Disebuah saung di tengah sawah, Darman, Rusdi dan Parman terlihat sangat serius dengan sebuah jelangkung di tengah-tengah mereka. Jelangkung yang terlihat menyeramkan dengan sebuah daster putih yang sudah kotor karena berdebu, juga kepalanya yang memakai batok kelapa dan digambar sebuah wajah yang sedang tersenyum oleh Darman dengan spidol yang dia bawa.
Mulut mereka terus-menerus bergumam, mereka serempak membacakan mantra pemanggil para makhluk yang nantinya akan masuk ke dalam boneka jelangkung tersebut dan berkomunikasi dengan mereka bertiga.
Sudah hampir lima belas menit mereka membacakan mantra. Namun, tidak ada pergerakan sama sekali dari jelangkung itu. Tidak ada sesuatu yang mereka rasakan ketika mereka memegang jelangkung itu, seperti tidak ada satu makhluk pun yang ingin masuk ke dalam boneka jelangkung yang mereka mainkan saat ini.
“Kok gak gerak-gerak ya? ” Kata Darman.
“Ada yang salah gitu ya dengan mantra pemanggilnya? ”
Darman
Hayo siapa yang sering main jelangkung ketika kecil apakah mempunyai pengalaman yang sama dengan darman, rusdi dan parman? vote dan komen terus ya biar saya tetap semangat upload bab terbaru terima kasih
Sore hari menjelang, cahaya-cahaya kemerahan kini mulai muncul di ufuk barat. Bersamaan dengan turunnya matahari melewati awan-awan putih yang kini tampak berwarna merah tua. Sorotan cahaya dari matahari sore terlihat di antara awan-awan tersebut, juga banyak sekali kelelawar yang hilir mudik dan terbang di sekitar kampung sebagai tanda bahwa sudah waktunya bagi mereka untuk mencari makan. Kelelawar-kelelawar hitam yang berjumlah ratusan itu pun mengelilingi Gunung Sepuh. Saking banyaknya, mereka bergerombol dan terbang ke sana kemari hingga menutupi langit sore di atas gunung. Namun, hal itu tidak menjadikan sesuatu hal yang mengerikan di Kampung Sepuh, para warga sudah terbiasa dengan pemandangan yang seperti ini. Pemandangan yang akan jarang sekali dilihat oleh orang-orang yang tinggal di perkotaan, dan hal itu menjadi suatu ciri khas yang hanya bisa terlihat di Kampung Sepuh di setiap sorenya. Aku kini sedang duduk-duduk di depan warung, sambil me
Sinar matahari semakin lama semakin redup, yang tersisa hanyalah warna merah kehitaman yang menutupi langit pada sore itu. Seperti berusaha untuk tetap memancarkan sinarnya, meskipun sang bulan dan bintang timur sudah perlahan muncul dan menggantikan cahayanya untuk menerangi malam. Di tengah sawah, terlihat tiga orang yang sedang berjalan perlahan dengan obor yang dan lampu minyak yang mereka bawa dari warung sebagai penerang jalan. Rasa takut, rasa gundah dan rasa khawatir karena salah satu teman mereka yang tiba-tiba hilang membuat mereka berteriak sepanjang jalan. Meneriakan nama teman mereka dengan harapan teman mereka yang hilang itu akan menjawab teriakan mereka. “DARMAAAAAAANNN!!” “A DARMAAAAAAAAAN!!” Rusdi dan Parman terus-menerus berteriak sepanjang sawah itu, beberapa kali mereka mencari di kebun, mencari di tumpukan jerami dan saung-saung. Juga mencari di kolam-kolam ikan yang ada di pinggir jalanan tersebut. “Kalian itu su
Sawah dan ladang, yang menjadi tempat bagi sebagian orang untuk mencari kehidupan pada siang hari. Sering kali, menjadi tempat yang berbeda ketika malam tiba. Hamparan padi yang sangat luas membentang hingga ke Gunung Sepuh, dengan daunnya yang hijau yang memanjakan mata. Tiba-tiba menjadi sebuah kegelapan yang total ketika malam tiba. Tidak ada satupun yang berani bermalam di persawahan ketika malam tiba, mereka sengaja membiarkan sawah dan ladang itu kosong ketika bulan dan bintang bermunculan. Bukan tanpa sebab. Tapi, warga Kampung Sepuh dan masyarakat di kala itu, sangat akrab sekali dengan kejadian-kejadian yang melibatkan para makhluk halus ketika malam tiba. Dengan kepercayaan dan adat istiadat yang seringkali bersinggungan dengan para makhluk tak kasat mata di sekitar mereka. Sehingga, banyak sekali kejadian-kejadian yang terjadi ketika malam tiba di persawahan. Terutama kepada orang-orang luar yang tidak tahu tentang aturan Kampung Sepuh di setiap ma
AAAAAAAAA Byuur Aku tiba-tiba teriak dan terjatuh di sawah yang penuh lumpur dekat saung, dan hal itu membuat tubuhku yang tadi nya sedang berdiri dan menancapkan jelangkung tersebut, tiba-tiba basah akibat air dan lumpur yang mengotori seluruh tubuhku ketika terjatuh. Aku tidak percaya, bahwa ada makhluk yang tingginya setengah dari badanku kini berdiri sambil memegang jelangkung tersebut dengan tatapannya yang tajam ke arahku. Aku mendadak kaget akan hal itu, karena tubuhnya yang putih, telinganya yang runcing, juga giginya yang tajam terlihat sangat jelas dari dekat. Sehingga membuat tubuhku mundur secara tiba-tiba dan jatuh di sawah. “Hayu urang ameng! (Ayo kita main! )” Kata makhluk itu dengan nada yang cempreng kepadaku. Jujur, meskipun sudah beberapa kali aku bertemu para makhluk, terutama ketika aku di tinggal sendirian di hutan beberapa saat yang lalu. Rasa takutku akan para makhluk yang muncul pada malam hari tetap saja membu
Mata Rusdi yang tadinya terpejam karena tidak sadarkan diri, secara tiba-tiba terbuka secara perlahan. Dengan rasa sakit yang masih terasa akibat kakinya yang terkilir, membuat dia merenyit kesakitan ketika dia membuka mata. Cahaya obor dan lampu minyak adalah hal yang dia lihat pertama kali, bersamaan dengan suara-suara gaduh dan suara tertawa yang terdengar jelas oleh kedua telinganya. Tangannya seperti memegang sesuatu yang bergerak ke sana kemari, kesadarannya masih belum pulih sepenuhnya, namun matanya mencoba melihat ke sekeliling tempat dia tersadar pada malam itu. Meskipun, sesaat ketika kepalanya melihat ke segala arah, apa yang dia lihat kini tampaknya membuat dia shock kembali. Rusdi melihat aku, Parman, Darman dan dirinya. Kini duduk bersila di tengah-tengah saung, dan semua tangan kita memegang jelangkung yang menjadi penyebab dari apa yang dia alami sekarang, Juga, ada satu tangan lagi yang ikut memegang jelangkung tersebut, sebu
Sebuah persawahan yang sangat luas, yang seharusnya sangat terlihat sunyi dan gelap ketika malam tiba. Kini mendadak berubah, karena di salah satu sudut persawahan itu, ada satu titik cahaya yang terang di salah satu saung. Salah satu cahaya yang terlihat dari kejauhan, yang menerangi saung dengan orang-orang yang berada di dalamnya. Namun, Seperti ada suatu magnet yang menarik para penghuni malam di persawahan tersebut, mereka terlihat berbondong-bondong datang ke saung tersebut dari segala penjuru. Ada yang terbang dengan tertawanya yang sangat memekakan telinga, bajunya berwarna putih, rambutnya berantakan, bahkan banyak sekali daun-daun kering yang menempel di sela-sela rambutnya. Makhluk itu terbang dan mengelilingi saung tersebut sambil tertawa, dia seperti terpanggil oleh sesuatu. Sesuatu yang membuatnya datang karena penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh beberapa manusia yang ada di dalam sana. Ada juga makhluk yang m
Banyak yang belum tahu, atau mungkin tidak ingin tahu. Ada peraturan tidak tertulis yang harus ditaati ketika memainkan jelangkung, sebuah permainan yang sakral namun menakutkan. Bahkan bisa membahayakan. Jelangkung tidak boleh dimainkan dengan angka yang ganjil, satu, tiga, lima, tujuh dan kelipatanya. Karena akan mengundang salah satu makhluk yang akan mengikuti permainan tersebut. Dan akan menampakan dirinya kepada semua manusia yang memainkannya. Apabila sudah terlanjur, jelangkung akan dikontrol sepenuhnya oleh makhluk tersebut. Hingga permainan usai. Dan selama permainan berlangsung, akan banyak mengundang para makhluk yang lainnya datang dan menampakan dirinya kepada manusia yang ada di sana. Hanya ada satu cara untuk menyelesaikan permainan itu, yaitu. Mengungkapkan sebuah keinginan kepada makhluk yang ikut bermain jelangkung kepada kita. Dan membiarkan makhluk itu untuk pulang tanpa diantar. Cukup mudah sebenarnya. Namun, apakah berani mengun
Bapak, atau yang sering di panggil Pak Darsa oleh semua warga kampung. dia adalah orang yang sangat pendiam, tidak banyak berbicara ketika beraktifitas. Namun Bapak sangatlah tegas, dan apa yang dia ucapkan harus segera dituruti oleh seluruh anggota keluarga. Bapak jarang sekali tersenyum dalam hidupnya. Seperti ada suatu beban yang dia tanggung dan belum bisa dia lepaskan, hidupnya seakan-akan memikul beban yang sangat berat sehingga dia tidak sanggup untuk tersenyum sama sekali. Namun, dibalik itu. Bapak adalah sesosok orang yang sangat disegani oleh warga Kampung Sepuh, bahkan dipercaya bisa membantu semua permasalahan yang ada sangkut pautnya dengan para makhluk Gunung Sepuh yang menyeramkan itu. Banyak sekali orang yang mencari Bapak, banyak sekali orang yang meminta bantuan Bapak. meskipun, tidak semua dibantu oleh Bapak, ada beberapa orang yang menurutnya layak untuk dia bantu. Hanya dua kali dalam hidupku melihat Bapak kini tersenyum, ketika d