Share

Bab 4

Author: Stary Dream
last update Huling Na-update: 2025-09-02 18:12:01

Sepulangnya ke kantor, Huda mendapatkan tepukan hangat dari pemilik perusahaan ini. Kerja keras yang sangat membuahkan hasil. Kini perusahaan timah terbesar bekerja sama dengan mereka.

"Selamat karena pencapaianmu ini, Huda. Kita tahu sendiri bagaimana perusahaan timah itu." Ucap Kamal.

"Terima kasih, Pak. Ini tak lepas dari dukungan kalian semua."

"Kita patut bersyukur karena memiliki pak Huda sebagai manajer kita." Timpal Tiara tersenyum manis.

Huda jadi ikut tersenyum ketika mendapatkan banjiran pujian.

"Terima kasih. Saya anggap ini sebuah motivasi agar bisa bekerja lebih giat lagi."

Setelah memberikan selamat, Kamal dan Huda kini berbincang berdua saja. Jelas dari raut wajahnya, Kamal sungguh membanggakan pria ini.

"Aku akan memberikan bonus untukmu." Sambung Kamal. "Nanti akan ku kirimkan segera ke rekeningmu."

"Tidak perlu repot, pak. Ini memang kewajiban saya." Sahut Huda seakan tulus.

"Tidak masalah. Karena kerja sama ini, tidak memungkinkan jika perusahaan kapal kita akan semakin besar." Ucap pria itu terkekeh.

"Terima kasih kalau begitu."

Mana mungkin juga Huda menolak rezeki. Sore itu juga dia mendapatkan durian runtuh dari Kamal.

Ketika melihat saldo yang masuk, Huda tersenyum.

"Alhamdulillah. Bisa buat bayaran SPPnya Risa." Lega Huda.

Pria ini lalu mengambil tas kerjanya dan hendak pulanh ke rumah.

"Saya duluan ya, Tiara." Ucapnya pada sekretarisnya yang masih mengerjakan sesuatu di balik komputer.

"Hati-hati di jalan, pak. Saya ucapkan selamat sekali lagi untuk pencapaian hari ini."

Huda tersenyum sembari memandang wanita yang cantik dengan paduan blazer itu.

"Ini juga karena dirimu. Ah, nanti saya berikan tips untuk kerja kerasmu."

"Tips?" Mata Tiara langsung berbinar.

Huda mengambil ponselnya dan menyerahkan pada Tiara.

"Ketik nomor rekeningmu disitu."

"Apa ini nggak berlebihan, pak? Saya cuma mengerjakan tugas saya saja." Tiara mencoba menolak secara halus.

"Saya ingin membagi rezeki aja. Tulis saja disana."

Tiara tersenyum dan mengambil ponsel tersebut lalu mengetik nomor rekeningnya.

"Terima kasih sebelumnya, pak."

Huda mengambil ponsel tersebut dan melalukan sesuatu disana.

Ting!

Notifikasi masuk ke ponsel Tiara. Ternyata dia mendapatkan kiriman sebanyak 2 juta dari manajernya ini.

"Banyak sekali, pak.." Tiara jadi terharu.

"Itu hadiah untuk kerja kerasmu. Kalau begitu, saya pamit dulu."

Tiara menundukkan sedikit kepalanya untuk memberikan hormat. Tak lupa senyum lebar itu menghiasi wajah cantiknya.

"Ternyata pak Huda royal juga." Tiara terkikik sambil mengecek mbankingnya. Tidak rugi juga bekerja menjadi sekretaris pria ini.

***

Huda sampai ke rumahnya ketika isya. Itu karena dia mampir ke rumah Yanti dulu untuk membayar spp Risa yang akan dibayarkan bulan depan. Setelah itu, dia pulang ke rumahnya sendiri.

Andara menyambut seperti biasa. Menyalimi tangan suaminya dengan takzim lalu mengambil tas tangan Huda. Membantu pria ini melepaskan jas dan menyiapkan baju gantinya.

Sambil melirik Huda yang tengah berpakaian, Andara ingin sekali mengatakan sesuatu yang membuatnya kepikiran seharian ini.

Mamanya mengirim pesan lagi sore ini. Menanyakan Andara yang masih hidup atau tidak? Mungkin dia penasaran kenapa Andara tak pernah membalas pesannya. Menelpon saja tidak pernah!

"Mau makan malam, mas?" Tanya Andara.

Huda berdeham dan mengikuti istrinya ke meja makan. Saat melirik lauknya, Huda sudah menebak jika lauk makan malam ini lauk yang sama seperti sudah-sudah.

Empat potong tempe, secumpuk tahu sambal dan sayur bening untuk sekali makan.

Sudah 8 tahun, Andara menyiapkan menu yang itu-itu saja. Tapi, Huda tak memprotes. Dia sadar diri jika memang uang nafkah yang diberikannya memang sanggup membeli itu.

Huda menerima nasi yang ditautkan oleh Andara. Mengambil 2 potong tempe dan menghabiskan tahu juga sayur tersebut.

Sebenarnya perut Huda masih kenyang, apalagi ketika mampir ke rumah Yanti tadi ibunya itu memasak udang sambal kesukaannya. Tapi dari pada membuat Andara kecewa. Dia makan saja apa yang sudah disiapkan istrinya.

Sementara, Andara menatap getir suaminya yang sedang melahap makanannya. Sudah 8 tahun dengan menu yang sama. Suaminya tak pernah memprotes ataupun kecewa.

Dan hebatnya.. dia tak pernah bertanya.

Apakah Andara sudah makan?

Apakah Andara menyukai makanan yang dibuatnya sendiri?

Yang Huda tahu, Andara harus patuh akan ucapannya dan menjadi apa yang dia inginkan. Tanpa tahu jika Andara tak pernah makan siang agar suaminya bisa makan di malam hari. Hanya bisa memakan makanan sisa dari suaminya.

Syukur-syukur jika ada lauk yang Huda tinggalkan. Jila tidak, maka Andara harus berpuas makan nasi putih saja.

"Minumnya mana?" Tanya Huda membuyarkan lamunan Andara.

"Oh.. sebentar."

Andara bangkit berdiri dan mengambil air dingin dari kulkas lalu menghidangkannya untuk Huda.

Setelah perutnya kenyang, Huda kembali ke kamar. Memegang ponsel dan tersenyum saat memandang layarnya.

Sementara, Andara bergelung dengan kesepiannya sendiri.

Dulu, rumah ini penuh akan canda tawa dari seorang anak laki-laki. Namun, semenjak 2 tahun ini tak ada lagi suara khas riang itu disini.

Dulu, ranjang itu begitu hangat karena cinta yang berapi-api. Tapi, dua orang itu bak orang asing karena tidur saling memunggungi.

Keduanya tak pernah lagi menyatakan perasaannya. Mengucapkan kata cinta saja enggan. Itu karena adanya ego yang mereka tak beri makan.

Huda yang keras kepala dan Andara yang terlanjur terluka. Keduanya hidup masing-masing dalam dunianya.

Andara masuk ke kamarnya pukul 9 malam. Rupanya Huda belum tertidur. Dia masih tersenyum memandang sesuatu yang tertera di layar ponselnya.

Sepertinya suasana hati Huda sedang senang.. bolehkah Andara mengusiknya sebentar. Ya. Dia ingin berbicara dengan suaminya.

"Mas.. aku ingin bicara." Ucap Andara hati-hati. Dia ikut duduk di tepi pembaringan.

"Bicara saja." Jawab Huda tanpa menoleh.

"Mama tadi kirim pesan, katanya papa sakit."

"Hmm.. sakit apa?" Tak terdengar nada khawatir dari sana.

"Aku juga nggak tahu, mas. Aku nggak bisa membalas pesan mama."

"Kenapa nggak dibalas?" Gerutu Huda pelan.

"Aku nggak punya pulsa."

Huda sampai menoleh dan menatap istrinya dengan tatapan tak percaya. Jawaban yang tak masuk akal baginya.

"Mama bilang, kalau aku nggak bisa pulang nggak apa-apa. Tapi, mama minta bantuan kita.."

"Bantuan apa?" Perasaan Huda sudah mulai tak enak.

"Mama minta kita membantu sedikit biaya pengobatan papa."

Huda sampai berdecak. "Kamu aja nggak tahu papamu sakit apa. Gimana, sih?"

Andara hanya tertunduk mendengar jawaban Huda.

"Mungkin hanya sakit biasa. Namanya juga udah tua. Udahlah jangan terlalu dipikirin. Kalau mama memang butuh, nanti pasti akan menghubungiku." Sambung Huda cepat.

"Apa aku boleh minta sedikit aja, mas.." ucap Andara menahan egonya mati-matian. Suaranya bahkan gemetaran saat mengatakan itu. "Aku ingin pulang melihat mereka. Sudah 5 tahun aku nggak melihat orang tuaku."

Huda lalu menarik nafas panjang dan menatap tajam istrinya.

"Kalau kamu mau pulang silahkan. Tapi hanya dua hari. Nanti siapa yang mengurusiku kalau kamu pulang terlalu lama! Terus aku juga nggak bisa ngasih kamu lebih. Tahu sendiri bulan ini pengeluaran kita banyak, bayar spp Randa, bayar iuran listrik dan air yang naik, belum lagi bahan sembako juga naik. Ini aja aku suruh kamu berhemat."

Andara mengangguk sambil menahan air matanya.

"Iya, tidak apa-apa. Aku nggak akan pulang."

Andara lalu menyenderkan punggungnya dan memilih tertidur membelakangi suaminya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (1)
goodnovel comment avatar
Aya Aisyah
Aku punya suami gitu tak cerai,masalah anak biarlah ayahnya yg urus. Aku udah gak tahan kalau jadi Andara,kasihan dia.
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Karena Nafkah, Istriku Mati Rasa   Bab 33 (Kehidupan Baru)

    "Mas Huda.."Hampir terlepas tas tangan yang dipegang Andara saat ini. Keadaan Huda sungguh berbeda dari setahun yang lalu ketika mereka terakhir bertemu. Huda yang dulunya gagah kini terlihat ringkih dengan punggung yang sedikit membungkuk. Begitu juga dengan wajah yang tak lagi terlihat bersih dengan terpancar pilu. Keadaan Huda sekarang mengingatkan Andara pada dirinya saat dulu. Ketika dia tengah berjuang dengan penyakit autoimunnya.Sedangkan, Huda menatap Andara dengan takjub. Setelah lepas darinya, Andara berubah menjadi angsa putih yang menawan. Lihatlah tubuhnya yang langsing berisi, kulit yang begitu putih dan terawat. Oh, sejatinya Andara telah salah memilih suami."Apa kabar, Dara?" Tanya Huda penuh keharuan."Baik. Mas apa kabar?""Aku juga. Maafkan aku karena tak memberi tahu jika akan kemari. Aku hanya merindukan anakku.""Darimana mas tahu alamat rumah kami?""Aku sebenarnya pergi ke kampung halamanmu dan mencari kalian di rumah mama. Tapi, kata mama kalian sudah pind

  • Karena Nafkah, Istriku Mati Rasa   Bab 32

    Sejenak Huda merasa dunianya berhenti berputar. Andara, istri yang menemaninya selama sepuluh tahun ini. Wanita yang baru ia sadari jika masih dicintainya. Ya. Huda sempat kehilangan rasa pada istrinya. Terlebih karena penampilan Andara yang tak mampu mengimbanginya. Namun rupanya, itu bukan karena salah Andara. Diam-diam Andara menyimpan luka akibat torehan dari suaminya sendiri. Berharap jika Huda mengerti dan memahami kondisi sulit yang dialami Andara. Tapi, bagaimana mau mengerti kalau Huda saja tak pernah memandang Andara selama ini?Huda yang begitu sombong dan mencintai diri sendiri. Menginjak kepala istrinya dan menganggap bahwa perkataan Andara itu tidak penting. Tugas suami yang harusnya memuliakan istrinya malah mencabik harga diri Andara hingga jatuh berkeping-keping.Huda yang bersalah di masa lalu. Tega menyakiti hati istrinya, menduakan cintanya dengan wanita lain ketika Andara tengah berjuang dengan penyakitnya. Sekarang penyesalan itu datang dan menyelimuti.Di tempa

  • Karena Nafkah, Istriku Mati Rasa   Bab 31

    Sudah kurang lebih dua bulan Huda memperjuangkan kasusnya, namun hilal kemenangan belum terlihat. Sesuai janji Tiara, wanita itu memang ingin sekali menghancurkannya.Rumah milik Huda sudah dijual untuk membayar jasa dua pengacaranya. Belum lagi untuk menyuap hakim dan jaksa. Tapi tetap saja itu tak bisa membuat Huda terbebas dari sel sialan ini!"Gimana kabar Randa, bu?" Tanya Huda ketika Yanti kesekian kalinya datang berkunjung."Ibu kurang tahu soal itu.""Aku merindukannya.." lirih Huda. Dalam hati kecil ini, ia juga merindukan Andara. Tapi tak tahu apakah diri ini masih pantas untuk bersitatap dengan istrinya."Nggak usah kamu pikirkan soal itu. Jika memang Andara masih menganggap kamu sebagai ayah dari anaknya, harusnya dia datang kemari dan mengunjungimu.""Jangan!" Jawab Huda tersendat. "Aku malu jika dia datang kemari.""Kenapa? Bukannya tugas istri harus selalu ada di masa sulit dan senangnya suami?""Tapi, ini semua terjadi karena kesalahanku, bu. Aku yang tidak setia dan m

  • Karena Nafkah, Istriku Mati Rasa   Bab 30

    "Cukup!" Gilang yang sudah habis kesabaran memamdang sengit Yanti dan Huda bergantian."Kamu sadar apa yang kamu lakukan, Huda? Istrimu ini sedang sakit!""Aku tahu, mas." Huda jadi tak suka ditegur oleh orang yang tak memiliki hubungan keluarga dengannya. "Tapi ini istriku dan aku berhak mengambil keputusan mengenai dirinya.""Termasuk membiarkan dia sakit selama ini?" Gilang mematap tajam. "Sudah berapa kali Andara masuk rumah sakit dan kamu menepisnya? Sekarang aku tidak akan membiarkannya lagi!""Kamu itu bukan keluarga, Gilang! Jadi kamu nggak ngerti!" Seru Yanti membela putranya. "Kami bukan membiarkan Andara sakit. Tapi, lihat-lihat juga biaya pengobatannya. Apalagi Andara memilih kamar VIP begini! Darimana Huda mau membayarnya sedangkan kebutuham yang lain juga banyak?"Astuti ingin maju lagi melabrak besannya tapi langkahnya tertahan setelah Gilang mengangkat tangannya."Kalian berdua keberatan mengenai biaya pengobatan Andara, kan? Jangan khawatir. Saya akan membayar semuan

  • Karena Nafkah, Istriku Mati Rasa   Bab 29

    "Code blue.. code blue.."Suara itu terdengar nyaring dari speaker yang berada di atas. Huda sampai bangkit berdiri menatap petugas yang memakai baju biru itu menyibukkan dirinya. Ada yang mengganti oksigen, ada yang membawa trolly emergensi dan juga ada petugas yang naik ke tubuh wanita kurus yang ada di sebrang ruang Andara.Mereka tampak sibuk menyelamatkan wanita yang tengah berjuang di masa kritis. Jelas Huda melihat seorang dokter yang naik ke ranjang dan memberikan pijat kompresi di dada pasien wanita tersebut.Deg!Huda merasakan sekujur tubuhnya menjadi ngilu, reflek dia menggenggam tangan Andara yang masih tertidur lelap."Masukkan obat!" Perintah salah satu di antara mereka.Huda menyaksikan pemandangan tersebut. Sebuah pemandangan yang baru pertama kali dilihatnya namun biasa bagi orang yang bekerja disini.Sampai akhirnya.. "Cukup!" Teriak seorang pria yang tampak menangis. "Kasihani istri saya. Biarkan dia pergi!"Sejenak petugas saling memandang hingga akhirnya mereka

  • Karena Nafkah, Istriku Mati Rasa   Bab 28

    "Dara!"Astuti menyentuh pipi anaknya berkali-kali. Andara begitu pucat. Wajahnya bersimbah peluh dengan tarikan nafas yang begitu cepat.Gilang memencet bel untuk memanggil petugas, karena tak sabar, Gilang sampai memanggil ke depan agar para perawat datang untuk melihat kondisi Andara yang sesak hebat.Satu perawat menghambur memberikan oksigen. Yang lainnya sibuk memeriksa tanda vital. Tak lama, seorang dokter datang untuk melakukan pemeriksaan. Setelah itu, Andara dipindahkan ke ICU karena mengalami perburukan. Setelah dilakukan rontgen, terdapat infeksi di paru-parunya. Sebuah efek dari autoimun yang ia alami.Astuti tak tahan untuk tidak menumpahkan tangisannya. Bersama Randa, keduanya berpelukan. Randa juga belum sanggup kehilangan mamanya. Anak kecil ini terus memanggil Andara.Di sebrang sana, Gilang mengisi proses administrasi di ruang ICU. Mempersiapkan apa saja yang dibutuhkan selama Andara dirawat disana."Andara bisa melewati ini semua kan, dok?" Gilang jadi cemas meliha

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status