Keesokan harinya Ziu mulai berkeliling di sekitar tempat tinggal barunya. Dia tampak berjalan-jalan bersama Khani. Namun, sebenarnya itu hanya sebuah kamuflase. Ziu sejatinya sedang mencari informasi mengenai keadaan di tempat itu. Hal ini sebagai salah satu cara untuk masuk ke dalam ruangan rahasia yang dibicarakan oleh Khani.Banyak pelayan yang sedang sibuk melakukan tugasnya di pagi itu. Beberapa pelayan terlihat sedang menyapu halaman dan merapikan rumput ataupun tumbuhan. Ada juga yang sedang membersihkan sisi bangunan yang tampak kotor.Di tempat terpisah, terdapat pelayan yang membersihkan kolam air. Mereka semua bekerja tanpa banyak bicara sehingga pekerjaannya tidak akan berlangsung lama. Vajra memang meminta mereka untuk fokus kepada kewajiban yang harus dilaksanakan terlebih dahulu. Hal itu akan melatih para pelayannya agar lebih tertib saat berperilaku.Setelah beberapa saat Ziu berjalan memperhatikan keadaan di sekitar kediaman Vajra, dia berdiri m
Ziu kemudian membalikkan badannya sehingga menghadap ke arah Khanti. Dia hendak menjelaskan sesuatu kepada gadis yang menatapnya dari bawah. Khanti penasaran dan sangat ingin tahu maksud dari ucapan majikannya tadi.“Sebelum berada di sini, aku adalah seorang kurator museum yang sangat dihormati oleh para karyawanku. Aku pernah terkunci di dalam museum seorang diri karena tertidur di kamar mandi. Aku terpaksa harus mencari jalan keluar dengan cara memanjat tembok dari taman. Saat itu pun aku bahkan melakukannya dengan menggunakan alas kaki yang tidak nyaman dan aku berhasil,” tutur Ziu dengan panjang lebar.Gadis nekat itu pun kembali melakukan usaha untuk memanjat dinding di hadapannya. Lagi-lagi Khani melarang dan menghalangi usaha majikannya itu. Dia terus memegangi kaki Ziu sehingga membuat nona mudanya semakin kesulitan memanjat dinding.Ziu menghentikan usahanya. Dia diam dan tampak berpikir sebentar. “Akan memakan waktu lama jika begini.
Vajra yang mendengar teriakan perempuan berhenti dan tampak mencari sumber suaranya. Kemudian dia melihat seorang perempuan berada di atas dinding. Dia segera berjalan cepat dan mendekati perempuan tersebut. Wajah Vajra menunjukkan rasa heran ketika mengetahui identitas perempuan tersebut. Dia hanya terdiam melihat Ziu.Lagi-lagi Ziu hanya melihat dengan ekspresi wajah terpesona ketika Vajra melihatnya dari bawah tempatnya terjebak. Dia terdiam tanpa bisa mengeluarkan kata-kata dari mulutnya seperti biasa. Tapi hal itu tidak terjadi terlalu lama. Sesaat kemudian Ziu tersadar dari lamunannya.“Kakak laki-laki” panggil Ziu dengan suara yang dibuat-buat.Vajra mengangkat kedua alisnya secara bersamaan. Dia melakukan hal itu sebagai tanda bahwa sedang mendengarkan perempuan yang terjebak di atas dinding itu.“Kakak laki-laki, Nona kecil ini sedikit nakal karena dengan lancang menaiki dinding untuk menyaksikan pemandangan. Namun, sekarang malah tidak bisa turun. Kakak, bisakah kau meminjam
“Ziu,” jawab Khani dengan sangat jelas. “Khani, akhir-akhir ini mengapa kau menjadi begitu ceroboh?” ujar Ziu dengan raut wajah yang sedih. “Kau bahkan tidak memiliki sedikit sopan satun dan etiket.” Khani memenjamkan mata sebentar sambil menggigit bibir bawahnya pelan. Dia tampaknya sadar jika sudah melakukan kesalahan. “Kau bahkan membiarkanku naik ke atas dinding sehingga terjatuh dengan keras. Seharusnya hal seperti itu tidak boleh terjadi,” lanjut Ziu. “Baik, Nona. Maafkan semua kesalahan hamba. Nona telah menegurku dengan baik. Hamba tidak akan berani lagi mulai sekarang. Hal ini akan hamba ingat terus,” jawab Khani dengan raut wajah penuh penyesalan. Seorang pelayan wanita masuk ke dalam ruangan Ziu. Dia langsung memberi hormat kepada Ziu yang sudah menjadi nona muda di dalam kediaman itu. “Maaf, Nona Muda, anda sedang ditunggu di ruang pertemuan. Tuan Muda menyuruh saya untuk menyampaikan hal ini kepada Nona,” ucap pelayan wanita tersebut dengan sopan. “Ditunggu? Siapa
Gadis tersebut tidak langsung menjawa pertanyaan dari Pangeran Vajra. Dia terdiam selama beberapa saat. “Maafkan Yang Mulia, tapi Nona ini kekurangan pengetahuan. Tidak tahu istilah itu.”“Anda benar-benar tidak pernah mendengarnya?” tanya Pangeran Vajra sekali lagi.“Belum pernah mendengar sebelumnya,” jawab Nona Muda Ketiga sambil menggelengkan kepalanya perlahan.Pangeran Vajra menatap ke arah calon istirnya selama beberapa saat tanpa berkedip. Dari sorot matanya terlihat sangat waspada dan tidak mempercayai ucapan gadis yang sedang duduk di hadapannya itu.“Yang Mulia, lalu apakah arti dari istilah tersbeut?” tanya Pejabat Daka yang juga penasaran setelah mendenganya.Pangeran Vajra tersenyum kecil. “Jika aku tahu, aku tidak akan bertanya.”Pejabat Daka dan istrinya tersenyum kecut setelah mendengar jawaban dari Pangeran Vajra. Dia terlihat canggung menatap Pangeran Vajra.“Baiklah, aku telah melihat penampilan sejati Nona Muda selama beberapa saat ini. Besok aku akan mengirim ora
Suara menggelegar dari seorang pelayan tersebut mengejutkan Khani dan Ziu. Suara tersebut mendakan bahwa istri dari pejabat Anmu Daka datang berkunjung ke kamar Ziu. Khani kemudian membantu Ziu berdiri untuk menyambut kedatangan wanita tersebut.Lira, istri Anmu Daka, sekaligus ibu tiri dari Ziu masuk dengan tiga orang pelayannya. Salah satu pelayan membawa sebuah tempat berbentuk layaknya baki ditutupi oleh kain merah. Ziu dan Khani mendekat dan memberi hormat kepada Nyonya Besar di rumah itu.“Ziu, berlututlah!” Ibu tiri Ziu langsung menyuruh Ziu dengan nada yang terdengar kesal dan penuh emosi. “Kau mempermalukan semua orang dengan memanjat dinding untuk melarikan diri. Apa kau tahu letak kesalahanmu?”Tanpa bicara, Ziu langsung menuruti perkataan ibu tirinya itu. Dia duduk berlutut di depan Nyonya Lira. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apapun. Khani yang tadinya berdiri tiba-tiba ikut berlutut.“Mohon Nyonya memaafkan
Terdengar suara mengaduh yang keluar dari mulut Ziu. Dia akhirnya tersadar. Dengan badan yang terlihat agak lemah, dia bangun dengan dibantu oleh Khani.“Aakhh… mengapa seluruh tubuhku terasa sakit?” tanyanya sambil bangkit dari tempatnya tak sadarkan diri tadi.Ziu melihat Nyonya Lira yang sedang berdiri di hadapannya. Tatapan matanya menunjukkan bahwa dia belum pernah melihat wanita itu.“Apa yang sedang kau lakukan? Apakah kau yang membuat tubuhku terasa sakit semua?” tanyanya dengan suara yang kencang.Baik Khani dan Nyonya Lira benar-benar terkejut mendengar suara Ziu yang sangat kencang. Mereka tidak menyangka Ziu akan berbicara seperti itu. Seorang gadis bangsawan yang harusnya berperilaku penuh dengan etika tidak tampak dari sikap Ziu barusan. Dia tampak seperti orang lain ketika bangun.“Jangan pernah mengatakan jika kalian semua mengambil kesempatan untuk menggertakku saat aku sedang tidur. Kau benar-b
“Aku sudah tidak tahan lagi. Aku perlu pergi ke kamar mandi,” teriak suara perempuan yang di tengah malam.Rupanya suara itu berasal dari mulut Ziu. Dia sedang berusaha untuk keluar dari ruangan tempatnya dikurung. Ziu benar-benar tidak tahan berada di dalam ruangan tersebut. Kotor, udaranya pekat, tidak terdapat cukup cahaya penerangan sehingga Ziu tidak dapat melihat terlalu jelas di dalam tempat tersebut.Tiba-tiba, pintu terbuka. Seorang pelayan melemparkan sebuah keranjang kecil. Benda-benda di dalam keranjang itu berceceran di lantai. Walau samar, Ziu dapat melihat kain, jarum, dan benang berserakan di dekat keranjang tersebut. Ziu mencoba menghentikan pintu yang buru-buru ditutup oleh pelayan tersebut.“Nyonya sudah memberi perintah bahwa Nona Muda harus menyelesaikan sulaman kantong dengan gambar sepasang bebek mandarin,” ucap pelayan tersebut sembari menirukan kata-kata Nyonya Lira tanpa kesalahan sedikitpun. “Saat anda sud