"Madam! Hentikan!" Sheira langsung menyambar tangan Madam Cherry dan membuat tubuhnya berhenti bersinar. "Dengarkan aku dulu! Kumohon! Mereka bukan musuhmu!"
Dengan susah payah Sheira membujuk dan membawanya duduk ke sofa. Madam Cherry menangis dan terlihat sangat sedih. Sheira berusaha menjelaskan padanya bahwa ini semua ulah kekaisaran. Mulai dari Shana yang diberi ramuan sihir, tentang Pangeran Alfons, hingga nubuat para dewa di mimpinya.
Suasana jauh lebih tenang.
"Aku ... aku belum bisa terima .... Pria itu sudah membunuh Reghar," tunjuk Madam Cherry pada si raja Direwolf. Ditrian masih berdiri di tempatnya, tak mengatakan sepatah katapun untuk membela diri.
"Aku tahu, Madam. Aku juga merasakannya, Reghar adalah kakakku. Tapi dia sendiri yang menginginkan ini. Ia ingin bersama Shana di nirwana. Mereka sudah bertemu. Mereka sudah bahagia di atas sana."
Sekilas, wajah Madam Cherry terlihat sedikit sungkan, tapi tertutupi dengan air matanya.
"Reghar?" tanya Ditrian bingung.Mungkinkah ... di dalam kotak itu ada potongan tubuh kakaknya? Jarinya mungkin? Atau bola mata yang sudah diawetkan? Membayangkannya saja membuat Ditrian jijik.Sheira memutar kotak itu ke hadapan wajah sang raja.Sebuah cincin yang sangat sederhana. Cincin emas kecil yang biasa saja. Tidak ada ukiran istimewa di sana. Hanya ada sebuah batu merah delima yang kecil sebagai matanya.Alis Ditrian mengerut."Itu ...?""Jimat Magi-ku! Namanya Reghar. Ini ... pemberian Reghar."Sheira selesai menunjukkannya pada Ditrian. Kini cincin itu sudah menghadap padanya lagi. "Aku merindukanmu. Sudah waktunya. Ditrian ... bisakah kau menutup semua pintu dan jendela?"Tanpa ia bertanya, Ditrian menghampiri setiap jendela yang ada. Menutup tirai dan bingkainya rapat-rapat. Pintu juga ia kunci. Tak apa disuruh-suruh. Rasa penasarannya jauh lebih besar.Sheira menarik nafasnya dalam-dalam. Kemudian ia memung
"Ajak kami juga Tuan!" seru wanita-wanita itu sepanjang lorong.Mereka tak tahu siapa pria tampan nan kuat yang sedang menggendong wanita di rumah bordil Madam Cherry.Semua orang melihat mereka. Tamu-tamu juga. Beberapa wanita ada yang cekikikan melihat tingkah keduanya. Sementara itu, Sheira meronta-ronta dan merengek."Turunkan aku!" Ia memukuli punggung belakang Ditrian yang terasa percuma. Kedua kakinya sudah berontak menggantung di sana. Tapi dekapan lengan kanan Ditrian begitu kuat."Tuan, bolehkan saya bergabung? Tidak usah bayar," seorang wanita yang cantik dengan pakaian minim mencegatnya."Minggir!" hardik Ditrian dengan kasar."Akh!"Ia menyingkirkan wanita itu hanya dengan lengan kirinya hingga terjerembab ke tepian lorong. Memukul lebih tepatnya.Sheira yang mendengar teriakan itu mendongak. Sedari tadi kepalanya menggantung di bawah sampai darah rasanya sudah ada di ubun-ubun. Ia terkesiap melihat wanita itu terj
Angin sepoi-sepoi bertiup. Ditrian melihat pria yang sama di bawah pohon Ygritte. Entah sudah berapa kali ia menemui pemandangan ini.Dia sudah tahu, mimpi ini akan berakhir ketika ia menemui pria itu, Reghar. Lalu namanya disebut, 'Ditrian von Canideus'. Ditrian akan terbangun.Tapi ... kali ini berbeda."Aku senang kau sudah sejauh ini," ucap Reghar. Tatapannya yang tenang dengan senyum ringan menguasai Ditrian."Reghar ... aku ... aku benar-benar minta maaf. Aku sudah membunuhmu ... dan-.""Terimakasih," potongnya. "Aku bersama Shana berkatmu," senyumannya masih ada."Tapi ... Sheira ....""Kau bersamanya kan?" Ditrian mengangguk pelan. "Jaga adikku baik-baik ya."Ditrian terkesiap. Kata-kata Reghar barusan membuatnya membeku."Jaga dia dengan nyawamu. Katakan padanya, aku minta maaf sudah meninggalkannya sendirian." Reghar memegang bahu Ditrian, seperti nyata. "Dewa telah mengikat Sheira denganmu. Apapun yang kau lak
Di sebuah bukit dekat Kota Vanran, ibukota Galdea, ada sebuah pohon yang sangat besar dan rindang. Hanya ada pohon itu saja berdiri di sana, sendirian menghadapi angin.Madam Cherry membawa mereka ke sana. Tak lupa ia membawa seikat bunga warna-warni."Dimana makam Raja Reghar?""Di atas sana," tunjuk Sheira, tepat di kaki pohon itu.Langkah mereka pun semakin dekat."Ma-Madam? Apakah ini ...," Sheira kaget bukan main.Tidak ada pusara yang tertuliskan namanya, Reghar von Stallon. Hanya ada beberapa ikat bunga yang sudah kering dan tercerai kelopaknya karena angin.
"Sheira-ku sayang ... aku akan sangat merindukanmu," ucap Madam Cherry sambil memeluk Sheira."Madam, terimakasih atas semua yang telah kau lakukan untukku, dan untuk Reghar. Aku tak akan melupakannya.""Sheira-ku ... ingatlah ... aku akan selalu ada saat kau membutuhkanku. Hanya kau kepingan Reghar yang masih tersisa di dunia ini."Sepanjang ucapan selamat tinggal yang ia lontarkan, Madam Cherry hanya melirik sinis pada Ditrian. Ia tak mengatakan apa-apa, seolah pria itu dan sisa kaumnya tidak berarti.Sheira mengangguk. Setelah perpisahan itu dan semua orang siap dengan perbekalan mereka, rombongannya pergi. Wanita-wanita di Distrik Merah melambai pada sekumpulan 'pedagang' Direwolf itu.
"Bagaimana bisa ini terjadi?" geram Kaisar Julius. Suaranya serak dan berat. "Jelaskan padaku!" pekiknya sambil melempar perkamen.Gulungan dokumen itu langsung mengenai wajah Pangeran Alfons. Pria itu hanya bisa tersentak tanpa menghindari segepok gulungan perkamen yang tebal."Hal begitu saja kau tidak bisa?!" teriak pria tua itu."Maafkan saya, Baginda Kaisar. Saya siap menerima hukuman apa saja," lirih Alfons. Matanya tertunduk."Bahkan jika kupancung kepalamu, ini semua tidak akan selesai! Bagaimana kau bisa membuat tiga kerajaan membelot padaku!"Alfons masih belum berani bicara."Jawab aku!"
Sepanjang jalan, desa-desa yang mereka lewati menjadi lebih sepi. Penduduknya semakin berkurang seiring semakin jauhnya dari ibukota. Terkadang, rombongan itu tak bisa menemukan penginapan satu pun sehingga mereka harus membangun tenda.Nampaknya Sheira dan Ditrian tak banyak bicara. Ditrian berada di posisi semula, dimana dia diacuhkan oleh wanita itu."Yang Mulia ...," Sir George berhenti. Rombongan itu pun ikut berhenti.Dari jarak itu mereka bisa melihat kabut tebal yang membentang di balik desa. Wajah Sir George ngeri. Ia menelan ludah.Ditrian melangkahkan kudanya ke barisan depan. Wajah semua orang tegang, termasuk Putri Sheira."Ayo," perintah Ditrian.Rombongan itu melangkah menghampiri desa. Hanya ada beberapa bangunan di sana. Warganya sangat sedikit, bisa dihitung jari."Lihat! Direwolf datang lagi!" seru seorang anak kecil. Ia menunjuk pada mereka.Sir George turun dari kudanya dan menghampiri seorang
"AAAAAKK!"Sesosok mahluk bersayap kelelawar melintas di atas kepala-kepala mereka. Ia menjerit keras sampai memekakkan telinga. Tak ada yang tahu seperti apa rupanya. Semua orang sibuk menunduk menyelamatkan kepala masing-masing. Lalu mahluk itu ditelan kabut. Tidak tahu terbang ke arah mana. Tapi ia masih berteriak-teriak."Apa itu tadi?!" ucap Sir George dengan suara bergetar."Diam!" desis Ditrian.Mereka menengadahkan pandangan ke atas, waspada sekaligus takut akan apa yang sedang mengintai di balik kabut.Sheira merapal mantra lagi. Kulit wajahnya tergambar pola-pola aneh bercahaya keemasan kont