แชร์

Bab 3

ผู้เขียน: Mandy Toussaint
Bella mengirimkan beberapa foto.

Itu adalah foto-foto yang diambil di bioskop ketika dia sedang bersandar di bahu seorang pria.

Kemeja pria itu begitu aku kenal. Aku baru saja melihat Joshua memakainya.

[Pak Joshua sangat baik. Ketika mendengar aku ingin menonton film horor, dia langsung membawaku ke sini tanpa basa-basi. Bu Amelia, apa dia pernah menemanimu menonton?]

Tidak.

Jangankan menonton film horor, aku bahkan tidak pernah pergi ke gedung bioskop.

Karena Joshua mengatakan bahwa duduk di tempat gelap gulita seperti itu membuatnya merasa tidak nyaman. Orang yang suka menonton film horor juga memiliki masalah mental.

Pria itu memang pandai mencari alasan.

Aku lagi-lagi tertawa dalam hati, menertawakan kebodohanku sendiri.

[Bu Amelia, terima kasih karena sudah memasakan makanan untukku. Pantas saja Pak Joshua selalu mengatakan kalau masakanmu lezat.]

[Mungkin ada perempuan yang memang ditakdirkan untuk bekerja di dapur.]

[Aku nggak bisa melakukan itu.]

Aku seolah bisa melihat senyum mengejek Bella di layar ponsel.

Aku membalas, [Apa kamu pikir kamu sedang mendapatkan sesuatu yang bagus?]

Ketika layar menunjukkan bahwa lawan bicara sedang mengetik, aku langsung memblokirnya.

Setelah itu, pesan gangguan dari Bella tidak pernah aku baca lagi.

Aku tidak hanya memblokirnya, tetapi juga memblokir Joshua.

Aku menduga Joshua tidak akan menyadari.

Ternyata benar. Sampai hari aku pergi ke rumah sakit untuk melakukan operasi, Joshua tidak menyadari.

Aku sengaja menghindari bertemu dengannya, tetapi kami masih saja bertemu di rumah sakit.

"Aku lupa memberitahumu kalau Bella hari ini sudah keluar dari rumah sakit. Kamu nggak perlu mengantarkan makanan lagi," kata Joshua.

Pria itu terlihat sangat senang, lebih senang dari hari ketika dia naik jabatan.

Aku mengangguk.

Ketika melihat aku masih belum pergi, wajah Joshua sedikit berubah.

"Kamu nggak perlu menungguku. Hari ini aku masih harus menjalani beberapa operasi. Aku nggak tahu apakah aku bisa pulang tepat waktu atau nggak."

Aku sudah terbiasa dengan kebohongannya.

Hari ini aku sudah melihat media sosial miliki Bella. Dia sengaja membuka akses sosial medianya untuk orang asing, karena berharap aku akan melihat.

Postingan terbaru di akunnya bertuliskan, [Hari ini aku keluar dari rumah sakit. Malam ini, seseorang berjanji menemaniku makan malam romantis. Aku sungguh menantikannya.]

Aku kembali memfokuskan pikiranku.

Aku menatap Joshua dengan tatapan dingin, lalu berkata, "Aku bukan datang untuk menunggumu, tapi untuk melakukan pemeriksaan kecil."

Mata Joshua seperti berkilat dengan rasa bersalah.

"Pemeriksaan kandungan, ya? Aku akan menemanimu. Selama ini aku belum pernah menemanimu melakukan pemeriksaan kandungan," kata Joshua.

Sebelumnya, aku tidak ingin ditemani olehnya.

Hari ini juga tidak ingin.

Aku menggelengkan kepala hendak menolak, tetapi dia tiba-tiba dipanggil oleh seorang rekan dokter.

Aku merasa lega ketika melihatnya pergi. Tepat saat aku hendak masuk ke ruang operasi, Bella tiba-tiba menghadang jalanku.

Wajahnya penuh dengan ejekan.

"Bu Amelia, aku benar-benar kagum padamu. Demi menikah dengannya, kamu bisa bertahan sampai sejauh ini. Kenapa? Apa kamu berpikir dia benar-benar akan menikahimu kalau kamu mengantarkan makanan setiap hari untukku?"

Menghadapi sindiriannya, aku balas menyindir.

"Karena kalian berdua sudah sampai di tahap ini, kenapa kamu nggak menikah dengannya? Apa kamu nggak cukup mencintainya, atau dia yang nggak cukup mencintaimu?"

Namun, Bella membalas dengan cepat, "Karena yang mudah didapat nggak akan dihargai. Bukankah kamu adalah contoh nyatanya? Lihat saja, kamu sampai dipaksa melakukan aborsi ...."

Aku tercengang.

Ya, aku memang sangat bodoh.

Aku berpikir, dengan tidak memiliki kehidupan sendiri, dengan membuat Joshua sebagai pusat duniaku, aku bisa mendapatkan kebahagiaan yang aku inginkan.

Namun, aku tidak pernah memikirkan bahwa manusia itu adalah makhluk bajingan. Apa yang tidak bisa mereka dapatkan adalah yang terbaik untuk mereka.

"Bella."

Suara dalam seorang pria membuatku menarik pikiranku kembali.

Aku mendongak, melihat Joshua yang entah sejak kapan muncul di belakang Bella.

Dia menatap Bella dengan tatapan serius.

Bella tampak mengerutkan bahu ketakutan. Lagi pula, perkataannya tadi memang terlalu kasar.

Joshua berkata, "Kenapa kamu belum pulang setelah keluar dari rumah sakit? Apa kamu ingin terinfeksi virus lagi dari rumah sakit?"

Bella terdiam, menatapku dengan tatapan yang tampak lebih bangga. Dia seperti jenderal yang memenangkan peperangan.

Kemudian, Joshua menoleh padaku sembari berkata, "Bukankah kamu mau melakukan pemeriksaan? Cepat pergilah."

Pada titik ini, aku memang tidak perlu bertahan lagi.

Aku menatap Joshua untuk terakhir kalinya, lalu berbalik pergi.

Pada pukul sepuluh malam, Joshua akhirnya selesai menjalankan operasinya. Ketika berjalan di koridor rumah sakit, dia mendengar gosip di antara dua perawat muda.

"Hari ini ada seorang wanita yang sedang hamil empat bulan datang untuk melakukan aborsi. Dia mengatakan kalau dia rela bertengkar hingga memutuskan hubungan dengan orang tuanya hanya agar bisa bersama dengan pacarnya. Tapi ternyata, pacarnya malah berselingkuh. Sungguh menyedihkan."

"Aku melihatnya. Dia pergi sendirian setelah melakukan operasi. Wajahnya sepucat kertas. Dia bahkan nggak bisa menekan tombol lift, aku yang membantu menekannya."

Joshua terdiam. Entah kenapa dia teringat pada Amelia yang sedang hamil empat bulan.

Wanita yang selama lima tahun ini mendampinginya dalam diam itu lembut seperti awan.

Joshua tiba-tiba ingin menelepon Amelia, ingin mendengar suaranya.

Pada saat itu, seorang rekan dokter berjalan ke arah Joshua.

"Pak Joshua."

Joshua tidak bisa menahan diri untuk menceritakan ulang gosip yang baru saja dia dengar. Dia pun berkomentar, "Untuk pria seperti itu, nggak ada ruginya wanita itu melakukan aborsi dan meninggalkannya. Singkatnya, aku nggak akan membiarkan Amelia sampai berada dalam kondisi seperti itu."

Namun, rekannya itu menatapnya dengan pandangan iba.

"Pak Joshua, aku baru saja akan memberitahumu kalau wanita yang datang untuk melakukan aborsi itu adalah ...."
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Kata Cinta Membuat Sakit Hati   Bab 8

    Saat ini, ekspresi penuh sanjungan di wajahnya adalah ancaman yang paling mengerikan di mataku.Pria ini sudah menyakitiku hingga seperti ini, tetapi masih ingin terus tinggal di rumah orang tuaku.Jika bukan karena Joshua, aku tidak akan pergi. Orang tuaku juga tidak akan mati!"Pergi! Rumah ini nggak akan aku jual padamu! Aku juga nggak akan membiarkanmu tinggal di sana dan mengotorinya! Pergi!" teriakku.Aku berjalan ke tangga, ingin melepaskan diri dari Joshua.Namun, dia terus menggangguku.Saat kami bertengkar, kakiku terpeleset, hingga aku hampir terjatuh berguling dari tangga.Pada saat kritis, Joshua ternyata mengulurkan tangan untuk menahanku.Sementara itu, dia sendiri terjatuh berguling menuruni tangga."Ah ...."Suara teriakan terdengar.Joshua memeluk kaki kanannya sambil berguling-guling di tanah.Aku menatap keadaannya yang menyedihkan dengan tatapan dingin, tanpa perasaan.Pada saat itu, orang yang tidak terduga masuk ke pandanganku."Joshua!"Itu adalah Bella.Wanita

  • Kata Cinta Membuat Sakit Hati   Bab 7

    Joshua tampak sangat gembira, tetapi aku hanya merasakan kebencian."Joshua, jangan berpura-pura. Kamu pasti sangat kecewa melihatku masih belum mati, 'kan?"Joshua terdiam sejenak, lalu dia tiba-tiba berlutut di tanah."Maafkan aku, Amelia! Aku tahu kalau aku telah mengecewakanmu berkali-kali selama lima tahun ini! Tapi aku benar-benar sangat mencintaimu, aku nggak bisa kehilanganmu! Aku mohon, beri aku satu kesempatan lagi, kesempatan untuk mencintaimu dengan baik!" ujar pria itu.Joshua menarik tanganku, lalu melanjutkan, "Hari ini, kita bisa langsung mengurus surat nikah! Aku nggak akan mengecewakanmu lagi! Aku akan mencintaimu seumur hidupku!"Tanganku yang ditariknya terasa seperti dirayapi kecoak yang menggelikan.Aku langsung menepisnya dengan kasar."Menikah denganmu? Nggak akan pernah!"Joshua menatapku dengan tatapan tidak percaya.Jantungku berdebar kencang, ingin menusukkan pisau ke dada pria itu."Joshua, aku nggak akan menyalahkanmu karena bersikap dingin, tapi aku membe

  • Kata Cinta Membuat Sakit Hati   Bab 6

    Kepergian orang tuaku seperti musim hujan lembab yang memerangkapku.Awalnya aku berpikir, setelah meninggalkan Joshua, aku akan kembali bekerja, menemukan kembali jati diriku yang sesungguhnya.Namun, sekarang aku hanya ingin menyembuhkan lukaku.Aku meminta orang merenovasi rumah, memasang foto almarhum orang tuaku di rumah, lalu mendoakan serta mengakui kesalahanku setiap hari.Selama tiga bulan penuh, aku hidup tanpa arah.Aku berpikir, aku tidak akan pernah sembuh lagi. Sampai akhirnya sebuah telepon asing masuk."Permisi, apakah ini Nona Amelia?""Ada apa?"Aku menjawab dengan penuh kewaspadaan.Suara orang di ujung telepon terdengar lembut."Aku ingin bertanya, apakah kamu masih melukis sekarang?"Setelah mendengar penjelasannya, aku baru mengetahui bahwa dia adalah seorang kurator pameran lukisan.Sebulan yang lalu, dia melihat lukisanku di pameran. Dia sangat menyukainya. Setelah bertanya ke berbagai pihak, dia akhirnya menemukan kontakku.Kami pun saling bertukar kontak.Keti

  • Kata Cinta Membuat Sakit Hati   Bab 5

    Penerbanganku tiba-tiba ditunda, hingga perlu menunggu selama dua jam. Namun, aku tidak bisa menunggu sedetik pun lagi.Aku membeli tiket penerbangan lain yang terdekat. Setelah sampai di sana, aku menyewa mobil.Setelah perjalanan lebih dari lima jam berkendara, akhirnya aku kembali ke rumah yang sudah aku tinggalkan selama lima tahun.Namun, yang mengejutkanku, pagar besi di depan pintu ternyata dipenuhi dengan tanaman merambat. Rumput di halaman juga tumbuh dengan liar.Tidak hanya itu, di dinding juga ada bekas hitam seperti terkena asap.Seluruh rumah tampak terbengkalai, seolah sudah lama tidak dihuni."Ayah, Ibu! Ini aku, Amelia!"Aku berdiri di depan pintu sambil berteriak keras, tetapi hanya suara angin yang menjawabku.Seketika, kepanikan seperti tanaman merambat memenuhi hatiku."Amelia?"Suara penuh tanya terdengar dari lantai atas rumah sebelah.Aku melihat Bibi Nia di sebelah menjulurkan kepalanya dari jendela."Bibi Nia, ini aku!"Aku berjalan cepat menghampiri.Bibi Nia

  • Kata Cinta Membuat Sakit Hati   Bab 4

    Saat mendengar nama Amelia, Joshua langsung membeku seperti batu, terpaku di tempat.Tak lama kemudian, dia akhirnya tersadar, lalu dengan tergesa-gesa menghubungi nomor Amelia.Namun, dari telepon terdengar suara pemberitahuan yang mengatakan bahwa nomor yang dituju sedang dalam panggilan.Joshua berusaha menelepon berkali-kali, tetapi tetap saja begitu.Saat dia sedang kebingungan, rekan kerjanya dengan hati-hati mengingatkan bahwa ini artinya nomor Joshua telah diblokir.Joshua yang semula masih memiliki sedikit akal sehat, akhirnya benar-benar kehilangan kendali.Joshua tidak percaya bahwa wanita yang rela memutuskan hubungan dengan orang tuanya demi dirinya, ternyata bisa meninggalkannya dengan begitu mudah. Dia bahkan tidak mengucapkan sepatah kata pun.Ketika mengingat kembali pertemuan terakhir mereka, itu adalah hari ini di rumah sakit.Saat itu Joshua mendengar semua kata-kata menyakitkan yang diucapkan Bella. Namun, dia membela Bella tanpa sadar, menyuruh Amelia untuk melaku

  • Kata Cinta Membuat Sakit Hati   Bab 3

    Bella mengirimkan beberapa foto.Itu adalah foto-foto yang diambil di bioskop ketika dia sedang bersandar di bahu seorang pria.Kemeja pria itu begitu aku kenal. Aku baru saja melihat Joshua memakainya.[Pak Joshua sangat baik. Ketika mendengar aku ingin menonton film horor, dia langsung membawaku ke sini tanpa basa-basi. Bu Amelia, apa dia pernah menemanimu menonton?]Tidak.Jangankan menonton film horor, aku bahkan tidak pernah pergi ke gedung bioskop.Karena Joshua mengatakan bahwa duduk di tempat gelap gulita seperti itu membuatnya merasa tidak nyaman. Orang yang suka menonton film horor juga memiliki masalah mental.Pria itu memang pandai mencari alasan.Aku lagi-lagi tertawa dalam hati, menertawakan kebodohanku sendiri.[Bu Amelia, terima kasih karena sudah memasakan makanan untukku. Pantas saja Pak Joshua selalu mengatakan kalau masakanmu lezat.][Mungkin ada perempuan yang memang ditakdirkan untuk bekerja di dapur.][Aku nggak bisa melakukan itu.]Aku seolah bisa melihat senyum

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status