Share

Bab 10

Rachel pergi ke Winata Group kali ini untuk menanamkan chip yang dia kembangkan ke dalam program produk Winata Group.

Sopir mengemudikan mobil di depan, sedangkan Rachel dan dua anaknya duduk di kursi belakang.

“Michael, nanti kamu sama Michelle main di ruang tunggu, ya. Kalau Mama sudah selesai kerja, Mama akan bawa kalian pulang, oke?”

Michael mengangguk, “Mama, aku nggak akan biarkan Michelle diganggu. Mama kerja saja dengan tenang.”

“Pintar sekali anak Mama.”

Rachel mengelus kepala Michael, lalu dia mencium wajah putrinya.

Wajah cantik gadis kecil itu begitu lembut, seperti permen kapas. Rachel tidak tahan untuk tidak mencubitnya.

“Mama, kenapa Mama diam-diam ganggu Michelle?!”

Michael cepat-cepat bicara untuk menghentikan ibunya.

Rachel merasa sedikit bersalah, “Ehem, Michelle benar-benar sangat imut dan menggemaskan. Mama nggak tahan ....”

Tiba-tiba, mobil direm mendadak.

Tiga orang yang duduk di kursi belakang langsung tertarik ke depan pada saat bersamaan.

Kemudian, terdengar bunyi “prang”.

“Maaf, Bu Rachel. Sepertinya kita menabrak mobil di depan. Saya keluar urus dulu, ya.”

Sopir itu berkata dengan raut wajah bersalah. Kemudian, dia membuka pintu dan keluar dari mobil.

Rachel memeriksa kedua anaknya, untung saja keduanya tidak apa-apa ....

Namun, Michelle yang selalu diam melongo tiba-tiba meraih gagang pintu mobil dan mendorongnya dengan kuat.

Pintu mobil terbuka dengan sedikit celah.

“Michelle, kita lagi di jalan raya. Nggak boleh buka pintu, ya,” kata Rachel sambil menutup kembali pintu mobil.

Namun, si kecil membuka pintu mobil itu lagi.

Sebelum Rachel tersadar, Michelle sudah berlari keluar dari mobil sambil membungkuk.

Seorang pria perlahan-lahan turun dari mobil yang ditabrak di depan.

Pria itu memiliki aura yang kuat. Tubuhnya yang tinggi dan ramping mengenakan jas hitam. Alisnya yang tajam membuat pria itu terkesan dingin.

Sopir keluarga Winata tidak mengenal pria itu. Namun, hal itu tidak menghalanginya merasakan aura kuat dari tubuh pria itu.

Aura pria itu jauh lebih menakutkan daripada aura Hengky, kepala keluarga Winata.

Sopir itu pun berkata dengan gemetar, “Ka-kami akan bertanggung jawab penuh. Bapak ....”

Raut wajah Ronald begitu dingin seperti gunung es.

Ronald ke mana-mana selalu ada sopir yang akan mengantarnya. Namun hari ini, sopirnya sakit parah. Oleh karena itu, dia mau tidak mau harus menyetir sendiri.

Tidak disangka, baru saja keluar, dia sudah ditabrak dari belakang.

Ronald tidak memiliki kesabaran untuk menangani hal seperti ini. Namun, dia harus menanganinya.

Ronald baru saja hendak mengatakan sesuatu. Tiba-tiba ada sosok kecil dan lembut berlari cepat ke arahnya, lalu menjatuhkan diri ke dalam pelukannya.

Seluruh tubuh Ronald seketika terasa tidak nyaman.

Ronald memiliki obsesi terhadap kebersihan yang amat sangat parah.

Pria itu paling benci disentuh oleh orang yang tidak dikenalnya.

Karena itu, Ronald cepat-cepat mundur selangkah untuk menghindari anak itu.

Namun, begitu dia mundur selangkah, si kecil akan maju selangkah dan memeluk kakinya.

Wajah Ronald langsung menjadi muram, “Lepaskan.”

Hanya dengan satu kata, pria itu telah membuat suhu di sekitarnya turun dengan drastis, seperti musim dingin di akhir tahun.

Sopir Rachel ketakutan hingga merasa jantungnya seakan berhenti berdetak. Dia segera mendekati si kecil, “Non Michelle, cepat lepaskan ....”

Sopir itu hendak menggendong Michelle. Namun, Michelle sama sekali tidak mau orang lain menyentuhnya. Dia menolehkan kepalanya, lalu dia menggigit punggung telapak tangan sopir itu.

Tangan sopir itu langsung berdarah.

Wajah Ronald menjadi semakin menakutkan. Anak yang tidak diketahui asal-usulnya ternyata memiliki kekuatan serangan yang begitu kuat.

Ronald mengangkat tangannya, lalu dia menarik kerah belakang baju anak itu.

Setelah itu, Ronald mengangkat Michelle.

Kemudian, mata mereka saling bertemu.

Gadis kecil itu membuka matanya lebar-lebar. Pupilnya hitam pekat, tapi sangat berkilau. Seperti bintang di langit malam.

Gadis kecil itu juga memiliki rambut yang halus, seperti anak kucing.

Anak seperti itu membuat hati Ronald yang dingin dan keras menjadi jauh lebih lembut.

Ronald pun bertanya dengan suara berat, “Siapa kamu?”

Mungkin karena suara Ronald terlalu dingin, gadis kecil itu menciutkan lehernya karena ketakutan.

Ronald merasa kesal sesaat.

Pria itu masih belum mengerti mengapa dia merasa kesal. Tiba-tiba, seseorang mengulurkan tangan dan mengambil si kecil yang melayang di udara.

Begitu tangannya kosong, Ronald merasa hatinya juga kosong.

“Maaf, Pak. Aku minta maaf atas sikap putriku ini. Kalau dia sudah menyinggung Bapak, aku mohon maafkan dia karena dia masih kecil. Tolong jangan perhitungan dengannya.”

Rachel menggendong Michelle dengan erat, lalu berkata pelan-pelan kepada pria di depannya.

Rachel sendiri benar-benar terkejut.

Karena putrinya yang selama ini selalu menghindari orang asing, tiba-tiba berinisiatif memeluk kaki seorang pria.

Rachel sangat ingin tahu alasan perubahan sikap pada putrinya itu.

Akan tetapi, pria di depannya tampak begitu cuek dan galak. Dalam sekali pandang, Rachel tahu pria itu orang yang tidak boleh diprovokasi.

Selain itu, Rachel bahkan samar-samar merasa pria itu agak familier. Seolah-olah, dia pernah bertemu dengan pria itu di suatu tempat ....

Tunggu!

Sebuah pemikiran terbesit di benak Rachel, dia langsung bertanya dengan kaget, “Maaf, apakah Anda Pak Ronald?”

Ronald tiba-tiba tertawa sinis.

Sebelumnya, ada berbagai jenis perempuan mencari segala cara untuk menjatuhkan diri ke dalam pelukannya.

Namun, hari ini lebih menarik. Perempuan itu justru menyuruh seorang anak untuk mendekatinya.

Ronald pun berkata dengan dingin, “Bukan.”

Selesai berkata, dia langsung membuka pintu mobil dan kembali ke kursi pengemudi. Kemudian, mobil itu melaju pergi.

Rachel spontan menyipitkan matanya.

Meskipun dia telah meninggalkan Kota Suwanda selama empat tahun, dia tidak akan pernah salah mengingat orang itu.

Saat itu, Rachel dikenal sebagai wanita tercantik di Kota Suwanda. Sedangkan Ronald dikenal sebagai tuan muda paling dihormati.

Banyak netizen menggabungkan foto mereka berdua, lalu menyebut mereka sebagai pasangan serasi kalangan konglomerat.

Meskipun mereka berdua belum pernah bertemu sebelumnya, Rachel sudah sering melihat foto pria itu sehingga sulit untuk tidak mengenalnya ....

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status