Share

Bab. 07

Author: Maheera
last update Last Updated: 2025-07-13 02:40:55

Aku berbalik dan melihat dua wanita beda usia sedang menatap sinis ke arahku. Aku menghela napas, kenapa dunia sempit sekali? Apa tidak cukup bertemu Lisa dan Mama mertua di rumah saja?

"Pantas aja berani ngelawan Mas Arya, ternyata udah punya selingkuhan di luar." Lagi suara cempreng Lisa membuat kupingku panas. "Sok suci padahal aslinya busuk."

Aku gemas melihat raut songong Lisa. Dia pikir aku akan tinggal diam dipermalukan di depan publik. "Kamu lagi ngomongin diri sendiri?" Kumainkan alisku turun-naik seolah-olah mengejek Lisa.

"Aduh Mbak jangan bohong, udah keciduk tadi aku lihat Mbak sama laki-laki lain masih aja ngeles. Emang muka tembok." Lisa melirik ke arah Mama mertua yang ikut menatapku tajam. Pasti dia percaya ucapan menantu barunya.

"Benar-benar nggak tahu diri kamu. Sudah untung Arya tidak menceraikan kamu. Sudahlah mandul, selingkuh lagi."

Perkataan Mama mertua seakan melubangi dadaku. Tega sekali melontarkan perkataan keji seperti itu. Meski bukan sekali ini dia menghinaku, tapi kali ini rasanya luar biasa sakit. Mataku terasa panas, pandanganku mulai mengabur karena tertutup linangan air mata.

"Ya, aku memang nggak tahu diri. Asal Mama tahu aku juga udah muak sama kalian semua. Kenapa nggak Mama suruh Mas Arya menceraikan aku? Mama masih ingat waktu anak Mama berlutut di depanku agar aku mengizinkannya menikah dengan gundiknya yang lagi hamil?" Aku menatap Lisa yang terlihat salah tingkah.

Terlanjur malu aku iyakan saja tuduhan Mama mertua. Aku ingin lihat apa yang bisa dilakukan putra kesayangannya itu. Tak kupedulikan banyak pasang mata menatap ke arah kami. Kalau aku dipermalukan maka mereka berdua juga harus ikut bersamaku.

"Heh, jangan sembarangan kamu Mbak?" Lisa mencoba membela diri. Dia terlihat panik ketika banyak orang-orang merekam perdebatan kami. Apalagi terdengar bisik-bisik mengatakan dia pelakor.

"Sembarangan gimana? Nikah baru satu bulan, tapi udah ham1l tiga bulan. Apa namanya kalau kalian nggak zin4 duluan."

"Anna!"  Mama mertua membentakku. Dia mengusap bahu Lisa yang kini menangis di balik punggungnya. Cih, dasar munafik. Pura-pura menangis merasa tersakiti padahal dialah ular berbisa.

"Maaf, ini ada apa?"  Syam tiba-tiba saja berdiri di belakangku. Dia menatapku dengan raut cemas.

"Kamu selingkuhan Anna kan? Dasar ngggak punya moral kalian berdua." Mama Mas Arya langsung menuding Syam dengan raut marah.

Syam tersenyum tipis, alih-alih terpancing dia tetap bersikap santai. "Tante Ibunya Arya, ya? Ternyata kelakuan anak sama ibu sama, ya. Sama-sama playing victim."

"Heh, maksud kamu apa?"

"Maksud saya kalau nggak tahu masalahnya tidak usah bikin rumor. Harusnya Tante didik putra kesayangan Tante itu. Jangan bisanya celup sana celup sini, tapi nggak punya kemampuan finansial."

Aku mengulum senyum mendengar balasan nyelekit Syam. Setidaknya sakit hatiku sedikit terbalaskan. "Udah, Syam, nggak usah dengarin mereka. Udah selesai transaksinya?"

"Udah, tadi agak lama karena aku milih hadiah lain."

"Ya, udah, pulang yuk." Aku berjalan lebih dulu melewati Lisa dan Mama mertua. Sengaja kusenggol bahu Lisa hingga wanita itu terdorong. Aku tak peduli umpatannya, yang ada aku malah tertawa puas.

**

"Kamu nggak papa?"

Aku mengangguk. "Kalau soal membuli mertua dan Lisa udah biasa, jadi nggak kaget lagi."

"An, apalagi yang kamu tunggu? Udah jelas-jelas mereka memperlakukan kamu buruk, tapi kamu masih mau bertahan? Aku nggak ngerti dengan pikiran kamu."

Intonasi suara Syam meninggi. Entah perasaanku saja atau memang dia mencemaskanku.

"Kamu nggak perlu susah payah mengerti jalan pikiranku. Aku udah bilang kan, setelah mereka hancur baru aku pergi. Sekarang belum saatnya."

Terdengar helaan napas berat dari Syam. Aku melirik sekilas padanya. Wajah lelaki itu bercahaya ditimpa lampu jalan, rahangnya mengetat seperti sedang menahan amarah. Untuk sesat aku terpana, kenapa akhir-akhir ini aku suka sekali memperhatikannya?

'Sudah Anna! Kamu seperti jablay saja!' Suara di kepala mengetuk kesadaranku. Aku memilih menatap jalan raya daripada memikirkan yang tidak-tidak. Tak lama mobil yang dikendarai Syam berhenti di depan rumah. Dia menawarkan menjemputku esok hari karena mobil aku tinggal di kantor, tapi aku menolak. Bagaimana pun aku tak mau dicap yang tidak-tidak oleh Mama mertua meski sebenarnya aku tidak peduli omongan mereka.

Baru saja melangkah masuk, di ruang tamu terdengar suara ribut-ribut. Yang paling vokal  tentu saja suara Lisa dan Mama mertuaku. Sementara Mas Arya hanya diam menunduk seolah tak punya nyali.

"Nah, ini dia. Minta aja ke dia Pak. Pasti dia yang pakai uangnya."

Dahiku berkerut mendengar tudingan Mama metua, tidak mengerti duduk permasalahannya langsung dituduh. "Maaf, ada apa ya, Pak?" Aku bertanya ke dua orang yang duduk di depan Mas Arya.

"Ini Mbak, kamu mau nagih angsuran bank, sudah mau masuk tiga bulan nunggak. Kalau Pak Arya tidak bisa membayar terpaksa rumah ini kami sita."

Aku hanya ber, oh, saja. Lalu terus masuk ke dalam rumah, tapi langkahku dihadang Lisa.

"Mbak, selesaikan itu angsurannya. Jangan gara-gara kamu kami kena getahnya. Kamu yang berhutang masak kami yang nanggung?"

Aku berdecak. "Benar sih, siapa yang berbuat harus tanggung jawab, nggak boleh lempar tanggung jawab, ya."

"Tu tahu! Ingat ya, jangan minta bantuan Mas Arya buat lunasin hutang kamu. Kalau perlu jual mobilmu." Lisa semakin menjadi-jadi menyudutkanku. Namun, tak sedikit pun aku gentar.

"Mas, kamu yang bilang atau aku yang cerita?" Aku bersidekap menantang Mas Arya, benar-benar lelaki pengecut. Kenapa aku bisa jatuh cinta padanya?

"Udah aku bilang nggak usah libatkan Mas Arya. Ngeyel banget sih Mbak."

"Benar, kamu lunasin tuh hutang kamu setelah itu cerai aja sama Arya." Mama mertua ikut menimpali, tapi perkataan mereka tidak kugubris, tatapanku masih tertuju pada Mas Arya.

"Mas! Kamu nggak tiba-tiba bisu kan?" Kubentak sekali lagi, gemas melihat Mas Arya yang masih bungkam. Ternyata nyalinya tak sebesar badannya.

"Iya, maaf." Mas Arya menatap Lisa dan Mamanya bergantian. "Sebenarnya, aku yang menggadaikan rumah ini, bukan Anna."

"Apa?!"

Aku tersenyum penuh kemenangan melihat wajah shock Mama mertua dan Lisa. Rasakan itu!

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kau Selingkuhi Aku, Kuhancurkan Hidupmu   Bab. 07

    Aku berbalik dan melihat dua wanita beda usia sedang menatap sinis ke arahku. Aku menghela napas, kenapa dunia sempit sekali? Apa tidak cukup bertemu Lisa dan Mama mertua di rumah saja?"Pantas aja berani ngelawan Mas Arya, ternyata udah punya selingkuhan di luar." Lagi suara cempreng Lisa membuat kupingku panas. "Sok suci padahal aslinya busuk."Aku gemas melihat raut songong Lisa. Dia pikir aku akan tinggal diam dipermalukan di depan publik. "Kamu lagi ngomongin diri sendiri?" Kumainkan alisku turun-naik seolah-olah mengejek Lisa."Aduh Mbak jangan bohong, udah keciduk tadi aku lihat Mbak sama laki-laki lain masih aja ngeles. Emang muka tembok." Lisa melirik ke arah Mama mertua yang ikut menatapku tajam. Pasti dia percaya ucapan menantu barunya."Benar-benar nggak tahu diri kamu. Sudah untung Arya tidak menceraikan kamu. Sudahlah mandul, selingkuh lagi."Perkataan Mama mertua seakan melubangi dadaku. Tega sekali melontarkan perkataan keji seperti itu. Meski bukan sekali ini dia meng

  • Kau Selingkuhi Aku, Kuhancurkan Hidupmu   Bab. 06

    Aku membuka pintu mobil dengan geram. "Mas, kamu bisa urusin istri baru kamu?" tatapanku menajam ke Mas Arya."An, ngalah sedikit, ya, sama Lisa. Nggak mungkin aku bawa dia ke dokter pake sepeda motor."Heleh! Aku tertawa sinis mendengar permintaan Mas Arya. Bisa-bisanya dia minta aku mengalah. No way!"Aku ngalah demi dia? Nggak salah?!" Aku menuding Lisa yang merasa di atas angin."Mbak, kamu itu masih untung dibolehin bawa mobil. Mulai sekarang kamu naik sepeda motor aja. Aku nggak bisa kalau kena panas atau hujan. Kalau ada apa-apa sama kandunganku kamu mau tanggung jawab?"Melihat Lisa bergelayut di lengan Mas Arya membuatku semakin muak. Bukan karena cemburu, tapi sikapnya yang seolah seperti ratu. Aku menatap lagi Mas Arya yang terlihat bingung."Mas, sekali lagi aku ngomong, kamu bisa urus gundikmu ini? Kalau nggak--""Eh, iya, jangan marah, ya." Mas Arya mengusap lenganku, tapi cepat kutepis. Tak sudi disentuh dia lagi. "Mas, kamu kenapa sih, kayak takut banget sama dia."

  • Kau Selingkuhi Aku, Kuhancurkan Hidupmu   Bab. 05

    Pagi-pagi sekali aku sudah bangun. Biasanya setelah salat subuh aku gegas berjibaku di dapur menyiapkan sarapan dan menu makan siang Arya, tapi sejak dia menikah lagi, aku hanya keluar setelah rapi. Tidak kupedulikan dapur yang kotor, rumah berantakan. Aku benar-benar super masa bod0h. Mau rumah bau kandang kambing, piring jamuran di wastafel, tidak peduli. Setelah merapikan kamar, aku bersiap-siap ke kantor. Pagi ini celana palazo putih dan kemeja slimfit berwarna hitam menjadi pilihanku. Pekerjaan sebagai desain interior membuatku lebih memperhatikan penampilan agar bisa membuat kesan baik saat bertemu klien."Nah, ini dia ratu baru bangun. Sana siapin sarapan!"Baru saja keluar kamar sindiran Mama mertua menyambutku. Alih-alih peduli, aku mengunci pintu kamar lalu berjalan ke pintu keluar."Heh, kamu dengar gak Mama ngomong apa?" Aku menoleh dengan raut polos. "Oh, Mama ngomong sama aku? Bilang dong, di sini kan ada aku sama Lisa juga."Wajah Mama mertua memerah. "Kamu lama-lama

  • Kau Selingkuhi Aku, Kuhancurkan Hidupmu   Bab. 04

    "Hei, ngelamun aja. Kemarin ayam tetanggaku ngelamun pagi-pagi besoknya langsung ngidam Topoki."Aku melengos melihat Syam berdiri di depan meja kerjaku sambil nyengir. "Sejak kapan ayam doyan makanan korea, garing!""Ish, ish, ish! Galaknya Kak Ros kita ni. Aku tebak, pasti lo bad mood gara-gara suamimu yang sok kecakepan itu?"Aku tersenyum, lelucon Syam mampu menghalau mendung di wajahku. Sejak dulu dia selalu ada untukku. Bahkan kami sempat dinobatkan sebagai pasangan serasi di kampus. Saat aku menikah dengan Arya banyak teman-temanku yang heran, menurut mereka aku dan Syam lebih cocok."Aku nggak mau ngomongin Arya, bikin rusak mood aja," balasku sembari menghidupkan komputer.Syam berdecak, dia menarik kursi lalu duduk di depanku. "Kenapa kamu nggak cerai aja sih? Udah jelas-jelas musang itu selingkuh sampai bikin anak orang tekdung. Kamu masih mau bekasnya?"Aku tertawa mendengar Syam menyebut Arya, musang, Sejak dulu dia memang tidak suka kedekatan aku dan Arya. Bahkan, saat t

  • Kau Selingkuhi Aku, Kuhancurkan Hidupmu   Bab. 03

    "Sudah aku pergi dulu," ucap Anna lalu menutup pintu mobil.Aku masih memperhatikan Anna yang berjalan masuk ke gerbang perusahaan tempat dia bekerja. Aku mengembuskan napas keras. Tak pernah terlintas sedikit pun menduakannya. Namun, desakan Mama dan pertanyaan dari saudara tentang an4k membuatku risih. Ditambah taruhan dari rekan kerjaku. Mereka mengatakan akulah yang bermasalah. Tentu saja aku tak terima dengan tudingan tersebut. Memang, Anna pernah mengajak kami memeriksakan diri dan dia mengatakan kami sehat. Tentu saja, hubungan suami-istri kami juga normal, jadi aku berpikir ini tentang waktu saja.Akan tetapi, semakin hari tudingan itu makin gencar diarahkan padaku. Aku ingat percakapan di kantin beberapa bulan lalu dengan beberapa orang rekan kerjaku."Arya, kalau lo memang nggak ada masalah, berani nggak buktiin ke cewek lain?"Aku tersedak minuman, menatap lawan bicaraku. "Maksud lo nyuruh gue selingkuh?""Halah, nggak usah kaget gitu. Punya selingkuhan zaman sekarang lumr

  • Kau Selingkuhi Aku, Kuhancurkan Hidupmu   Bab. 02

    Namaku Anna dan lelaki yang kini membukakan pintu mobil untukku bernama Arya, suamiku. Siapa sih yang tidak bahagia dilamar cinta pertamanya? Aku langsung menobatkan Arya menjadi pemilik hati sejak melihatnya. Arya yang tampan dan supel tentu mudah menarik hati lawan jenis, berbeda denganku seorang kutu buku. Namun, jika Tuhan sudah menakdirkan bersatu siapa yang bisa mencegah. Sayangnya, Mama mertua tak pernah mau menerimaku. Banyak cara dia lakukan agar rumah tanggaku berantakan. Puncaknya, suatu sore yang bergerimis, Arya membawa pulang seorang wanita yang mengaku hamil anaknya. Apa aku marah? Ya, dadaku remuk mengetahui pengkhianatan Mas Arya. Aku tidak mengira di balik sikapnya yang perhatian tersimpan bangk4i menjij1kkan."Sayang, maafin Mama, ya, beliau tidak bermaksud meny4kiti hatimu."Suara Arya membuatku menoleh padanya. Aku tersenyum tipis lalu melabuhkan pandangan ke jalan raya. "Mama memang tidak bermaksud, tapi niat banget bikin aku s4kit hati.""Maaf, Mama hanya ingin

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status