Share

EPISODE 3

Terlihat Aksara tengah mengekor pada Rimbu yang sedari tadi berkeliling di pasar pagi menawar beragam harga sayuran. Kebersamaan keduanya bermula ketika ojek online yang ditumpangi Rimbu menuju pasar pagi mendadak mogok. Aksara yang kebetulan melintas, langsung membantu driver ojek online tersebut memeriksa penyebab kerusakan motornya.

Rimbu yang baru saja kembali dari tempat sepi seusai membuat panggilan telepon, terkejut mendapati keberadaan Aksara, pun sebaliknya. Lagi-lagi kejadian tak terduga menimpa keduanya. Rimbu tersenyum canggung pada Aksara, yang lalu dibalas Aksara dengan anggukan. Merasa tak nyaman, Rimbu pun berniat memesan ojek online yang lain.

Tetapi semesta menggagalkan niat Rimbu. Rintik hujan mulai turun, diiringi kilatan-kilatan yang sekilas membentuk pola menyeramkan. Driver ojek menyarankan Rimbu untuk memesan mobil online, atau menumpang pada Aksara sampai ke tempat tujuannya. Sementara si Driver Ojek sendiri, akan berteduh sambil menunggu kenalannya dari bengkel.

Spontan Rimbu menolak tegas usulan kedua si Driver Ojek, dan mantap memilih memesan mobil online. Rimbu pun langsung mengeluarkan ponselnya, namun sebuah kilatan membuatnya sangat terkejut hingga tanpa sengaja menjatuhkan ponsel mewahnya. Itulah alasan keduanya bisa berjalan bersama pagi ini. Karena kejadian tak terduga yang didukung campur tangan semesta.

"Saya pulang naik angkutan umum aja."

"Kalo yang nganter gua, yang mulangin juga harus gua." Aksara memasukkan plastik belanjaan Rimbu ke dalam bagasi.

"Gitu ya. Oke," balas Rimbu seraya membantu Aksara.

"Masuk duluan aja."

"Oke. Makasih ya." Rimbu berlalu masuk ke dalam mobil Aksara.

Aksara menghentikan aktivitasnya, dan memandangi Rimbu yang melenggang pergi tanpa ada beban pun perasaan sungkan. Semburat ketertarikan terlukis sesaat di wajah tampan Aksara. Ini adalah kali pertama seorang wanita tidak membuat Aksara menghela napas. Wanita yang jauh dari label merepotkan, yang mengerti suasana hati lawan bicaranya, dan anti bermain kode.

Di sepanjang perjalanan, baik Aksara maupun Rimbu hanya sibuk pada pandangannya masing-masing. Keduanya sama-sama berpikir jika tidak ada yang perlu diobrolkan. Aksara memandang ke depan, berkonsentrasi mengemudi karena jalanan yang mulai padat. Sementara Rimbu memandang ke samping kanan, melihat aktivitas penduduk yang mulai berlomba mengais rezeki.

Rimbu pun tiba di rumah kosnya bersamaan dengan kumandang adzan subuh. Aksara lalu pamit undur diri setelah menurunkan semua plastik belanjaan Rimbu di depan gerbang kos. Di tengah salam perpisahan canggung keduanya, Theo tiba-tiba muncul. Theo menatap Rimbu sesaat, lalu berganti menatap Aksara yang juga sedang menatapnya.

Seolah jengkel dengan sesuatu yang entah apa, tanpa mengatakan apapun pada tetangga abadinya, Rimbu, Theo pergi begitu saja ke arah timur menuju masjid. Aksara menghela napasnya, merasa menyesal karena telah membuat Theo yang dianggapnya sebagai kekasih Rimbu, terbakar api cemburu. Aksara menebak jika akan ada hambatan di jalan pulangnya nanti.

Dan benar saja, pria blasteran berwajah teduh dengan balutan baju koko cokelat berikut sarung yang ditemui Aksara beberapa detik lalu benar-benar menghadang perjalanan pulangnya. Pria blasteran itu, Theo, beranjak dari sandarannya di tembok ketika lampu mobil Aksara menyorotnya. Merasa ditunggu, Aksara pun menghentikan laju mobilnya, dan menurunkan kaca.

"Boleh ngobrol?"

"Soal Rimbu?" Aksara balik bertanya pada Theo.

Theo memandangi mobil Aksara. "Bukan, tapi soal mobil ini."

"Porschi 719 boxser t."

"Harganya masih sama kaya taun lalu?" tanya Theo lagi.

Aksara mengangguk. "Tapi yang warna item udah turun."

"Sama yang warna ijo."

Aksara kembali mengangguk. "Gua gak punya hubungan khusus sama Rimbu."

"Dia emang gak punya hubungan khusus sama yang namanya cowok."

"Terus?"

"Terus gua harep gua gak ngeliat mobil miliaran ini lewat di sekitar sini lagi ke depannya," bisik Theo.

•••••

Waktu menunjukkan pukul 11.09, Aksara bangun lebih awal dari biasanya setelah terjaga beberapa kali karena mendapat mimpi buruk. Aksara beranjak, membuka tirai jendela kamarnya, dan menikmati pemandangan siang Kota Jakarta yang sibuk dari lantai dua puluh lima apartemennya. Setelah puas melihat keruwetan orang-orang dan beragam kendaraan di bawah sana, Aksara bersiap melakukan rutinitasnya melatih ilmu bela diri muay thai.

Ketika Aksara berjalan menuju tempat di mana mobil mewahnya biasa terparkir, seruan namanya dari seseorang membuat langkahnya terhenti. Aksara menoleh ke belakang, dan didapatinya sang Mantan Kekasih tengah berlari dengan wajah gembira ke arahnya. Ketika wanita berkaos tanpa lengan itu semakin mendekat, Aksara merentangkan satu tangannya ke depan, memberi jarak jelas jika baik dirinya maupun sang Mantan Kekasih, tidak boleh lebih dekat dari itu.

"Ih, apa nih? Maksudnya aku gak boleh meluk kamu gitu?" tanya mantan kekasih Aksara, Nisma.

Aksara tak merespon, hanya menatap Nisma dengan ekspresi datar. "Iya deh iya. Jadi ternyata kamu pindah ke Jakarta, ya. Aku udah feeling sih. By the way, kamu makin ganteng, makin keren, makin oke juga ya bodynya," imbuh Nisma sambil tertawa.

Aksara melanjutkan memakai jaketnya. "Gua buru-buru mau makan, sorry."

"Yaudah yuk kita makan bareng. Udah lama juga kan. Masa gak kangen sama aku sih, Sa?" Nisma tiba-tiba memeluk Aksara dari belakang.

"Gua kena penyakit kelamin."

Mendengar itu, spontan Nisma buru-buru melepas pelukannya. Tanpa ragu Aksara pun melanjutkan perjalanannya. Nisma masih diam mematung, mencoba mencerna apa yang baru saja Aksara sampaikan padanya. Aksara tak menoleh sedikit pun ke belakang, dan berlalu begitu saja masuk ke dalam lift. Aksara mendengus kesal, karena pertemuan tak terduganya setelah sekian tahun dengan Nisma, kembali membuat kenangan suram masa lalunya naik ke permukaan.

"Anjing!" seru Aksara seraya meninju dinding lift.

Mantan kekasih yang baru saja bertegur sapa dengan Aksara sekian detik lalu adalah wanita yang mengenalkannya pada nikmat surga dunia. Dialah yang mengambil pengalaman bercinta pertama Aksara, dan dia jugalah yang telah mengubah Aksara menjadi binatang berwujud manusia tampan. Dulu, hampir setiap hari mereka bercinta, tak kenal tempat, tak kenal waktu, dan hanya terus bercinta seperti orang yang buta akan siksa api neraka.

Aksara mulai terjerumus dalam kubangan dosa berzina setelah kehilangan keluarga satu-satunya yaitu sang Nenek. Aksara yang terhanyut dalam kesepian, mencoba mengais perhatian dan kasih sayang tulus dari tiap-tiap wanita yang dikencaninya. Tetapi hampir semua dari mereka hanya memanfaatkan Aksara. Tidak terhitung sudah berapa lusin perempuan yang telah berbaring di atas tubuhnya. Hingga suatu hari, Tuhan menegurnya dengan vonis penyakit sifilis.

Teguran Tuhan lewat penyakit hina itu berhasil membuat Aksara sadar. Aksara memutuskan untuk memulai hidup di tempat yang baru, dan mengubur dalam-dalam aib masa lalunya di tanah di mana dia dilahirkan. Sebisa mungkin Aksara tidak ingin berurusan dengan wanita-wanita di masa lalunya, dan mantap menutup rapat pintu hatinya untuk siapa pun. Aksara yang sekarang, adalah Aksara yang sejuta kali lipat berbeda dengan Aksara beberapa tahun silam.

•••••

Sudah dua pekan Aksara tinggal di tempat latihan muay thainya, karena merasa tak nyaman dengan kemunculan sang Mantan Kekasih, Nisma. Dan yang paling membuat Aksara tidak nyaman adalah, ekspresi bersalah di wajah Nisma, yang entah ia tunjukkan dengan tulus atau hanya sekadar mengasah kemampuan seni perannya.

Oleh sebab itu Aksara memutuskan untuk angkat kaki dari apartemen mewahnya, dan tinggal sementara di tempat latihan muay thai. Lalu kebetulan Rimbu pun sudah empat hari ini tinggal di kafenya. Rimbu tengah disibukkan dengan perekrutan pekerja paruh waktu baru dan hal lain yang hanya bisa ditanganinya seorang.

"Iya. Ada cewek mondar-mandir di depan apartemen lu."

"Terus?" tanya Aksara pada sahabat sekaligus karyawannya, Denar.

"Dia kaya mau nanya gitu tapi takut-takut. Diliat dari mukanya sih beneran khawatir."

Aksara beranjak, menyudahi push upnya. "Jangan ketipu sama ektingnya."

"Kalopun ketipu juga gak bakal gua tegor. Males gua berurusan sama cewek. Ribet. Oya, lu udah denger kalo Rimbu dianiaya mantannya?"

Spontan Aksara menoleh pada Denar. "Dianiaya? Gimana ceritanya?"

Awalnya Denar mengira keramaian di depan kafe komik milik Rimbu merupakan antrian rutin selayaknya akhir pekan. Tetapi langkah Denar seketika terhenti saat teringat jika hari ini masih hari kamis. Denar pun menghampiri keramaian, dan mencoba bertanya pada salah satu remaja wanita yang berjarak paling dekat dengannya.

Remaja wanita itu mengatakan jika si Pemilik Kafe, Rimbu, tiba-tiba diseret ke dapur oleh seorang pria berkemeja kotak-kotak biru hitam ketika tengah sibuk melayani pengunjung. Terdengar jelas makian si Pria dari dalam dapur kafe, tentang dirinya yang merasa tersindir dengan caption pada unggahan foto Rimbu di akun media sosialnya.

"Nih, captionnya." Denar menunjukkan sesuatu di ponselnya pada Aksara.

"Kalo itu cowok kesindir, berarti bener dong dia numpang idup selama mereka pacaran."

"Logikanya sih gitu. Katanya itu cowok sempet minta Rimbu buat apus postingannya, tapi Rimbunya gak mau dengan alesan sayang likesnya udah bejibun," terang Denar.

Aksara tersenyum. "Berani juga. Apaan tadi inkstagramnya?"

"Rimbunbanget."

Aksara kembali tersenyum. "Dia punya selera humor ternyata."

Denar memandangi Aksara yang tengah sibuk menambah otot-otonya. Jelas ada yang asing dengan sahabat sekaligus bosnya itu. Memang terlalu cepat menyimpulkan jika Aksara mulai tertarik pada Rimbu, mengingat selama tiga tahun ini hubungan mereka tak menunjukkan kemajuan sedikit pun meski sudah didukung oleh seluruh warga ruko.

Namun ini kali pertama Denar melihat Aksara banyak bertanya, dan sejak delapan tahun mereka bersahabat, hanya Rimbu satu-satunya wanita yang pernah dibahas Aksara. Aksara adalah sosok yang pas jika digambarkan dengan misteri, teka-teki, dan rahasia. Karena Denar sekali pun, tidak akan bisa menjawab jika ditanya lebih jauh tentang Aksara.

"Besok lu jadi ke Semarang?"

Aksara mengangguk menanggapi Denar. "Tempat siapa dah itu?" tanya Denar lagi.

"Pelatih gua."

"Wih, seru. Kalo lu aja udah jago banget muay thai apa kabar pelatih lu. Penasaran gua pelatih lu ka--"

"Ikut aja," sela Aksara setelah mengambil napas dalam.

"Sengaja banget lu ngajak gua pas jadwal ngajar gua padet."

Aksara melompat memulai latihan pull up. "Gua jalannya nyantai yang penting nyampe semarang hari itu juga."

"Rencana jalan jam berapa emang lu?"

"Jam dua," jawab Aksara.

Spontan Denar melempar handuk pada Aksara. "Emang niat lu gak ngajak gua anjir. Jam segitu mah gua lagi padet-padetnya."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status