Share

Bagian 2

Author: Puziyuuri
last update Huling Na-update: 2021-12-03 12:29:29

"Ini belum saatnya kamu mati. Buka matamu, Anakku."

Suara merdu menggema. Gulzar Heer perlahan membuka mata. Sosok indah dalam balutan gaun dari bahan sutra berwarna gold tertangkap pandangan. Rambut keperakannya dihiasi rangkaian bunga-bunga putih.

Gulzar Heer bergumam lirih, "Ibu Peri?" 

Sosok itu memang tidak asing bagi Gulzar Heer. Dia pertama kali menemuinya saat membantu sang ibu mengumpulkan herbal di usia 5 tahun. Awalnya, seekor kupu-kupu emas terbang memutari tubuh, seolah minta diikuti. Gulzar Heer mengikutinya hingga ke danau yang airnya gemerlapan. Tak lama kemudian, kupu-kupu mewujud wanita cantik dengan rambut dan mata perak. Dia mengenalkan diri sebagai peri kupu-kupu emas dan mengaku sebagai ibu angkatnya.

"Syukurlah, kamu bisa selamat, jika orang biasa pasti sudah tidak tertolong," gumam sang peri. 

Dia mencondongkan badan. Satu kecupan lembut mendarat di kening Gulzar Heer. Cahaya keemasan menyelimuti perlahan. Rasa sakit dan terbakar akibat racun panah seketika raib.

"Itu hadiah dari Ibu."

"Terima kasih, Ibu."

"Ayo, Nak, kamu harus kembali. Tak baik berlama-lama di sini."

Peri kupu-kupu emas mengulurkan tangan. Gulzar Heer menyambutnya. Jemari lentik nan halus sang peri tampak kontras dengan jari-jari penuh luka si kesatria wanita.

"Kamu benar-benar indah seperti ibumu, tapi sayang sifatmu lebih mirip si bodoh sialan."

Peri kupu-kupu emas mendesah berat. Dia terus mengeluhkan banyak hal saat mereka berjalan bersisian di lorong panjang dengan pendar biru. Mungkin lebih tepatnya mengumpati sosok yang selalu disebutnya si bodoh sialan.

Gulzar Heer kadang tidak mengerti dengan makhluk yang mengaku ibu angkatnya itu. Dulu, Pangeran Fayruza sering membawakan buku-buku cerita tentang peri. Tidak ada satu pun yang digambarkan sebagai tukang omel dan suka mengumpat. Semuanya adalah sosok lembut dan penuh kasih sayang. 

"Mungkin buku-buku itu perlu direvisi," bisik hati Gulzar Heer.

"Nah, kita sudah sampai. Kamu berjalanlah sampai di ujung cahaya sana," ucap sang peri membuyarkan lamunan.

Dia mendekap erat sebelum membiarkan Gulzar Heer pergi ke ujung lorong. Cahaya biru yang menyilaukan menerpa. Rasa hangat meliputi tubuh.

Saat membuka mata kembali, Gulzar Heer merasakan pipinya menghangat. Jantung berdebar lebih kencang. Bagaimana tidak? Dia tengah terperangkap dalam pelukan Pangeran Fayruza.

"Hmm ... Pangeran. Saya sudah baik-baik saja. Bisa Anda melepaskan pelukan?"

"Eh? Anu ... ma-maafkan aku. Tadi, benar-benar cemas." Pangeran Fayruza tergagap. Wajahnya merona.

"Ehem! Sepertinya, ada yang mengambil kesempatan dalam kesempitan," goda Pangeran Heydar yang tiba-tiba muncul. Sosoknya yang humoris memang selalu mencari kesempatan untuk menjaili sang adik.

"Bukan begitu, Kak! Aku tadi cemas!" Suara Pangeran Fayruza sedikit meninggi dan gemetar. Wajahnya merah padam, membuat Pangeran Heydar semakin terbahak-bahak. "Anu, Gulzar, kalau kamu sudah baik-baik saja, aku akan mengobati yang lain."

Gulzar Heer tersenyum manis dan bergumam lirih, "Iya, terima kasih, Pangeran."

Senyumannya seketika mengalihkan setiap pasang mata. Seperti yang dikatakan peri, dia memang indah, memiliki kecantikan melebihi manusia rata-rata. Sinar matanya seolah dapat menghipnotis. Hanya saja Gulzar Heer jarang tersenyum dan bersikap hangat, terkecuali kepada Pangeran Fayruza.

"I-iya." Pangeran Fayruza cepat berlalu. Kalau tidak, jantungnya bisa saja meledak.

"Ah, aku akan tenang jika kamu yang menjadi istri Fayruza. Dia akan aman," celetuk Pangeran Heydar.

"Berhentilah bercanda, Pangeran."

"Hei, kukira kalian saling mencintai? Kalian sangat serasi."

"Seorang kesatria tidak pantas memiliki perasaan untuk tuannya."

Pangeran Heydar berdecih. Merasa tak ada yang bisa diledek lagi, dia beranjak pergi, memburu adiknya untuk dijaili. Sementara itu, Gulzar Heer menatap langit biru sejenak.

Sejak menginjak usia remaja, dia memang telah merasakan hal aneh pada jantungnya setiap berada terlalu dekat dengan Pangeran Fayruza. Apakah benar-benar cinta seperti yang dikatakan Pangeran Heydar? Gulzar Heer selalu menepisnya dengan loyalitas tinggi.

***

Iring-iringan pasukan yang telah membawa kemenangan mendapat sambutan hangat dari rakyat. Mereka terus mengelukan pujian dan menebarkan kelopak bunga kepada para pahlawan, hingga kuda-kuda gagah itu menghilang di balik gerbang istana. 

"Berkat restu Yang Mulia, kami berhasil memenangkan pertempuran," lapor Pangeran Heydar selaku pimpinan pasukan begitu berada di hadapan Raja Faryzan.

Sang ayah tersenyum bangga. Namun, tidak dengan wanita cantik di sebelahnya. Ratu Azanie melirik sinis. Prestasi anak selir seperti Pangeran Heydar pasti terasa mengancam. Dia sedikit gemas pada putranya, Pangeran Fayruza yang malah menjadi kelompok penyembuh.

Sementara itu, Pangeran Ardavan, calon putra mahkota juga tak kalah sinis dengan ibunya. Dia berdiri kaku di samping singgasana raja dengan tangan terkepal kuat. Seandainya, kemampuan bela diri Pangeran Heydar tidak tinggi, pasti sudah lama disingkirkannya.

Raja Faryzan mengisyaratkan untuk memulai upacara penghargaan. Pangeran Heydar mendapat giliran pertama, diikuti oleh Farzam dan Gulzar Heer.

"Kami juga membawa hadiah, Yang Mulia."

Gulzar Heer maju sambil membawa kotak kayu berbau anyir dengan bercak merah yang telah mengering. Setelah dipersilakan, dia membukanya perlahan. Kepala panglima musuh dengan mata melotot tergelak di sana.

Ratu Azanie terkulai, pingsan. Para dayang segera mengamankannya. Raja Faryzan menghela napas berat. Sementara itu, Pangeran Ardavan tampak girang. Matanya berkilat-kilat saat melihat kepala dalam kotak kayu.

"Gulzar, kamu tidak perlu sampai membawa kepalanya."

"Yang Mulia, menurut hamba tindakan Gulzar Heer sudah benar. Ini akan menunjukkan kehebatan negeri kita."

"Kita adalah negeri yang cinta damai, Ardavan. Kita hanya melawan karena diserang."

"Beginilah kalau Yang Mulia terus lemah, kita akan terus diserang."

Pangeran Ardavan memang sudah sering protes atas sikap welas asih sang ayah. Menurutnya, militer kerajaan mereka sangatlah kuat dan bisa membawa Kerajaan Arion sebagai penakluk negeri-negeri lain. Namun, Raja Faryzan memegang teguh prinsip leluhur agar tidak bersikap serakah.

Sang raja sebenarnya enggan mewariskan tahta kepada putra pertamanya itu. Dia lebih melihat potensi raja yang bijaksana pada diri Pangeran Fayruza. 

"Sudahlah, Ardavan. Perang hanya akan membawa rakyat kepada penderitaan." Raja Faryzan mengalihkan pandangan pada Gulzar Heer. "Kamu mengerti, Gulzar? Jika sampai terlibat pertempuran lagi, kamu tidak perlu membawa kepala panglima musuh. Baik itu lawan maupun kawan, kuburkan mayat mereka dengan baik."

"Hamba akan mengingatnya, Yang Mulia."

Akhirnya, kepala dalam kotak kayu disingkirkan dari ruangan. Upacara  penghargaan kembali dilanjutkan. Raja Faryzan menganugerahkan gelar tambahan dan hadiah. Para kesatria sekali lagi mengikrarkan sumpah kesetiaan. Mereka juga diberikan kesempatan untuk berlibur agar bisa berkumpul dengan keluarga.

Upacara penghargaan kepada para kesatria yang berjasa pun telah selesai. Usai berpamitan dengan Pangeran Fayruza, Gulzar Heer berencana pulang ke kampung halaman bersama Farzam. Mereka sudah cukup lama meninggalkan sang ibu di sana. Namun, baru saja keluar dari aula utama istana, satu sosok familar mendadak muncul di hadapannya.

"Gulzar, Gulzarku yang indah sudah datang! Ayo sini!" Tangan halus yang penuh noda merah menarik Gulzar Heer dengan cepat.

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kesatria Mawar   Bagian 98 (End)

    Pangeran Heydar memasuki pondok dengan wajah semringah. Nyanyian terlantun merdu dari bibirnya. Shirin yang tengah mengelus perut seketika mengalihkan pandangan."Kau tampak senang, Sayang. Ada apa?"Pangeran Heydar menghampiri Shirin, mendekap dari belakang. Lengan kekarnya melingkar erat di pinggang sang istri. Dia meletakkan dagu di bahu Shirin, lalu memejamkan mata sejenak."Ya, Sayang. Ada kabar yang sangat membahagiakan."Shirin melepaskan pelukan Pangeran Heydar. Dia berbalik dengan cepat dan menatap antusias. Wanita itu memang paling tak tahan dengan rasa penasaran."Kabar gembira apa, Sayang? Jangan membuatku penasaran!" cecarnya.Pangeran Heydar menyengir lebar, lalu mengecup perut istrinya yang mulai membukit. "Aku mendapat pesan dari Gulzar""Apa? Cepat bacakan! Cepat bacakan!" desak Shirin. Dia hampir saja menjambak rambut sang suami."Tenanglah, Sayang. Pesannya tidak akan hilang jika kamu sedikit bersabar.""Jangan membuatku tambah kesal, Heydar! Kau tahu aku sangat mer

  • Kesatria Mawar   Bagian 97

    Pangeran Fayruza tersentak, lalu menatap lekat Delaram yang masih tersengal-sengal. Delaram mengatur napas sejenak. Pakaiannya tampak basah oleh keringat. Wajah cantik dan tegas itu sampai memerah."Anda harus ikut saya untuk menyelamatkan Pangeran Heydar!" seru Delaram setelah napasnya lebih teratur.Kecemasan Delaram menular kepada Pangeran Fayruza. "Ada apa dengan Kak Heydar, Bi?" desaknya. Pangeran Fayruza terus menatap lekat meminta penjelasan. Delaram hendak menyahut. Namun, udara tiba-tiba terasa menyesakkan. Aroma mawar menyeruak diikuti kerlipan-kerlipan cahaya keemasan yang semakin lama memperjelas wujudnya, belasan kupu-kupu.Houri langsung melakukan salam penghormatan. Kupu-kupu yang paling indah perlahan menjelma menjadi wanita cantik dengan tiara indah di kepala. Dialah ratu peri kupu-kupu emas. Sang ratu menghampiri Ghumaysa dan menusukkan tongkatnya ke perut wanita itu."Argggh!" Erangan memilukan terasa memekakkan telinga. "Tidak! Tidak! Tidaaak!"Teriakan Ghumaysa m

  • Kesatria Mawar   Bagian 96

    "Arghhh!" Erangan Ayzard memenuhi udara.Dia langsung melompat ke belakang menghindari serangan Gulzar Heer. Pedang suci menghantam sebongkah batu dan membuatnya hancur berkeping. Ayzard tampak mencengkeram dada kiri dengan napas tersengal. Dia terbatuk, lalu memuntahkan darah. Kabut hitam yang semula memberikan tambahan energi secara terus-menerus tak bisa lagi mengalir ke tubuh Ayzard seperti terhalang sesuatu.Gulzar Heer tak ingin membuang kesempatan. Dia memusatkan kekuatan. Pedang suci berpendar. Kilat putih melesat mengincar Ayzard. Ghumaysa melihat ada yang tak beres pada Ayzard seketika membuat perisai dari kabut hitam.Ledakan besar memekakkan telinga. Kilat putih pedang suci berbelok ke segala arah. Beberapa siluman jahat terbakar olehnya. Sementara itu, Ayzard kembali muntah darah. Ghumaysa mendecakkan lidah.“Si bodoh Heydar pasti melakukan sesuatu yang konyol!” umpatnya, lalu menggertakkan gigi.“Lawanmu adalah kami, Wanita Iblis!” bentak Kyra seraya melesatkan panah-pan

  • Kesatria Mawar   Bagian 95

    "Ayo kemarilah, Putriku," panggil Ayzard lagi.Ghumaysa yang menyamar menjadi Daria tak ingin ketinggalan. Dia juga menampakkan diri, lalu meracuni pikiran Gulzar Heer dengan ucapan manis. Tak ketinggalan, sihir hitam dalam bentuk kabut tipis diembuskan untuk semakin melemahkan mental."Anakku yang cantik, kami sangat rindu kemarilah," bujuk Ghumaysa."Baik, Ayah, Ibu."Jarak yang memisahkan Gulzar Heer dengan Ayzard dan Ghumaysa semakin sempit. Ayzard diam-diam menyeringai. Tangannya menggenggam erat gagang pedang hitam."Berhenti, Farah! Ayah dan Ibu ada di sini, Anakku!" seruan dari suara yang tak asing menghentikan langkah Gulzar Heer.Dia berbalik. Atashanoush dan Daria berdiri di sana. Kekuatan kasih sayang terhadap anak semata wayang membuat mereka bisa menembus dimensi yang dibuat Ghumaysa dan menampakkan diri."Dasar adik durhaka! Berani kamu menyamar menjadi aku!" bentak Ghumaysa berusaha mengacaukan pikiran Gulzar Heer."Kaulah yang menyamar, Ghumaysa!" sergah Daria yang as

  • Kesatria Mawar   Bagian 94

    Sudah sepuluh kali Kayvan menghela napas berat. Dia juga terus memandangi langit malam dari jendela menara sihir. Lelaki tua itu mendecakkan lidah, lalu mulai mondar-mandir memutari bejana sihir sambil memijat-mijat kening.Bruk!Kayvan terduduk. Akibat mondar-mandir tak jelas, dia bertabrakan dengan Kaili yang baru memasuki ruangan sambil membawa beberapa alat sihir. Untunglah, pemuda itu berhasil menangkap semua barang bawaannya sebelum membentur lantai. Kalau tidak, bisa-bisa ruangan utama menara sihir akan meledak. "Maafkan saya, Guru," tutur Kaili takzim sembari membantu sang guru berdiri. Tentu saja, dia meletakkan alat-alat sihir dengan hati-hati terlebih dulu."Akulah yang salah sudah menabrakmu."Hening. Kaili diam-diam melirik wajah Kayvan. Mereka menjadi guru dan murid bertahun-tahun. Dia bisa merasakan keresahan hanya dari sorot mata atau bahkan sedikit kernyitan di dahi gurunya."Ada apa, Guru? Apa Anda mencemaskan Nona Shirin?" celetuk Kaili setelah terdiam cukup lama.

  • Kesatria Mawar   Bagian 93

    Rombongan Gulzar Heer telah tiba di Kerajaan Asytar. Gelembung yang dibuat Pangeran Fayruza perlahan menyembul dari kolam istana. Putri Arezha, Raja Faryzan, Kaili telah menunggu dengan wajah cemas. Mereka kompak menghela napas lega begitu rombongan penyelamat Shirin dan Pangeran Heydar kembali tanpa terluka.Pangeran Heydar langsung berlutut di hadapan ayah dan kakaknya. Meskipun di bawah kendali sihir hitam, ingatan pernah hampir membunuh Raja Faryzan masih terekam. Pangeran Heydar terus menggumamkan kata maaf dengan suara bergetar hebat. Raja Faryzan menepuk bahu sang putra dengan lembut.“Bangunlah, Nak. Kejadian itu sudah terlanjur terjadi, Heydar. Sekarang, lebih baik mencoba menebus kesalahanmu dengan menyelamatkan lebih banyak nyawa.”Pangeran Heydar masih enggan bangun meskipun lututnya tampak terluka. Putri Arezha mendecakkan lidah.“Kenapa kita kembali ke istana? Harusnya kita langsung ke kuil suci!” protes Gulzar Heer.“Tubuhmu baru pulih, istirahatlah dulu,” pinta Pangera

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status