"Sudahlah, Samsul!" sela Dara, "Jadi superhero jalanan adalah pilihan kita. Kau tak bisa paksakan pada orang lain!" "Huh!" balas Samsul merengut. "Aku tahu," ujarku, "ini masa yang sulit dan membingungkan. Aku harap ada regulasi yang lebih bagus untuk mengatur superhero. Dan mengatur rakyat.""Wah, calon DPR, nih!" gurau si Kuda. "Jangan skeptis, teman-teman!" dukung Dara padaku, "Barangkali Kris memang bisa merubah jaman! Aku bisa melihat potensinya untuk merubah masa depan!""Yah, dia memiliki keris dari berbagai generasi!" sahut si Kuda, "Pernah terpikir untuk memiliki kerismu sendiri, Kris? Aku bisa mencarikannya online untukmu!""Ah, kau ini, Andi!" balas Dara, "Korban jaman pula! Apa-apa serba online! Keris pusaka sejati kurasa takkan bisa ditemukan online.""Tapi, sudahlah," lanjutnya, "jangan bahas macam-macam! Selly, tetaplah di sini. Kami membutuhkanmu. Dan kami sama sekali tak menganggap kau sebagai beban. Kau kan bagian dari keluarga.""Yah, aku tahu, tapi..." jawab Sell
Untung ojek online segera datang. Aku segera meluncur ke lokasi. Terjadi perampokan sebuah bank. Pelaku menyandera orang-orang di dalam. Polisi sudah bersiap mengepung. Terlihat beberapa mobil polisi memblokade area depan bank. Para personil pun sudah bersiap dengan senjata mengacung. Batas polisi dipasang dan masyarakat berkerumun dari beberapa jarak. Salah satu dari polisi berseru dengan megaphone, "Perhatian, kalian yang di dalam! Menyerahlah! Tempat ini sudah kami kepung! Bebaskan para sandera!"Tak terdengar jawaban ataupun balasan dari dalam. "Jika kalian tak menyerah, kami akan menyerang ke dalam!" lanjut polisi yang kuduga adalah seorang komandan. "Di mana kalian?" tanyaku pada teman-teman lewat radio yang terpasang di telinga seperti earphone. "Aku ada di atas gedung sebelah!" jawab Dara. "Aku di samping kiri gedung!" jawab si Harimau, "Sembunyi di antara kerumunan.""Aku di kafe seberang gedung," jawab si Kuda."Aku di belakang polisi," balasku, "Dari mana kau tahu ka
Kucoba menyerang si kekar. Ia memang cukup kuat. Kami berbaku hantam cukup seru. Sementara si kecil terus memburu dan memberondong si Harimau dengan peluru. Si Kuda yang bangkit kembali mencari celah dan menerjang pemberondong itu hingga terjatuh. Si Harimau segera meloncat cepat merampas senjata si kecil. Teman-temanku memang tak kebal senjata api. Ia juga merenggut tas besar dalam tentengan lengan perampok itu. Sempat robek akibat cakar Harimau. Dan isinya berupa uang yang cukup banyak. Sebagian tersebar keluar. Dengan satu kali tamparan, perampok kecil itu pingsan tak berdaya. Sementara aku masih bertarung dengan perampok kekar. Cukup aneh, kekuatan kerisku seakan tak berdaya melawannya. Setiap kali kukeluarkan energi keris sakti, ia seakan menyerap energinya hingga tak mempan sama sekali padanya. Aneh! Sama anehnya dengan orang besar dari Kerbau Merah yang tempo hari menyerangku. Ia juga seolah bisa menyerap energiku. Apakah mereka juga bisa menyerap energi kawan-kawanku dari
Ah, satu orang berhasil Dara tangkap. Aku harus menanyainya. Sementara si kekar juga melarikan diri dari jendela dan dikejar para polisi. Entah kenapa gedung-gedung perkantoran memiliki jendela-jendela kaca yang besar. Baik yang klasik maupun modern. "Biar kukejar!" gumam High Quality Man bangkit dan keluar gedung. Aku juga segera bangkit dan menyusulnya. Berlarian mengikuti para polisi di jalan-jalan kecil di antara pergedungan. High Quality Man segera terbang dan mendahului para polisi itu. Berusaha mengikuti jejak si kekar. Enak benar ia. Aku harus susah payah berlari. Kami melalui lorong berliku-liku. Dan sepertinya kehilangan jejak. Para polisi dan High Quality Man kebingungan dan mencari-cari si perampok di sebuah gedung tua yang sudah tak terpakai. Jejaknya hilang di sini. Mereka menggeledah ruangan demi ruangan. Nihil. Gedung itu terlihat kumuh dan berantakan. Di sana-sini terdapat sisa-sisa bangku, kursi, sofa, sekat, kertas-kertas, kasur dan berbagai kelengkapan kantor l
Tembak-tembakkan terus terjadi. Dan kami terus menghindari serangan dua perampok itu. Mata mereka menyala merah seperti sinar infrared. Aku berusaha mengeluarkan energi keris untuk menjatuhkan si kekar. Atau setidaknya menyingkirkan senjatanya. Namun lagi-lagi seolah ia bisa menyerap energiku. Di sisi lain, si Kuda dan Harimau terus menghindari tembakan dari si perampok kecil. Mereka nampak menunggu saat yang tepat untuk menyerang balik. Kuberusaha mendekati si kekar. Tak ada jalan lain untuk menghentikannya. Berondongan senapan tak mampu melukaiku. Kuhadirkan sebuah keris sakti di tanganku. Barangkali bisa kutebas senjatanya. Kuyakin senapan itu tak bisa menyerap energiku. Perampok itu nampak resah melihatku maju tak gentar. Berondongan ia perkuat. Baru hendak kuserang, tiba-tiba muncul High Quality Man ke atas gedung dengan terbang. "Yuhuu!" serunya, "Di sini kau rupanya!"Si kekar nampak kaget dan mengarahkan berondongan pada superhero itu. Tak mempan! High Quality Man denga
"Semua perusahaan bilang begitu," jawab si Kuda, "Apalagi jika perusahaan start up." "Haha, tidak juga," balas High Quality Man, "Lihat saja fasilitas yang kudapatkan. Kostum bagus. Iklan tak terlalu norak. Tak seperti, kalian tahu, sinetron sekarang. memasukkan iklan sembarangan." Kami bertiga terdiam. Kostum High Quality Man memang bagus. Elegan dan tidak norak. Dan seperti kata teman-temanku dulu, para superhero di perusahaan ini memang kabarnya mendapatkan fasilitas yang bagus. "Gaji dan fasilitas kami lumayan," lanjut superhero itu sambil meminum tehnya, "Aku bisa bangun mansion mewah di perbatasan kota. Hanya superhero tertentu yang bisa kaya raya, Bruce Wayne misalnya. Itupun karena warisan dari ayahnya." "Kau ini supehero atau sales?" balas si Kuda. "Hahaha, di jaman seperti ini, superhero pun jadi bahan iklan dan kapitalisme yang bagus. Buktinya, banyak film superhero yang laris manis. Belum lagi muncul versi game-nya!" Kami hanya terdiam. Yah, apa yang dikatakan High Q
Kuhabiskan waktu dengan merenung di kasur malam itu. Ah, untung saja Dara tak apa-apa. Hanya pahanya yang tertembak. Bagaimana jika terkena bagian vital tubuhnya? Ia bisa mati. Yah, teman-temanku bisa mati semua. Dan itu demi keinginanku memburu kelompok Kerbau Merah. Ah, aku sudah mencelakakan teman-temanku. Aku tak bisa begini. Haruskah aku mengikuti saran Selly? Kembali ke desa dan hidup bertani? Meninggalkan segala tetek-bengek superhero ini. Tapi bagaimana jika kejahatan terjadi? Bagaimana jika kelompok Kerbau Merah berulah? Ah, apakah itu bukan urusanku? Sudah banyak superhero di luar sana. Tapi bagaimana dengan teman-temanku? Baik yang di perusahaan dulu, ataupun para superhero jalanan ini? Aku tak bisa membiarkan mereka dalam bahaya. Dan janjiku untuk memburu kelompok itu harus kupenuhi pula. Pada pagi harinya, teman-teman hendak menjenguk Dara. Saat akan berangkat, tiba-tiba ada telepon masuk. Nomor tak dikenal. Cukup aneh. Sebelumnya hanya teman-temanku saja yang men
"Apa?!" tanya superhero itu kaget, "Kau ingin bergabung?!""Yah," jawabku sedikit menganggukkan kepala. "Bagus, ayo kuajak menemui manajer!" ujarnya senang merangkul pundakku, "Kita akan jadi tim yang hebat, Kris!"Aku diajaknya menemui manajer yang kemarin. Seorang paruh baya dan sekertarisnya. Di dalam kantornya, kubaca beberapa lembar kontrak dan menandatanganinya. Tak banyak persyaratan yang diperlukan. "Kalian tak butuh KTP-ku?" tanyaku heran. "Kenapa kami harus butuh itu?" jawab sang sekertaris tersenyum, "Kami sudah tahu siapa kamu. Keris Man, superhero yang begitu mempesona dan terkenal." "Terkenal payah, maksudmu?" balasku. "Tidak," jawabnya mengotak-atik tablet untuk memasukkan dataku, "kau superhero hebat! Hanya perlu sedikit pembenahan!" Ia tersenyum menatapku dan membetulkan kacamatanya. "Jangan dengarkan apa kata netizen, Keris Man!" lanjutnya, "Orang kita belum siap dengan kebebasan bicara! Kami akan memperbaiki performamu!" Dan setelah ia selesai memasukkan datak