Share

Bukti Pertama

"Gimana, gimana? Drama tadi? Lucu? Maksudnya gimana, Kaf?" tanya Bang Tirta penasaran. 

Adikku itu mengangkat bahu. Dia belum memberitahukan lebih lanjut. Orang suruhan Bang Tirta datang, memberikan ponsel. 

"Makasih, ya."

"Sama-sama, Bang. Saya pergi dulu," katanya sambil menyalami kami bertiga.

"Ayo cerita. Kayaknya dari kemarin kamu yang paling cermat di antara kita, Kaf."

"Kebawa sama drama tadi? Drama murahan. Bisa kelihatan. Dia gak pintar sebenarnya."

"Iya. Jelasin dulu coba. Mbak sama Abang pengen tau."

Meskipun Kafka yang paling muda, memang dia yang paling pintar. Aku menatapnya yang terlihat serius, tapi juga terlihat bodo amat. 

"Sini ponselnya."

Bang Tirta memberikan ponsel untuk merekam tadi pada Kafka. Dia menunjukkan beberapa bagian yang menurutnya aneh. Apalagi pas

Locked Chapter
Ituloy basahin ang aklat na ito sa APP

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status