Share

Kasih Putih
Kasih Putih
Penulis: Karlina Abbas

Chapter 1: Rasa Penasaran

Terlihat dua orang perempuan tengah berjalan bersama di pusat perbelanjaan. Mereka berdua adalah Clarita Valentine dan Audrey Valencia. Mereka berdua bersahabat dan menganggap satu sama lain kakak dan adik.

Umur Clarita sendiri 22 tahun dan Audrey 24 tahun. Mereka berdua bersahabat dari masa SMA dan sampai sekarang persahabatan mereka masih saja awet.

"Dek, aku mau cerita sama kamu," ujar Audrey. Memang Audrey memanggil Clarita dengan sebutan 'Dek' atau Cla karena sudah dekat sekali.

"Cerita apa, Kak?" tanya Clarita sambil memakan makanannya.

"Aku tuh khawatir udah 7 bulan pernikahan kami, aku belum juga hamil. Keluarga kami nanya terus ke aku dan Mas Vian," ucap Audrey dengan sedih.

"Belum rezeki kali, Kak. Banyak kok di zaman sekarang pasangan yang belum punya anak, lagian pernikahan kalian tergolong baru." Clarita berusaha menghibur Audrey supaya tidak terlalu sedih dan memikirkan yang sudah menjadi takdir dari Tuhan.

"Aku tuh takut nggak bisa punya anak, Dek," seru Audrey lagi.

"Kakak suka banget deh berpikir negatif. Tugas kakak itu harus banyak-banyak berdo'a dan berusahanya yang terpenting sama Mas Vian," ujar Clarita sambil menekankan kata 'berusaha' menggoda Audrey.

Audrey yang digoda seperti itu, pipinya langsung bersemu merah dan langsung saja mengingat malam yang panas bersama suaminya itu. Menurut Audrey, suaminya itu sangatlah tampan dan mempunyai tubuh yang bagus, karena Devian tipe orang yang menjaga tubuhnya agar tetap bagus dan menyenangkan istrinya itu.

"Ayoloh, kenapa pipi Kakak merah? Pasti mikir yang nggak-nggak nih." Clarita terus saja mengusili Audrey. Clarita memang sengaja mengalihkan pembicaraan supaya Audrey tak berfokus kepada masalah tentang kehamilan.

"Kamu bisa aja deh, Dek. Makasih banget udah mau denger cerita aku. Di saat orang-orang menghakimi aku, hanya kamu yang paling mengerti aku," ucap Audrey dan memeluk Clarita dengan sayang.

"Aku selalu ada kalau Kakak butuh teman untuk cerita. Udah jangan pikirkan hal yang bisa membuat Kakak stress, ingat semua itu ada di tangan Tuhan. Kita memang bisa merencanakan, tetapi balik lagi semua itu hanya Tuhanlah yang menentukan," balas Clarita dengan bijak.

Audrey pun mengangguk dan dia merasa sangat beruntung bisa memiliki sahabat seperti Clarita.

***

Clarita pulang ke tempat kostnya, setelah tadi jalan-jalan bersama Audrey. Clarita tinggal sendirian di kota ini, orang tuanya sudah meninggal waktu umurnya menginjak 15 tahun. Clarita juga anak tunggal dan tak punya saudara kandung.

Sebenarnya Clarita tinggal di sebuah desa terpencil, tetapi penduduknya masih ramai dan rata-rata bekerja sebagai nelayan dan petani. Orang tua Clarita meninggal karena kecelakaan waktu mencari ikan di laut, dan saat itu juga ibunya ikut bersama ayahnya.

Warga di sana mengatakan, kalau ada kapal besar yang berusaha menyebrang dan keadaan waktu itu malam hari.

Perahu yang dinaiki oleh orang tua Clarita sangatlah kecil dan pengemudi kapal itu tak melihat ke arah orang tua Clarita. Dan kecelakaan pun tak terelakkan. Mungkin saja sinar lampu yang digunakan orang tua Clarita kurang terang dan keduanya pun tewas.

Clarita sangat terpukul dan sedih dengan kecelakaan yang dialami oleh orang tuanya. Mereka hanya orang susah dan Clarita pun tak bisa menuntut pelaku. Lebih mirisnya lagi, setelah menabrak orang tuanya, orang-orang yang berada di kapal itu langsung kabur dan lepas tanggung jawab.

Hari, bulan, dan tahun berganti. Clarita berusaha menerima keadaan dan takdir yang ditetapkan Tuhan untuknya. Dia hanya bisa berdo'a semoga orang tuanya sudah tenang di sana dan dia akan membahagiakan orang tuanya yang sudah berada di surga-Nya.

Clarita bisa sampai ke kota karena dia mendapatkan beasiswa dari sekolahnya. Clarita termasuk anak yang pintar dan sering memenangkan olimpiade di sekolahnya, dan waktu SMA dia mendapatkan beasiswa ke kota berkesempatan ikut bersaing dengan anak kota lainnya.

Banyak orang-orang yang di sekolah Clarita tidak menyukainya karena dia miskin dan tak punya apa-apa. Sekolah Clarita termasuk sekolah yang populer dan banyak anak orang kaya menempuh pendidikan di sana. Bahkan setiap hari Clarita sering dibully baik itu verbal maupun non-verbal.

Sampai akhirnya Clarita bertemu dengan Audrey yang menolong dirinya waktu dibully oleh kakak tingkatnya. Audrey anak dari pengusaha yang sukses di bidang batu bara, tetapi dia tidak sombong dan tak suka memamerkan harta kedua orang tuanya itu. Audrey juga cantik baik itu wajah maupun hatinya, dan Clarita bersyukur bertemu dengan Audrey.

"Hallo, Kak," ucap Clarita menelpon Audrey.

[Hallo Dek, kenapa?]

"Hehehe aku cuma mau nanya, udah nyampe di rumah?"

[Udah Dek baru sebentar. Eh besok kamu dateng ke rumah aku yah, aku mau minta ajarain masak seafood. Mas Vian suka banget makan seafood,]

"Aku nggak bisa janji yah, Kak. Soalnya besok ada rapat guru di sekolah."

Semenjak Audrey menikah, Clarita tidak pernah mengunjungi rumah Audrey bersama suaminya. Waktu nikah pun, Clarita tidak bisa datang karena ada pertemuan mendadak di luar kota waktu itu. Clarita juga belum pernah melihat suami Audrey, hanya lewat foto saja yang ditunjukkan Audrey kepadanya.

[Yah gitu yah. Tapi kalau sempet kamu mampir yah atau nggak aku jemput aja kamu di sekolah. Gimana?]

"Nggak usah, Kak. Aku usahain dateng yah, Kakakku sayang."

[Siap, Dek. Aku tunggu loh. Udah dulu yah Dek, Bayi besar aku baru pulang kerja mau aku urusin dulu. Selamat malam, bye,]

Clarita yang mendengar suara semangat dari Audrey karena suaminya pulang hanya menggelengkan kepalanya. Audrey dan Devian menikah karena dijodohkan orang tua mereka. Keduanya pun hanya melakukan pendekatan selama satu bulan dan setelah itu memilih untuk menikah, karena merasa cocok satu sama lain.

Clarita jadi tak sabar ingin melihat bagaimana sosok suami dari Audrey. Audrey selalu menceritakan kepada Clarita bahwa Devian itu mendekati sempurna baik itu fisik maupun sifatnya. Waktu Audrey berkenalan, Devian sangatlah dingin dan hanya menunjukkan wajah datarnya tanpa ekspresi.

Waktu itu Audrey sangat takut hanya untuk sekedar saling menyapa, tetapi setelah menikah sifat Devian pun mencair dan malah sifat romantisnya itu selalu membuat Audrey terbang ke langit ketujuh.

Clarita jadi baper sendiri ketika Audrey menceritakan rumah tangga mereka yang romantis itu. Sampai saat ini Clarita belum mempunyai pasangan sama sekali. Bukan karena dia jelek atau apa, tetapi dia menutup hati dari orang yang mencoba mendekatinya dan lebih fokus ke karir yang dijalaninya sebagai guru.

Clarita seorang guru Bahasa Inggris mengajar di tingkat SMP. Clarita lulusan di universitas terbaik dan dia juga berkuliah karena mendapatkan beasiswa. Clarita dan Audrey pun waktu itu satu kampus, tetapi beda jurusan.

Clarita mengambil jurusan keguruan dan pendidikan sedangkan Audrey jurusan bisnis.

Clarita pun memilih untuk berisitirahat karena besok hari termalas oleh orang-orang, yaitu hari senin. Clarita berharap hari-harinya akan menyenangkan, walaupun sampai sekarang belum menemukan tambatan hati yang menjadi penyemangatnya.

To be countinue

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status