Share

3. Butik

Mendengar itu Mbak Tika menjatuhkan bahunya. Sebenarnya wanita itu tidak harus kaget mendengar berita ini, lantaran aku sudah menceritakan padanya jika suatu saat kemungkinan ini akan terjadi. Dia juga sudah tahu apa yang terjadi dengan rumah tanggaku dan Mas Riko.

Akan tetapi, kenapa Mbak Tika terlihat seperti tidak senang mendengar aku berencana untuk berpisah dengan mas Riko. Atau jangan-jangan dia akan merasa terbebani dengan kedatanganku?

"Mbak .... ?"

"Ah iya, Lis. Mbak sih terserah kamu saja. Toh, yang menjalani rumah tangga itu kamu. Nyaman atau tidaknya rumah tangga itu kamu yang merasakan," sahut Mbak Tika sambil menggerakkan tangannya menyuruhku duduk.

"Iya, Mbak, aku sudah mencoba bertahan. Kalau masalah keuangan aku juga tidak pernah mempermasalahkannya. Selama ini aku hidup dari uang penghasilan butik. Tapi yang membuatku memutuskan untuk pergi adalah Mas Riko sudah terang-terangan membagi cintanya."

"Mbak mengerti, Lis, sekarang kamu mau tinggal di mana?" Aku tersentak mendengar pertanyaan Mbak Tika. Bukankah kerabat satu-satunya yang kupunya adalah dirinya, tapi kenapa dia mengajukan pertanyaan seperti itu, seolah dia tidak mau menampungku.

"Aku tidak punya siapa-siapa lagi, Mbak. Untuk sementara, boleh 'kan aku tinggal di sini?"

"Boleh saja sih, cuma masalahnya di sini sudah tidak ada kamar kosong lagi." Mbak Tika tersenyum miring ketika selesai mengucapkan itu.

"Tapi yang di belakang itu 'kan ada satu kamar, Mbak."

"Oh ... itu ... sudah Mbak gunakan untuk gudang. Ribet lah kalau barang-barangnya harus disingkirkan. Penuh banget, lagian mau ditaruh di mana semua barang itu. Kamar yang di depan dan yang di atas juga sudah terisi semua oleh anak-anak Mbak." Mbak Tika menjelaskan tanpa aku minta. Aku bisa memaklumi lantaran Mbak Tika anaknya empat.

"Tapi Putri 'kan tidak tinggal di rumah, mungkin untuk sementara aku bisa tinggal di kamarnya." Aku teringat anak sulung Mbak Tika yang baru saja masuk kuliah di luar kota.

"Sekali-kali dia pulang, Lis." Mbak Tika menarik nafas berat.

Sudah berbagai alasan dia berikan, aku mengerti, intinya dia tidak mau menampungku di rumahnya.

"Minum dulu, Lis," titahnya setelah asisten rumah tangganya baru selesai menghidangkan jamuan.

"Iya, Mbak. Terima kasih." Aku meraih cangkir yang masih mengepul.

"Kamu cari kontrakan saja untuk sementara, Lis."  Akhirnya Mbak Tika memberikan solusi.

"Rencananya memang seperti itu, Mbak. Tapi nggak bisakah aku menginap barang satu atau dua malam saja di sini."

"Nanti deh, Mbak bantu carikan kontrakan. Kebetulan di dekat butik juga banyak kontrakan." Tanpa menjawab pertanyaanku Mbak Tika malah menawarkan bantuan untuk mencarikan kontrakan. Sebenarnya ada apa?

"Maaf Mbak, bukannya aku mengungkit. Tapi ini benar-benar kepepet dan aku butuh uang. Aku ingin menanyakan perihal rumah ini, bukankah aku juga mendapat bagian dari rumah ini?" Setelah berpikir sejenak, akhirnya Aku memberanikan diri bertanya perihal hakku atas rumahku ini.

"Tentu saja Lis, kakek 'kan cuma punya anak dua, Ibuku dan Ibumu. Jadi jelas saja rumah ini harus dibagi dua. Tapi Mbak juga butuh tempat tinggal, anak Mbak sudah banyak, jadi mungkin nanti kamu dikasih uang saja. Taruhlah kalau misalkan rumah ini seharga 300 juta, kamu dapat setengahnya."

"Maksudku juga begitu, kalau misalkan uangnya ada sekarang aku ambil sekarang, aku juga butuh tempat tinggal."

"Aduh, maaf banget, Lis. Dua bulan yang lalu anak Mbak si Putri 'kan baru saja masuk kuliah. Jadi uang Mbak terpakai. Sekarang Mbak cuma punya untuk biaya sehari-hari saja. Bagaimana kalau beberapa bulan lagi Mbak bayar."

"Tidak apa-apa, sih, Mbak. Untuk sekarang aku cuma butuh tempat berteduh saja, tapi kalau tidak ada tempat di sini aku berniat beli rumah. Jika Mbak belum ada uang itu, untuk sementara terpaksa aku mengontrak dulu."

Dengan perasaan kecewa akhirnya aku pasrah saja, sebab sepertinya Mbak Tika memang tidak mau memberikan tumpangannya untukku bareng semalam pun.

"Kalau begitu, kita berangkat sekarang saja, Lis. Sekalian Mbak serahkan butik itu sama kamu. Mulai hari ini kamu yang mengelolanya, nanti Mbak kenalkan dengan para karyawan di sana dan memberitahu kalau butik itu akan dipegang sama kamu." Mbak Tika bangkit, otomatis aku pun mengikutinya.

Akhirnya aku mengiyakan meskipun dalam hati masih bertanya-tanya, kenapa Mbak Tika kesannya tidak mau kalau aku tinggal di rumahnya. Bahkan sampai mau mengantarku ke Butik saat ini juga. Kalau dibilang cape, sebenarnya aku sangat cape karena baru saja menempuh perjalanan yang lumayan jauh. Tapi apa boleh buat saat ini aku harus banyak-banyak bersabar.

Mbak Tika kemudian menyuruh pegawainya untuk memasukkan barang-barangku ke dalam bagasi mobilnya. Aku hanya duduk memperhatikan kakak sepupuku itu begitu lantang menyuruh pegawainya. Sementara Kayla masih terlelap di pangkuanku.

"Ayo, Lis!"

"Ah iya, Mbak."

Akhirnya saat itu juga Mbak Tika membawaku ke butik. Dan barang-barangku pun diturunkan di sana. Begitu turun dari mobil, sebelum memasuki area gedung berlantai dua itu, ponsel wanita yang tubuhnya agak berisi itu pun berdering. Setelah menjawabnya aku baru tahu itu telepon dari Mas Ardan, suaminya.

"Iya Mas, sebentar lagi aku sampai. Aku mampir ke butik sebentar, kebetulan kemarin ada pesanan baju yang minta selesai hari ini  dan kemarin sore aku belum sempat mengeceknya." Tak sengaja aku mendengarkan ucapan Mbak Tika untuk Mas Ardan, sontak saja mataku memicing.

Dia memang ke butik, tapi kenapa tidak memberitahu Mas Adnan kalau dia sedang mengantarku. Setelah penolakannya ketika aku bermaksud menumpang di rumahnya, sekarang Mbak Tika membuat teka-teki lagi dengan tidak jujur kepada Mas Ardan maksud dan tujuannya berada di butik ini. Soal pesanan itu mungkin saja benar, karena aku sama sekali tidak tahu menahu. Tapi apa salahnya Mbak Tika memberitahu suaminya itu kalau aku pulang dan dia akan menyerahkan butik ini padaku.

Bersambung

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
tolol dan dungu. apa yg mau diharap dari perempuan lemah g berguna ini. mengurus suami g becus dan hubungan dg saudara juga
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status