sendirian. Padahal baru satu hari satu malam, sudah merasa kesepian, bagaimana kalo selamanya, aku bisa gila kayaknya.

 

 

Aku benar benar merasa kehilangan Sifa, hidupku terasa hampa, rumah ini serasa kosong tanpanya.

 

Bodohnya aku menyakiti permata hatiku.

---

 

 Setelah selesai sarapan, aku bergegas berangkat, melajukan mobilku dengan kecepatan sedang menuju rumah Widia. Sebelum berangkat ke kantor. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengannya.

 

Aku segera turun dari mobil, rumah Widia terasa sepi sekali. Kupencet bel dipojokan sebelah pintu.

 

 "Iya sebentar!" sahutan dari dalam.

 

 "Silahkan masuk mas, saya panggilkan non Widia dulu," ucap Bibi setelah membukakan pintu.

 

 Aku masuk ke rumah Widia lalu duduk dikursi. Jam di dinding menunjukkan masih pukul 6, ternyata masih terlalu pagi, aku punya banyak waktu untuk bicara dengan Widia.

 

 Widia turun dari tangga, masih dengan pakaian tidurnya. Terlihat dari wajahnya dia baru saja bangun tidur.

 

 "Kenapa pagi sekali, udah sampai sini mas?" tanyanya sambil duduk disampingku.

 

 Akupun menggeser dudukku agak menjauh, diapun mengernyit heran.

 

 

"Iya ada hal penting yang mau aku bicarakan."ujarku.

 

"Bicara saja mas, pasti tentang istrimu." jawabnya menebak.

 

Ya tentu saja tentang istriku. Ini semua gara-gara kamu Widia.

Mepet aku terus, nyari kesempatan.

 

 "Mas minta maaf kalau punya salah, selama ini, lebih baik kita gak usah hubungan lagi sekarang, lupain kalo kita pernah kenal.

Mas gak mau kehilangan istri dan rumah tangga mas.

Kita adalah sebuah kesalahan, tidak baik jika dilanjutkan.

Kamu masih muda, perjalanan hidupmu masih panjang." ujarku sambil melihat ekspresi Widia yang terlihat kaget.

 

 "Tapi mas, bagaimana dengan hubungan kita? Aku sudah terlanjur nyaman denganmu!" seru Widia "Setelah semua masalah ini terjadi kamu ingin meninggalkanku mas?"tanyanya dengan mata yang memerah menahan tangis.

 

 "Siapa yang memulai ini semua, kamu kan? Kamu yang terus menerus memintaku untuk menemani kamu, katanya kamu kesepian? Bahkan aku sudah berkata bahwa aku ini sudah beristri, kamu juga mengatakan tidak masalah. Sekarang aku ingin kembali pada istriku, sebelum semuanya terlambat, jangan halangi aku." jawabku sedikit lantang, Aku benar benar emosi, Aku harus tegas. Aku takut jika harus kehilangan  istriku dan rumah tangga yang sudah kubangun dengan cinta.

 

 "Baiklah mas, kembalilah pada istrimu, maafkan aku jika merusak rumah tanggamu yang semula baik baik saja, sekarang menjadi runyam. Ini semua memang salahku, aku yang begitu merindukan kasih sayang orang tua, begitu melihatmu yang begitu lembut dan baik merasa ingin memiliki. Maafkan aku yang tidak tahu diri ini, maafkan aku sudah jadi orang ketiga dan duri dalam rumah tanggamu. Terimakasih atas waktu mas selama ini." ucap Widia sambil meneteskan airmata. 

 

 

"Mama Papaku juga akan balik ke segera kembali dari luar negeri mas, setelah melihat video kejadian dikampus yang viral kemarin. Aku berkata pada mereka bahwa aku kesepian, aku butuh mereka, aku butuh kelurga, aku butuh suport dan dukungan, aku butuh kasih sayang bukan uang, supaya mereka mengerti. Supaya difikiran mereka tidak hanya bisnis dan kekayaan saja." ungkapnya.

 

 "Baiklah Wid, maaf selama ini kalo mas punya salah, mas sebenarnya sudah menganggap kamu seperti adik mas sendiri." ujarku sambil melirik jam didinding.

 

 "Iya mas, maafin Widia juga. Widia juga sadar kalau Widia salah, aku akan meminta maaf juga sama istri mas" kata Widia.

 

 "Baiklah, sudah dulu ya Wid. Mas mau berangkat kerja, takut telat." ucapku seraya berdiri dan melangkah pergi.

 

 "Iya hati hati mas," jawab Widia lirih.

 

 Aku masuk mobil, kulihat Widia masih berdiri didepan pintu sambil melihat kepergianku. Ku amati dia, tangannya seperti menghapus sesuatu dimatanya, ya, dia menangis.

 

Maafkan aku Widia, aku juga salah karena sempat memberimu sebuah harapan, sehingga menimbulkan rasa sayang dan nyaman untukmu.

 

Aku harus mengakhiri ini semua, ini adalah kesalahan yang tidak patut untuk dilanjutkan.

 

Kulajukan mobilku pelan meninggalkan halaman rumah Widia, menuju kantor tempat kerjaku.

 

----

 

 Semua mata memandang ke arahku, ada yang sambil berbisik, ada yang menatap sinis. Ah, biarlah batinku. Mungkin ini karma untukku.

 

Aku terus berjalan ke ruanganku, tak ku hiraukan mereka semua, para teman teman kantor.

 

"Dasar laki buaya."

 

"Udah punya bini masih nyari gadis lagi."

 

"Pantes belum punya anak."

 

"Ganteng doang, kelakuannya bej*t."

 

 

Aku berusaha tidak mendengar.

 

 

--

 

   Jam istirahat siang, Aku menuju kantin bersama Anton. Semua orang tetap seperti tadi pagi, memandangku dengan sinis, ada yang berbisik bisik, ada yang tertawa.

 

Entahlah, mungkin menertawakan kebodohanku. Hanya temanku Anton yang masih selalu setia disampingku.

 

   "Lo gila ya Ris, wanita sebaik dan secantik Sifa masih lo selingkuhin. Bisa bisanya ya lo, padahal pas pacaran dulu lo yang bucin banget. Lo pas mimpi apa pas otak lo lagi geser kok bisa selingkuh?" oceh Anton sambil menyendok soto ayamnya.

 

   "Ceritanya panjang Ton, kalo diceritain gak bakal selesai selesai. Dulu itu berawal dari kasian, eh keterusan. Dia duluan yang ngejar ngejar gue, nempel nempel gue. Tapi gue juga salah, kok mau mau aja ya gue. Bodoh emang. Jujur gue cuma anggap dia kayak adik, cuma nemenin dia jalan jalan aja sama cari makan, udah gitu doang gak lebih." jawabku.

 

   "Sekarang udah ketahuan aja lo baru sadar, dasar laki laki maunya enak aja. Terus Sifa dimana sekarang?" tanya Anton, tiba tiba membuatku ingat, Aku harus menghubungi Sifa sekarang.

 

   Ku telfon Sifa berkali-kali, nomernya sudah aktif tapi tidak ada respon, pesanku dari kemarin juga cuma dibaca saja. Mungkin dia begitu marah dan kecewa padaku. Kucoba mengirim pesan untuknya, siapa tau dibalas.

 

    [Dek, Mas kangen banget sama kamu. Maafin mas dek, mas tau mas salah besar, tapi ini gak seperti yang kamu fikirkan. Kita harus bicara agar semuanya jelas. Mas mohon, tolong balas pesan mas.] klik, kukirim pesan. Langsung dibaca oleh Sifa, terlihat dia sedang mengetik pesan. Aku begitu bahagia.

 

   [Datanglah kerumah Ayahku.] balasan singkat dari Sifa sudah sangat membuatku bahagia.

 

 

  [Makasih dek udah mau bales pesan mas, mas sayang banget sama kamu.] ku kirim lagi pesan untuk Sifa, hanya dibaca.

 

---

 

Gimana teman teman.

Baikan apa enggak nih, hayooo?? 

 

Komen (7)
goodnovel comment avatar
Etien Kurniarin
kasih pelajaran dulu tuh si Aris ,jgn bikin mudah
goodnovel comment avatar
Setiani
gausah sif...palingan widia datang lagi, mepet lagi.
goodnovel comment avatar
Widia Wati
sekli selingkuh pasti akan terulg lagi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status