Share

Bab 7

Author: Robert Martin
Dulu, tanpa seizinnya Cheryl mencium pipi Rikardo di depan teman-teman mereka, tak disangka Rikardo malah marah dan tak bicara dengannya selama beberapa hari.

Ternyata, Rikardo bukanlah pria yang tertutup.

Dia hanya bersikap dingin saat bersama Cheryl.

Cheryl pun merasa mual.

Dia bangkit dan berjalan keluar.

Saat hendak keluar, Rikardo melihatnya dan sontak mendorong Sofiana menjauh karena kaget.

Barulah yang lainnya sadar bahwa ternyata Cheryl ada di sana.

Begitu keluar, Sofiana langsung mengejarnya dan memegang erat bahunya.

“Kak Cheryl, tadi itu bukan seperti yang kamu pikirkan….”

“Lepaskan,” ucap Cheryl sambil mengernyit, tak ingin mendengarkan penjelasannya.

Namun, Sofiana tetap menggenggamnya erat.

Bahkan genggamannya semakin kuat.

“Menurutmu kalau aku jatuh di sini, kira-kira keluargamu akan percaya nggak kalau kamu yang mendorongku?”

Usai bicara, Sofiana langsung menjerit kesakitan. Dengan dramatis, dia jatuh ke belakang, menabrak dan memecahkan seluruh dinding kaca restoran.

Saat keluarga Cheryl datang, mereka sudah melihat Sofiana tergeletak di antara pecahan kaca, darah bercucuran di kepala dan tubuh penuh dengan luka sayatan.

“Cheryl, kamu sudah gila?! Kamu mau membunuhnya?!” teriak Rikardo sambil memeluk Sofiana.

Cheryl belum sempat bicara.

Ayahnya sudah melayangkan tamparan keras, “Dasar jalang!”

Tubuh Cheryl terjatuh ke lantai, darah yang bercampuran pecahan giginya keluar dari mulut.

Salah satu giginya patah.

Cheryl membuka mulut dan hendak menjelaskan.

Namun, ketika menatap tatapan penuh kebencian dan amarah keluarganya, seolah ingin menelannya hidup-hidup, kata-kata yang ingin dia katakan, tersangkut di tenggorokan.

Tak bisa dia ucapkan.

Keluarga terdekatnya lebih percaya Sofiana, si orang luar.

Apapun yang dirinya katakan, hanyalah kebohongan.

Apapun yang dirinya lakukan, dianggap dosa besar.

Dalam pelukan Rikardo, Sofiana terisak, “Kak Cheryl, kalau kamu benci denganku, tinggal bilang saja. Aku akan pergi selamanya dari dunia ini. Kalau kamu marah karena aku merebut Kak Rikardo, aku juga bisa mengembalikannya padamu. Asal kamu bahagia, aku bisa melakukan apa saja. Tolong jangan pukul aku….”

Aksi tangis Sofiana membuat semua keluarga Cheryl berkaca-kaca.

“Cheryl, kamu merasa Sofiana merebutku darimu, makanya melakukan ini padanya?”

Tanya Rikardo sambil memandang Cheryl dengan tak percaya.

Cheryl menatapnya kosong.

Lalu, dia tertawa sambil menyemburkan darah.

Ternyata, titik mati rasa seseorang bisa sampai serendah ini?

Ternyata bisa sampai tertawa.

Melihatnya masih bisa tertawa di saat seperti ini, kekecewaan Rikardo pun memuncak.

“Kamu tahu nggak? Aku nggak membencimu sama sekali sekarang.”

“Aku benci diriku yang dulu buta sampai bisa jatuh cinta pada perempuan kejam sepertimu.”

“Kamu memang pantas mati. Cepat mati saja!”

Setelah berkata begitu, Rikardo pun berbalik, menggendong Sofiana dan pergi bersama yang lainnya ke rumah sakit.

Melihat kepergian mereka, senyuman di bibir Cheryl tak kunjung hilang.

Orang-orang di sekitar mengira dia sudah gila.

Cheryl tergeletak lama di lantai, tak sanggup bangun.

Hatinya seolah sudah hancur, penuh luka dan tak lagi bisa merasakan sakit.

Tidak ada dendam dan amarah di tatapannya.

Melainkan ketidakpedulian yang sudah mencapai puncaknya.

Tak masalah lagi.

Tiga hari lagi, mereka tidak akan menemui orang terkutuk ini lagi.

Saat Cheryl pulang ke rumah, suara tawa di dalam langsung terhenti.

Semua orang menatapnya dengan ekspresi yang seakan berkata, kamu masih punya muka untuk pulang?

Seakan melihat seekor anjing yang kakinya dipatahkan, lalu diusir keluar, tetapi tetap menyeret tubuhnya yang pincang untuk merangkak pulang.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kehangatan Yang Datang Terlambat   Bab 18

    “Kita benar-benar sudah nggak mungkin?”Rikardo masih belum ingin menyerah begitu saja.Cheryl tidak menjawab, tetapi diamnya sudah merupakan jawaban.Bukan berarti dia tak bisa menolak Rikardo.Melainkan dia tidak tahu bagaimana cara mengucapkan perpisahan tanpa melukainya.Kesunyian itu adalah kelembutan terakhir Cheryl untuknya.“Baiklah, aku mengerti.”Rikardo menundukkan kepala dan akhirnya menyerah.Cheryl membantunya berdiri, lalu mengambil sebuah kaset dari saku jas laboratorium.Sekilas, Rikardo langsung mengenalinya. Ini adalah hadiah pertama yang pernah diberikan Cheryl padanya, berisi lagu kesukaannya.Namun dulu, karena jatuh cinta pada Sofiana dan ingin benar-benar memutuskan hubungan dengan Cheryl, dia pernah mengembalikan kaset itu beserta tape recordernya.Itu adalah salah satu hal yang paling dia sesali.Setelah itu, dia tak pernah menemukan kaset itu lagi di tape recorder. Awalnya dia mengira kaset itu sudah dibakar bersama barang-barang Cheryl, tapi ternyata Cheryl

  • Kehangatan Yang Datang Terlambat   Bab 17

    Suhu udara hampir membeku, membentuk embun es.Hingga rasa pahit terasa di bibirnya, barulah Rikardo tersadar bahwa bibir bagian bawahnya berdarah karena tergigit.Demi pertemuan yang sudah lama ditunggu-tunggu ini, dia menembus waktu selama dua belas bulan, melewati pagi dan malam, hampir menelusuri setiap sudut kota, sampai pendidikannya terbengkalai. Kepala sekolah yang tak tega melihat Rikardo yang dulunya murid teladan begitu terpuruk, akhirnya memberitahu keberadaan Cheryl padanya.Begitu mendapat informasi itu, Rikardo langsung memesan tiket pesawat ke tempat ini.Perjalanan yang melelahkan membuatnya tak sempat minum seteguk air pun. Satu-satunya yang terbayang hanyalah bertemu dengan orang yang selalu menghantui pikirannya.Namun, ketika akhirnya bertemu lagi dengan Cheryl, dia menyadari kenyataan yang menyakitkan.Cheryl sudah bukan lagi sahabat kecilnya yang lembut dan sabar seperti yang dia ingat.Meski berusaha sekuat tenaga, Rikardo tak mampu menemukan sedikit pun rasa ci

  • Kehangatan Yang Datang Terlambat   Bab 16

    Rangkaian bintang berkelip di langit, James duduk meringkuk dengan tenang di bangku batu yang diselimuti cahaya bulan.Dia meletakkan lengan bawahnya di atas lutut Cheryl, tapi pandangannya tak lepas dari wajah gadis itu.Sinar bulan membentuk lapisan tipis seperti embun di kulit Cheryl yang sehalus giok putih, membuatnya tetap memukau bahkan di tengah gelapnya malam.Baru ketika salep menyentuh luka bakarnya, James menarik napas dingin dan tersadar kembali.“Lukanya lumayan parah. Kalau nggak diobati, nanti bisa meninggalkan bekas. Kamu juga mahasiswa kedokteran, kenapa sampai nggak diperhatikan begini?”“Nggak apa-apa. Aku laki-laki, sedikit bekas luka di lengan itu nggak masalah. Nggak ada yang bakal peduli….”“Aku peduli.”Cheryl menghela napas, membuat pria itu terbengong.Setelah mengoleskan obat, Cheryl menatapnya dengan serius dan berkata, “James, besok kamu pulang ke kampus saja. Aku mengerti perasaanmu, tapi aku nggak punya waktu untuk memikirkan soal cinta sekarang dan aku j

  • Kehangatan Yang Datang Terlambat   Bab 15

    Di bagian barat lapangan akademi kedokteran, di dekat sebuah sebuah pohon ginkgo, Cheryl memilih tempat yang hangat untuk duduk.Aroma disinfektan dari laboratorium masih tercium samar di hidungnya. Dia membuka kancing kerahnya, menghirup udara segar luar ruangan, lalu menaburkan remah-remah roti gandum ke kumpulan merpati abu-abu dan putih.Sudah tiga bulan dia berada di akademi kedokteran.Begitu masuk ke laboratorium, dia sering bekerja seharian penuh.Kartu akses di sakunya seakan sudah membekas di jas lab putihnya.Kesibukan seperti ini bagi orang biasa mungkin sulit ditanggung, tapi bagi Cheryl yang sudah melewati banyak rintangan, ini belum seberapa.Di tim penelitian obat baru laboratoriumnya, rekan-rekan yang bekerja bersamanya adalah para maestro terkemuka di dunia medis saat ini atau bahkan senior yang menjadi panutan di bidang kedokteran.Meski saat ini dia hanya berperan sebagai asisten laboratorium, dalam waktu tiga bulan saja, ilmu yang dia dapat sudah jauh lebih banyak

  • Kehangatan Yang Datang Terlambat   Bab 14

    Suara bantingan tinju di tubuh terdengar begitu berat dan bergema di ruang tamu.Rintihan Sofiana semakin lama semakin terputus-putus. Tubuhnya bergetar seperti ikan yang terkapar kehabisan air, wajahnya berlumuran air mata dan ingus, “Ma… maaf Om Hendra. Aku hanya anak yatim piatu dan terlalu menginginkan sebuah rumah, makanya aku bilang semua kebohongan itu.”Tiba-tiba, dia meraih ujung celana Hendra, lalu membenturkan dahinya ke lantai hingga muncul memar biru keunguan, “Tolong ampuni aku, aku nggak akan bohong lagi. Kumohon, maafkan aku.”Hendra menatapnya dengan mata memerah.Jawaban yang diberikan hanyalah hantaman tinju yang lebih keras.Saat akhirnya Hendra berhenti memukul, Sofiana sudah tergeletak di lantai seperti anjing mati dengan napas yang tersengal.“Ayah,” terdengar suara Yuseli yang seperti keluar dari dasar jurang beku, “Siapa sebenarnya… yang mendonorkan darah untukku di kecelakaan itu?”Tubuh Hendra bergetar hebat. Tiba-tiba, dia menampar dirinya berkali-kali.“Che

  • Kehangatan Yang Datang Terlambat   Bab 13

    Melihat Hendra hendak membuang tape recorder itu ke tempat sampah, Rikardo segera melangkah maju.“Tunggu, aku mau dengar dulu apa yang direkam di dalamnya.”Ucapan mereka malah membuatnya teringat sesuatu.Cheryl sengaja menaruh tape recorder itu di dalam kotak kado dan menempatkannya di posisi yang begitu mencolok, pasti ada alasannya.“Untuk apa didengar? Bisa jadinya isinya hanya kata-kata yang mengutuk kita. Nggak bagus, mending dibuang saja.”Anehnya, Sofiana berdiri dan bergegas membuka kaset di dalam tape recorder itu.Sikapnya terlihat sangat tegang, benar-benar tak seperti dirinya yang biasanya tenang dan anggun.“Berhenti.”Rikardo jelas tak akan membiarkannya berhasil, dia langsung maju untuk menghentikannya.Saat keduanya berebut, Rikardo lebih dulu menekan tombol putar.Disertai suara statis, terdengar suara sombong yang begitu jelas.“Cheryl, berlututlah memohon padaku.”“Aku bisa menyuruh ayah memaafkanmu.”….Di dalam rekaman, nada suara Sofiana sama sekali tidak terde

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status