Share

Bab 161

Author: Gekko
last update Last Updated: 2025-12-01 19:37:11
Kediaman putra mahkota. Orang-orang berjubah hitam tampak sibuk.

Mereka berlarian ke sana kemari mendekorasi kediaman dengan indah. Menata lentera, dan merapikan vas-vas porselen yang berjajar di sepanjang teras.

“Cepat! Yang di sana tambahkan lagi hiasan!” seru Qiang Jun dengan tegas.

Jika orang lain melihat, mungkin akan mengira ia sedang mempersiapkan pesta. Namun sebenarnya ini semua hanya untuk mengambil hati satu orang.

Jia Li datang menghampiri. Sambil membawa rangkaian bunga yang ukurannya hampir menutupi setengah tubuhnya.

“Tuan, rangkaian bunganya sudah siap.”

Qiang Jun mengangguk puas dan langsung mengambilnya.

“Bagus.”

Tak lama, samar-samar telinganya menangkap suara langkah mendekat.

Mata Qiang Jun melebar.

“Cepat kalian pergi! Rapikan semua yang tersisa,” perintahnya setengah panik.

Dengan sangat terburu-buru, para Anggota Qin Ai Yue melesat dengan sangat cepat pergi dari kediaman.

Hingga kini yang tersisa hanya Qiang Jun sendirian di sana.

Akhirnya gerbang kediaman ter
Gekko

Bab selanjutnya nyusul ya. Dukung terus othor biar semangat upnya^^

| Like
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 218

    Penjahit itu tak berani membantah.“Baik. Akan saya ganti yang lain,” jawabnya pelan, lalu berbalik meninggalkan kediaman.Tepat saat ia keluar, seorang pemuda lain melangkah masuk dengan santai.“Hei. Ada apa lagi, Kak Ayi?” tanyanya ringan. “Kau suka marah-marah, padahal sebentar lagi ulang tahunmu.”Itu Ming Hyun, sepupunya dari pihak ibu.Qiang Wangyi mendengus pelan."Aku ingin semuanya sempurna sesuai keinginanku. Ini tahun yang istimewa dari tahun-tahun sebelumnya," gerutunya.Ming Hyun tersenyum tipis sambil menggeleng.“Kalau begitu ayo pergi keluar. Di rumah, Ibu selalu melarangku minum.”Perlahan, wajah jengkel Qiang Wangyi memudar. Sorot kesal di matanya digantikan oleh seringai kecil. Kebosanan yang menumpuk sejak pagi akhirnya menemukan jalan keluar.“Ide bagus,” jawabnya singkat. “Aku juga sedang bosan.”Tanpa menunggu lama, Qiang Wangyi segera meraih jubah hitam yang tergantung di dekat pintu.Dengan langkah cepat, dua pemuda itu keluar diam-diam dari kediaman. Berusah

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 217

    “Apa kau tidak ingat kejadian dengan Putri Bailong dulu? Kau masih berpikir Yang Mulia mau mengangkat selir?” desis Ming Yue dingin.Nada suaranya tidak keras, namun setiap katanya seperti bilah tipis yang mengiris. Tatapannya tajam, lurus mengarah pada Yan Guan, tanpa sedikit pun gentar.Yan Guan terdiam.Kepercayaan diri yang sejak tadi ia pamerkan perlahan runtuh. Ingatannya terseret ke masa laluSebuah tragedi besar yang pernah mengguncang Kekaisaran. Insiden Putri Bailong yang menjadi pemicu perang berdarah dengan kerajaan lain.Namun karena lamanya waktu berlalu dan kedudukannya yang semakin tinggi, Yan Guan lupa akan hal ituKini, rasa perih menjalar di sebelah wajahnya. Entah karena tamparan sebelumnya. Atau karena rasa malu yang tak tertahankan.Yan Guan hanya bisa menunduk, bungkam.Melihat situasi semakin tidak menguntungkan, Yan Zhi yang sejak tadi gemetar di sampingnya segera menjatuhkan diri bersujud.“Ampuni kami, Yang Mulia,” ucapnya dengan suara bergetar, dahi menempe

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 216

    Kereta kuda melaju dalam sunyi. Tak lama kemudian, gerbang istana tampak menjulang di hadapan mereka.Begitu berhenti, Qiang Jun segera mengangkat tubuh kecil Qiang Wangyi ke dalam pelukannya. Berhati-hati agar tak membangunkannya.Mereka turun dari kereta dan langsung disambut Jia Li.“Yang Mulia,” lapornya hormat. “Gubernur Yan Guan dan kerabatnya masih berada di istana. Dia menunggu Anda untuk membicarakan sesuatu.”Alis Qiang Jun langsung berkerut.“Untuk apa? Suruh dia pulang. Aku tidak menerima tamu untuk sementara,” katanya dingin.“Saya sudah menyampaikannya. Tapi Gubernur Yan masih bersikeras,” sahut Jia Li terlihat lelah.Qiang Jun mendengus kesal. Ia menebak-nebak maksud kedatangan Yan Guan. Dan itu sama sekali tak membuat suasana hatinya membaik.Qiang Jun akhirnya menoleh pada istrinya“Yue, bisakah kau menggantikanku menemuinya?”Ming Yue menaikkan sebelah alisnya heran.“Aku? Bukankah dia ingin bertemu denganmu?”Qiang Jun tersenyum tipis.“Lebih cocok kau yang menemuin

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 215

    Langkah An Rong terdengar tergesa saat ia menyusuri keramaian pasar. Begitu melihat sosok kakaknya di kejauhan, wajahnya langsung mengeras.Tanpa ragu, An Rong merebut Ruxia dari pelukan An Beiye.“Kembalikan anakku!” ucapnya ketus.Suaranya jelas menahan amarah.An Beiye mendengus pelan. Sama sekali tak merasa bersalah.“Aku hanya ingin mengajaknya jalan-jalan. Sudah lama aku tidak bertemu dengannya,” gumamnya malas.“Tapi setidaknya beri tahu aku dulu!” omel An Rong. “Bukan malah membawa anakku pergi begitu saja!”An Beiye menyeringai sebal.“Cih! Dasar pelit.”An Rong menggeleng pelan, mencoba menahan emosinya. Namun sebelum sempat membalas, ia merasakan tarikan kecil di ujung gaunnya.Kepalanya menunduk.“Bolehkah aku mencubitnya?” pinta seorang bocah lelaki dengan mata berbinar. “Pipi Ruxia sangat menggemaskan.”An Rong mengerjap kaget.'Kenapa Pangeran ada di sini?: batinnya terkejut.Pandangan matanya bergerak ke belakang An Beiye.Barulah An Ring sadar. Dia mengenali dua sosok

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 214

    “Kau belum menjawab pertanyaanku dengan benar,” ujar Qiang Jun, suaranya rendah namun sarat tekanan.Tatapannya menyipit dingin, kedua lengannya terlipat di dada. Seolah mengintimidasi.Yan Zhi seketika menunduk. Bahunya menegang, jemarinya saling meremas di depan perut. Ia tak berani menatap wajah pria di hadapannya terlalu lama.“S–saya kemari atas ajakan Kakak Yan Guan,” ucapnya terbata. “Namun karena bosan menunggu, saya hanya berjalan-jalan sebentar—”“Ayahanda!”Teriakan nyaring dari arah lain memotong ucapannya. Perhatian Qiang Jun seketika teralihkan.Seorang bocah kecil berlari menghampiri bersama seorang wanita anggun di sisinya. Qiang Wangyi tanpa ragu memeluk erat kaki sang ayah Wajahnya berseri penuh antusiasme.“Sudah selesai rapatnya?”Ekspresi dingin Qiang Jun langsung melunak. Senyum lembut terukir di sudut bibirnya, lalu ia mengangguk kecil.“Kalau begitu, ayo main denganku keluar!” ujar bocah itu dengan mata berbinar.“Keluar?” Qiang Jun mengernyit heran.“Ayi san

  • Kehidupan Kedua: Istri Pangeran Cacat Menuntut Balas   Bab 213

    Yan Guan tak berani menolak secara terang-terangan. Ia tahu, satu kata yang keliru saja bisa membuat Kaisar curiga. Karena itu, Yan Guan segera memutar otak, mencari celah lain untuk mengalihkan arah pembicaraan.“Ekhem,” ia berdeham kecil. “Akhir-akhir ini, sepertinya kita jarang melihat Putri Suli, ya?”Ucapan itu langsung membuat beberapa pasang mata di ruangan menoleh.“Kami sudah lama penasaran,” lanjut Yan Guan.Tanpa ragu, nada bicaranya terdengar santai namun menusuk. “Terakhir yang kami dengar, Putri menghilang. Apa ini berarti ramalan Zimo benar? Bahwa Putri memang menjadi penyebab hujan dan bencana selama dua tahun terakhir?”Ruangan mendadak sunyi.Para pejabat saling pandang. Selama ini mereka hanya mendengar kabar simpang siur dari pelayan istana. Ada yang mengatakan Putri masih hilang. Ada pula yang berbisik bahwa Putri telah tiada. Tak ada satu pun yang berani memastikan.Topik itu terlalu sensitif. Semua orang tahu itu. Namun Yan Guan dengan berani melemparkannya t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status