Home / Romansa / Kekuatan Sebuah Cinta / Bab 4. Pria Paling Berengsek  

Share

Bab 4. Pria Paling Berengsek  

last update Last Updated: 2024-07-21 21:15:18

Jolie menolak memberikan jawaban. Sikapnya itu sangat konsisten, tak peduli seberapa besar Rebecca memaksa. Dia hanya akan menjawab pertanyaan yang tidak berkaitan dengan kehamilannya.

Jolie semakin dingin dan menutup perasaan. Sikapnya yang selalu ceria seolah tak pernah ada, karena sepanjang berada di rumah sakit Jolie lebih tenang menunjukkan sikap dingin tak berperasaan.

Rebecca sampai kehilangan akal. Ketika menemani Jolie memeriksakan kehamilannya, Jolie tidak banyak bersuara. Dia hanya terpaku menatap layar monitor—yang di mana terlihat jelas keberadaan janin di rahimnya. Bahkan ketika buliran air mata jatuh membasahi pipi, Jolie tak berekspresi sama sekali.

Rebecca berpendapat situasi kehamilan Jolie pasti suatu keadaan yang mengguncang jiwa Jolie. Jolie tidak akan bereaksi seperti itu jika kehamilan itu telah dinanti ataupun direncakan. Selain itu, siapa pria yang bertanggung jawab atas kehamilan Jolie? Rebecca sangat mengenal Jolie. Sahabat baiknya itu tidak memiliki hubungan dengan pria mana pun.

“Kau masih belum mau bercerita?” tanya Rebecca berhati-hati ketika tiba di rumah Jolie.

“Terima kasih telah merawatku, Becca. Tapi, aku benar-benar ingin sendiri.” Jolie terpaksa memberikan senyuman memelas di wajahnya yang masih memucat.

“Beri tahu aku alasanmu jadi seperti ini? Apakah pria itu sangat buruk? Sampai kau tidak mau cerita padaku yang bukan orang lain bagimu, Jolie?!”

‘Sangat buruk! Aku bahkan tidak berniat untuk kembali bertatap muka dengan pria itu. Aku menyesali telah jatuh cinta dengan pria tampan berhati iblis itu,’ batin Jolie menjerit. Di balik hatinya yang mencela kejam, Jolie hanya bisa bersikap tenang kepada Rebecca yang putus asa membujuk.

“Sebaiknya kau pulang, Becca. Ini sudah hampir malam, suami dan anakmu pasti mencarimu. Bukankah malam ini kalian mengadakan dinner? Lagi pula, tidak baik bagi ibu hamil kelelahan. Jika suamimu yang cerewet itu tahu aku telah merepotkanmu, dia akan memarahiku habis-habisan.”

Rebecca menghela napas kasar atas perkataan Jolie. Sejujurnya, Rebecca merasa cukup lelah karena kondisi kehamilannya yang sudah membesar. Dia juga tak mungkin absen dari dinner keluarga di kediaman ayah mertuanya.

Akan tetapi, Rebecca tidak bisa mengabaikan Jolie. Jolie adalah orang paling berjasa di hidupnya. Jolie selalu ada saat dulu Rebecca berada di masa-masa sulit. Jika bukan karena Jolie beserta orang tuanya, pasti dia tidak mungkin akan berada di titik ternyaman dalam hidupnya saat itu.

Namun kembali lagi, Rebecca tak bisa mengimbangi keras kepalanya Jolie. Dia memilih mengalah dan menuruti permintaan. Mungkin dengan memberi waktu, Jolie akhirnya mau menceritakan segala masalah itu kepada dirinya.

“Kau ingat perkataan dokter? Awal-awal kehamilan memang seperti itu, kau akan kehilangan nafsu makan dan mengalami mual yang begitu hebat. Tapi, kau tidak boleh egois. Kau harus menjaga nutrisi makananmu. Kau dengar itu, Jolie?”

Wajah dingin Jolie akhirnya cerah oleh Rebecca yang mengomel panjang. Perempuan cantik itu tertawa untuk pertama kalinya. “Aku dengar, Becca!” sahutnya menggoda.

“Aku tidak akan memberitahukan hal ini—”

“Kau boleh memberitahukan pada siapa pun.” Jolie sengaja memotong karena tak enak hati berlarut merepotkan sahabatnya. “Tidak ada yang perlu kita sembunyikan, perutku juga akan membesar nantinya. Besok aku akan menceritakan kehamilan ini pada orang tuaku.”

“Boleh aku tahu apa rencanamu?” Rebecca kembali berhati-hati bertanya.

“Aku akan bertanggung jawab sendiri atas anak-anakku.”

“Kau tidak berniat untuk menemui pria itu—”

“Dia tidak menginginkan kehadiran anak-anak ini, Becca.” Jolie kehilangan kendali karena cukup lelah pada desakan intimidasi. “Dia membenciku dan anak-anak ini, dan aku tidak berniat menagih tanggung jawab dari pria jahat seperti dia, Becca.”

***

Jolie kembali mengeluarkan isi makanan di dalam perutnya. Perempuan berambut blonde itu benar-benar tak mampu menahan rasa mual—yang mendesak egois dari dalam perut. Padahal beberapa waktu lalu Jolie berhasil menelan beberapa gigitan dari selembar roti. Dia juga cukup percaya diri nafsunya kembali setelah menengguk segelas susu cokelat hangat.

Sayangnya, Jolie tak berdaya menghadapi fase kehamilan di tahap-tahap awal itu. Dia keluar dari kamar mandi setelah membasuh mulutnya yang basah. Tubuhnya yang lemah dibaringkan ke atas ranjang, dia bertelentang nyaman dengan pandangan tersajikan pemandangan langit-langit kamar.

Tanpa sadar Jolie meraba-raba perutnya yang masih rata. Saat itu pikirannya kembali berkecamuk pada seluruh cemas dan getir yang menyatu. Ada dua janin yang hidup di rahimnya.

Tubuhnya gemetar, sementara napas mulai sesak tak beraturan. Emosi kekecewaan yang tertahan berakhir dilepaskan tanpa ragu. Jolie menangis sesenggukan, melepaskan seluruh kesedihan yang mendalam.

Seharusnya malam itu Jolie tidak terlalu luluh dengan perkataan manis sehingga tidak percaya pria yang dicintai telah membalas perasaannya. Seharusnya Jolie tidak larut dari rasa sakit hati, sehingga dia tidak mengabaikan pil yang diberikan oleh pria kejam itu.

Semua sudah terjadi, tidak ada guna Jolie menyesali. Jolie menyalahkan diri sendiri yang terlalu bodoh. Dia tidak bisa menyalahkan dua janin yang tak berdosa itu, meski Jolie sungguh membenci Bryan.

Suara bel yang berbunyi mengusik Jolie. Cepat-cepat Jolie menghapus air mata di pipi, dia segera menghilangkan jejak kesedihan di wajah. Dia berusaha menebak siapa yang datang pada malam hari itu. Saat itu waktu telah menunjukkan pukul sepuluh malam, itu bertepatan dengan waktu selesai acara dinner di kediaman ayah mertua Rebecca.

Mustahil itu orang tuanya. Jolie sudah memberi tahu bahwa dia sendiri yang akan bercerita pada kedua orang tuanya. Atau mungkin itu adalah Rebecca? Mengingat betapa khawatirnya Rebecca saat pulang tadi.

Pendapat itu salah sepenuhnya. Jolie terkejut sampai tak bisa berkata-kata ketika membuka pintu rumahnya. Tamu yang datang adalah orang yang paling tidak ingin Jolie temui.

“Aku ingin kita bicara di dalam.” Dia adalah Bryan—yang menyapa tenang tanpa berbasa-basi menyapa.

“Tidak ada yang harus kita bicarakan!” Jolie cepat-cepat ingin menutup pintu setelah tegas menolak. Gerakan Jolie berakhir kalah dari Bryan yang cepat mencengkram handle pintu dan mendorong tanpa peduli Jolie bersusah payah menahan.

“Kita harus bicara.” Bryan tegas mendikte tanpa menatap Jolie. Dia juga dengan tidak sopan masuk ke dalam rumah, padahal Jolie tidak mengizinkan. Sikap kurang ajarnya berlanjut ketika Bryan duduk di sofa ruangan tamu.

“Keluar dari rumahku!” Jolie mengusir.

“Aku tidak akan pergi sebelum kita berbicara.” Bryan masih dengan ketenangannya duduk di sofa.

“Aku tidak ingin bicara denganmu, Bryan!”

Mata abu-abu Bryan melayangkan tatapan tajam yang kejam. Lirikannya beralih pada pria di sebelah Jolie yang merupakan lawyer pribadinya.

“Tutup dan kunci pintunya, lalu bawa Jolie duduk di hadapaku!” titah Bryan tak terbantahkan seperti dia tuan rumahnya.

Sederet kalimat kasar sudah tersusun di ujung lidah Jolie. Emosi dan kebencian pun bertambah sehingga Jolie ingin sekali menampar kemudian menyeret pria itu keluar dari rumahnya.

“Jangan buat aku bertindak kasar pada wanita yang sedang hamil, Jolie.”

Baru Jolie menyadari maksud kedatangan Bryan. Walaupun bingung entah dari mana Bryan mengetahui, Jolie enggan menurut dan memilih berdiri.

“Jadi, kau tidak mau duduk?” Bryan cukup kesal bertanya, dia sampai tertawa kesal. “Terserah kau saja! Aku tidak akan menolongmu jika kau pingsan atau apalah itu.”

“Kau tahu dari siapa tentang kehamilanku?” Jolie mengabaikan perkataan kejam Bryan.

“Tidak penting aku tahu dari siapa—”

“Aku tanya kau tahu dari siapa?” Jolie membentak kesal. Suara yang gemetar terdengar kasar dan menghardik.

Bryan tertawa mengejek. “Kau memang keras sekali. Tapi, baiklah kalau kau ingin tahu. Aku mengikuti Rebecca ke IGD. Aku mendengar pembicaraan kalian. Apa kau sudah cukup puas?”

Mulut Jolie yang ingin mencela terhalangi oleh Bryan yang bersuara.

“Apa itu anakku?”

Jolie memalingkan tatapannya. Dia mengabaikan Bryan yang sangat konyol bertanya.

“Kau tidak minum pil yang aku berikan?” tanya Bryan lagi menambah kekesalan Jolie. “Kalau begitu itu bukan kesalahanku. Aku sudah menyuruhmu untuk menghindari hal seperti ini. Jadi, kau tidak berhak menuntut pertanggungjawaban dari diriku.”

Mulut tajam Bryan menarik pandangan Jolie. Mata biru keabu-abuan Jolie telah melayangkan tatapan tajam penuh kebencian sangat nyata.

“Aku sama sekali tidak berharap tanggung jawab darimu!” Jolie tegas membela diri.

Bryan kembali tertawa mengejek sikap Jolie. Pria tampan itu melayangkan kode pada pria di sebelah Jolie, yang kemudian meletakkan sebuah dokumen di atas meja.

“Buktikan ucapanmu dengan menandatangi dokumen ini.” Mata abu-abu Bryan berkilatan tajam, begitu tegas menghardik Jolie agar tidak melawan.

“Kau tidak boleh menuntut apa pun dari diriku mengenai kehamilan itu. Kau juga tidak boleh mencemari nama baikku dan dilarang memberi tahu bahwa aku yang menghamilimu. Jika keluargaku atau siapa pun mengetahui hal ini, aku akan melaporkanmu dengan tuduhan penipuan dan pencemaran nama baik.”

Belum sempat menata perasaannya yang hancur, Jolie tersentak oleh Bryan yang beranjak dari duduk dan memaksa Jolie memegang dokumen itu.

Dalam kegilaannya, Bryan dengan tenang menyentuh pipi Jolie yang dibanjiri oleh airmata. “Atau mungkin kau bisa menggugurkan kehamilan itu. Aku akan membantumu jika kau memilih untuk menggugurkannya.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kekuatan Sebuah Cinta   Bab 52. Tak Diketahui

    Jolie merebahkan tubuhnya setelah beberapa waktu lalu berendam dengan air hangat beraroma essence menenangkan. Kedua tangannya terentang, sementara matanya menatap kosong langit-langit kamar yang di dominasi warna putih.Sama seperti sebelumnya, pikiran Jolie masih dipenuhi oleh perkataan Jayden. Matanya sengaja terpejam ketika pikiran itu mengusik. Dia bisa saja dengan mudah menolak perkataan Jayden. Tetapi Jolie tak sampai hati memecahkan secercah harapan yang terukir pada putranya.“Mana mungkin aku ikut dengan anak-anak menemui dia. Sementara dia tidak ada niat bertatap muka denganku,” keluhnya yang kemudian mengembuskan napas kasar.“Lebih baik aku menanyakan jadwalnya dengan Pete agar anak-anak tidak kecewa nantinya. Dia kan orang yang sibuk,” lanjutnya yang kemudian bangkit dari posisinya.Ketika duduk di tepian ranjang, Jolie tak menunda keinginan mengambil handphone di meja nakas. Dia sudah yakin ingin menghubungi Pete. Namun tiba-tiba saja ada keraguan merangsek ke jiwa Jol

  • Kekuatan Sebuah Cinta   Bab 51. Emosi Itu 

    “Dena punya kekasih? Dari mana kau mengetahui kabar itu?” tanya Jolie tanpa sengaja karena penasaran.“Berita itu muncul sudah beberapa bulan lalu. Nona Dena digosipkan menjalin hubungan asmara dengan seorang pria dari kalangan pebisnis.”Mungkin karena belakangan Jolie terlalu fokus pada anak-anak serta pekerjaannya, ditambah Dena tak pernah lagi mengusik kehidupannya membuat Jolie tak pernah lagi peduli pada hal apa pun yang bersangkutan dengan Dena.Namun entah mengapa pernyataan Stephanie memantik rasa penasaran Jolie. Apalagi Dena memiliki kekasih dari kalangan pebisnis semakin mendesak Jolie untuk tidak menunda bertanya.“Dari kalangan pebisnis? Apa kekasihnya cukup terkenal?”Lebih tepatnya, apa Jolie mengenal pria yang menjadi kekasih Dena? Tanpa munafik pada diri sendiri Jolie menebak, apa pria itu masih pria yang sama?Di depan Stephanie, Jolie yang berusaha menekan eskpresi tenang seolah hanya sekadar bertanya. Dia tidak ingin mengumbar bagaimana penasarannya diri terhadap

  • Kekuatan Sebuah Cinta   Bab 50. Permintaan Gadis Kecil

    “Aku tidak bisa menemani anak-anak.” Jolie berusaha tenang mengucapkan penolakan itu seolah merasa orang tuanya tahu alasannya.“Kenapa?” Darrol tenang menyahuti.“Aku pikir Daddy sudah tahu jawabannya tanpa harus aku beritahu.” Jolie mengembuskan napas lemah sembari berusaha menekan emosinya.Dahi Darrol berkerut yang jelas tampak berpikir. “Aku benar-benar tidak tahu.”Jolie kembali mengembuskan napas yang seperti lama tertahan dari dalam, kemudian bibirnya terbuka mengeluarkan suara. “Daddy sudah pasti tahu atau mungkin Daddy pura-pura tidak tahu! Bryan selalu menghindar dariku sejak operasi itu dilakukan. Dia tidak pernah menghubungiku setiap kali ingin bertemu dengan anak-anak. Dia hanya menghubungi Daddy! Bahkan aku hanya bisa berkomunikasi dengan seorang profesional yang ditunjuk untuk membahas perkembangan perusahaanku yang dia bantu. Jadi, aku tidak bisa bertemu dengan seseorang yang tidak mau bertemu denganku.”Penjelasan panjang yang penuh tekanan Jolie ucapkan ditanggapi k

  • Kekuatan Sebuah Cinta   Bab 49. Dalam Penyesalan

    Satu tahun sudah berlalu setelah bantahan keluar dari mulut Bryan. Beberapa kesepakatan juga telah diputuskan dengan hasil tidak merugikan pihak mana pun. Bryan dengan tegas membantah tuduhan Jolie yang tak berdasar. Dia hanya meminta agar dirinya bisa mudah bertemu dengan anak-anak mereka.Selain itu, Bryan tak ingin Jolie menolak segala bentuk tanggung jawab dalam bentuk financial yang semestinya dilakukan sejak dulu. Ya, Jolie mengabulkan, karena memikirkan anak-anaknya yang begitu menginginkan sosok Bryan.Anehnya, Bryan berusaha tak berhadapan dengan Jolie setiap kali datang menemui anak-anaknya. Mereka tak pernah bertemu setelah operasi itu berhasil dilakukan. Komunikasi dan pertemuan langsung diantara mereka putus total.Bryan hanya ingin tidak menunjukkan batang hidungnya ke hadapan Jolie, sesuai dengan perkataan Jolie sewaktu berdebat terakhir kali.Bryan kembali aktif beraktivitas di New York selalu berkomunikasi dengan Darrol. Dia akan menghubungi Darrol untuk mengantongi i

  • Kekuatan Sebuah Cinta   Bab 48. Komunikasi yang Salah

    Langkah Dena semakin cepat berlari menuju mobilnya yang terparkir di basement rumah sakit. Wanita itu terburu-buru membuka pintu, pun terburu-buru pula masuk ke dalam mobilnya. Sikap waspadanya masih belum memudar sedikit pun, masih saja memindai awas pada keadaan sekitar. Walaupun dia sudah tenggelam di dalam mobilnya.Emosi Dena masih terguncang setelah berhasil kabur. Wanita itu hampir saja tertangkap basah menguping di kamar itu oleh salah satu bodyguard Bryan yang diduga baru kembali dari toilet. Sungguh! Dena tak menyangka keputusannya datang memata-matai ke kamar Zoey malah membuahkan hasil yang baru.Saat baru saja selesai memarkirkan mobilnya, Dena tak sengaja melihat keberadaan Pete yang juga baru keluar dari mobil. Wanita itu penasaran kemudian memutuskan mengikuti Daniel. Awalnya Dena mengira Pete akan mengunjungi kamar Zoey, tapi dugaan itu dipatahkan ketika lift yang dinaiki Pete tidak menuju lantai di mana kamar Zoey berada. Melainkan ke satu lantai lebih atas. Sehingga

  • Kekuatan Sebuah Cinta   Bab 47. Menguping Diam-Diam

    ~ Beberapa hari kemudian ~Di walk in closet, Jolie terlihat memasukkan beberapa setelan pakaian ke dalam travel bag. Wanita itu juga tak lupa memasukkan beberapa keperluan lainnya ke dalam tas itu. Sama seperti beberapa hari sebelumnya, Jolie selalu menyiapkan keperluannya setiap kali menginap di rumah sakit guna menemani Zoey. Wanita itu memilih lebih banyak mengisi waktu bersama anak-anaknya. Pada pagi sampai sore hari Jolie akan mengisi waktu bersama Jayden. Saat malam mulai menyapa, Jolie akan menemani Zoey sampai pagi hari kembali menyapa.Hal itu Jolie lakukan demi menghindar dari orang-orang, termasuk Andreas yang kerap datang ke rumah dan menghubungi. Jolie enggan memberikan pernyataan apa pun setelah pernikahan itu batal. Terkecuali pada Bryan. Sejujurnya Jolie ingin menemui Bryan setelah mendengar perihal pendonoran itu tetap akan dilakukan. Wanita itu ingin menanyakan alasan atas keputusan Bryan. Sebab, Jolie takut Bryan memiliki niat lain setelah menolong Zoey.Apa setela

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status