Tatapan Bryan masih tajam tertuju pada sang istri yang tidak memasang ekspresi apa pun. Dingin seolah tanpa perasaan. Ia jadi bertanya-tanya, ke mana Shienna yang suka mengomel dan selalu membuat telinganya panas padahal pernikahan mereka baru berjalan beberapa kurang dari satu bulan.Sementara itu, pria lain justru tengah menarik ujung bibirnya, menyungging sinis dan penuh kemenangan. Bagaimana bisa Bryan berkonsentrasi pada urusan yang akan mereka bahas jika ada banyak pertanyaan tengah berdesakan di kepalanya?“Shienna!”“Tuan Sanders, ayolah. Kita akan membahas masalah bisnis. Jangan campurkan dengan masalah pribadi,” ujar pria itu dengan nada yang terdengar sumbang di telinga Bryan. Sementara wanita yang duduk di samping pria itu, masih menatap Bryan lekat, tapi tanpa ekspresi.“Mengapa aku mencampurkan dengan masalah pribadi, karena ada istriku di antara kita. Jika kau ingin aku memusatkan perhatian pada masalah ini, maka biarkan dia pulang.”“Hoho ... tidak bisa begitu, Tuan Sa
Shienna memandang mata Jun dalam-dalam. Ia tak menyangka hal itulah yang pria itu inginkan. Ia tahu bahwa Jun memang menaruh hati padanya sejak lama, tetapi, merebut istri dari sahabatnya, sepertinya bukan karakter Jun.Pastilah ada sesuatu yang tengah ia rencanakan dan tentu saja itu untuk menghancurkan Bryan. Bisa jadi ia telah memegang kartu As Bryan sehingga begitu berani memberikan penawaran yang tak pernah Shienna duga.Shienna terbahak seketika dan mendorong dada jun menjauh darinya.“Aku tak pernah menyangka kau orang yang begitu melankolis, Jun. Kau pasti tidak serius dengan perkataanmu, kan?” Shienna menilik kuku-kuku bermanikur cantik, lalu kembali memusatkan atensi pada pria di hadapannya. “Jangan bercanda denganku, Jun. Aku tidak suka itu.”“Kau masih saja mengira perkataanku ini sebuah lelucon.” Jun menyergah kesal. “Apakah kau melakukan hal itu juga terhadap Bryan? Pernahkah selama ini ia mengatakan kalau ia mencintaimu?”Pernahkah? Shienna juga tak ingat kapan terakhir
Bryan tak bisa memaafkan sikap dan perbuatan Shienna terhadapnya. Ia tak pernah sekali pun tidur dengan wanita-wanita yang ia panggil ke penthouse, tetapi mengapa Shienna mengkhianatinya?Sudah tiga gelas vodka ia tenggak habis. Namun, ia masih belum ingin pulang. Meski memiliki segalanya, tetapi Bryan merasa kesepian berada di penthouse seorang diri. Sejak kehadiran Shienna di dalam kehidupannya, segalanya berubah. Setidaknya ada seseorang yang akan ia temui ketika tiba di rumah. Tidak seperti sekarang.Akan tetapi, terus-menerus mengingat Shienna hanya menyakiti batinnya. Apa lagi sekarang rencana wanita itu? Apa yang membuatnya memilih Jun padahal ia dulunya sangat antipati terhadap pria itu?Hal-hal semacam itu tak henti memenuhi kepala Bryan. Membuatnya tak bisa berkonsentrasi. Ia tak ingin menyerah begitu saja dan membiarkan Jun memiliki Shienna.“Pak, Anda sudah terlalu mabuk. Ayo, aku akan mengantar Anda pulang,” ujar seseorang yang sejak tadi mengawasi dari kejauhan.Bryan me
“Bryan!” Shienna menghambur ke arah Bryan yang tergolek di tanah, sementara Jun yang tak menyangka anak buahnya akan melakukan tindakan gegabah. “Bryan, bangun. Kumohon buka matamu.”Shienna membeku sesaat, kemudian menoleh pada Jun dan bangkit mendekat ke arah pria itu. Shienna melayangkan tamparan yang mendarat telak di pipi kiri Jun.“Apakah kau sudah gila? Bagaimana jika dia mati, Jun?!”“Bukan aku yang melakukannya. Lagi pula, jika dia mati, maka tak ada lagi penghalang bagi kita, Ashira. Kau tidak perlu melakukan apa pun untuk terbebas darinya. Aku sudah tahu isi surat kontrak darinya yang telah kau tanda tangani. Kau tak akan pernah bisa lepas darinya.”“Tapi tidak dengan cara seperti ini, Jun! Aku bisa melakukan dengan caraku.”Shienna tak menunggu jawaban Jun, melainkan langsung menuju ke arah Bryan yang masih tergolek lemah. Edward tengah menghubungi ambulance untuk membawa Bryan, tetapi Shienna tak sabar karena terlalu lama menunggu.Ia bergegas menghampiri Jake yang mematu
Tubuh Shienna melorot ke lantai, lemah seakan tak bertulang. Jun memang tak jadi memaksa dan melampiaskan hasrat padanya. Namun, tetap saja, pria itu telah melakukan hal di luar kehendak Shienna. Ia tak kuasa menahan amarah yang membuncah akibat perlakuan Jun terhadapnya.Akan tetapi, Jun segera berjongkok dan meraih Shienna ke dalam rengkuhannya.“Maafkan aku, Ashira. Aku tidak seharusnya melakukan ini terhadapmu,” ujarnya yang membuat Shienna membeku dan bertanya dalam hati, orang seperti apa yang sedang ia hadapi saat ini.Shienna tak menolak ketika Jun membantunya berdiri lalu menggendong dan membaringkannya di ranjang. Shienna tak ingin melakukan perlawanan, karena tak ingin menjadi sasaran kegilaan lain Jun. Ia ingin memeriksa kondisi Bryan, maka ia harus bermain cantik agar bisa membebaskan diri dari pria gila itu.Jun kemudian bangkit setelah mengecup tangan Shienna, menoleh sebentar memastikan kalau kondisi Shienna akan baik-baik saja tanpanya, lalu melangkah pergi tanpa meng
Beberapa pengawal tak membiarkan pria itu membawa Shienna pergi sebelum memeriksa pria dengan penampilan yang asing bagi mereka. Shienna tak menaruh curiga, tetapi ia merasa terbebani dan memutar otak bagaimana caranya agar pria yang mengklaim dirinya sebagai suruhan Jun itu tak akan mengawalnya. “Aku tidak membutuhkan pengawalan karena aku sudah dewasa dan tak akan pulang ke rumah larut malam,” ujarnya sembari menyunggingkan senyum terpaksa. Sementara itu, pria lainnya tak menggubris perkataan Shienna, melainkan memeriksa pria asing itu kemudian memandanginya cukup lama. “Lain kali kau harus mencukur berewok sebelum mulai bekerja! Penampilanmu itu mengganggu sekali!” ucap pria dengan tubuh lebih besar dibanding lainnya. “Pergilah! Temani Nona Ashira dan kembalilah tepat waktu sebelum Tuan Hashimoto tiba di rumah!” Pria itu membungkuk sebagai salam, kemudian memberi isyarat Shienna untuk berjalan lebih dulu. Mereka tidak jadi menggunakan salah satu mobil Jun, melainkan mobil lain d
Bryan masih berdiam di ruang kerjanya memikirkan apa yang terjadi beberapa jam lalu di kantor polisi. Bukan hal yang serius, karena ini bukan kali pertama ia berurusan dengan Jun. Namun, yang paling mengganggunya adalah keterangan dari polisi yang mengatakan bahwa sidik jari yang terdapat di gelas hanyalah milik Shienna.“Berdasarkan hasil pemeriksaan, tidak terdapat obat perangsang di dalam minuman yang istri Anda minum,” ujar petugas polisi saat Bryan berada di sana. Bryan mengerutkan kening kala mendengar pernyataan yang keluar dari mulut pria dengan seragam hitam dengan emblem terpasang di sana.“Lalu bagaimana mungkin istriku berperilaku aneh seperti itu jika memang tidak ada obat perangsang di dalam jus jeruk yang ia konsumsi?”Petugas mengedikkan bahu. “Mungkin saja Anda tak pernah menyentuh dan memuaskannya, sehingga ia memakai cara itu untuk menarik perhatian Anda. Kami tahu bagaimana reputasi Nona Shienna Miller. Ia sering bergonta-ganti pasangan, dan pernikahan Anda dengann
“I-ini ....” Shienna tak mampu mengungkapkan segala yang ada di dalam kepalanya saat ini. Terlalu berantakan hingga ia ingin sekali membedah dan membersihkan otaknya. Apa yang baru saja Bryan lakukan terhadapnya, berhasil membuat Shienna tak berkutik.Sementara itu, Bryan yang dengan tenang melepaskan tautan bibir mereka, hendak bicara, tetapi terlalu banyak hal yang sulit untuk ia ungkapkan.“Sejak kapan kau berpikir untuk melakukan ini, huh?” todong Shienna yang tak bisa dijawab Bryan dengan mudah. Ia membutuhkan rangkaian kata yang cukup panjang untuk menjelaskan. Namun, setelah menilik jam tangan, ia bangkit dan meraih mantelnya dan bersiap pergi. “Kau mau ke mana?”Bryan menoleh dan menemukan Shienna yang telah berdiri di belakangnya. Ia meraih wajah Shienna dengan satu tangan dan membelainya sebentar.“Aku tidak bisa menjelaskan apa pun sekarang. Aku ingin lebih lama di sini, tetapi aku harus pergi. Jangan tunggu matahari terbit,” ia lantas bergumam setelah mengucapkan kalimat y