Home / Romansa / Kesempurnaan Cinta / Bab 2 Pernyataan Ibu begitu menyakitkan

Share

Bab 2 Pernyataan Ibu begitu menyakitkan

Author: anisas
last update Last Updated: 2021-06-23 01:02:52

Dalam ruangan serba putih, disinilah Anisa dan Satria berada, melihat bagaimana sang ibu yang entah hanya perasaan keduanya saja atau memang begitu adanya. Jika Ratna sedang menatap kedua insan itu dengan pandangan yang sulit untuk diartikan.

“Sudah sepuluh tahu ya, pernikahan kalian?”

Satria maupun Anisa mengangguk, dengan ukiran senyuman yang terlontar

“Jadi kapan kalian mau kasih ibu cucu?”

Pertanyaan itu, sukses membuat Anisa bergetar. Hatinya mendadak berdegup kencang, apalagi aura yang dipancarkan sang ibu mertua malah mampu menujukannya ke dalam ruangan yang penuh adrenalin

“Itu bukan pertanyaan yang bisa Satria jawab bu,” suaminya menjawab, dengan bahasa yang lembut seperti biasa, kemudian kepalanya menoleh pada Anisa, lalu bibirnya tertarik membentuk senyuman tipis. Satria tahu, jika istrinya itu sedang menyimpan begitu banyak ketakutan

“Kenapa?karena itu urusan tuhan? Kalo begitu kenapa kakak kamu yang baru saja menikah 2 bulan, sudah bisa hamil?”

“Takdir orang itu beda-beda. Satria sama Anisa disini juga sudah berusaha, tapi tuhan selalu kasih jalan lain.”

Yang Anisa lakukan hanya menunduk, menghela napasnya dalam-dalam. Memang pada hakikatnya seorang perempuan harus mampu mengandung, dan memberi suaminya sebuah keturunan, tapi sampai sekarang dia belum mampu, jadi wajar jika Anisa merasa tertekan

“Alah, itu alasan kamu aja! Anisa kamu yakin, kamu gak punya kelainan?”

Anisa mendongak, dengan bibir yang bergetar, bahkan air matanya hampir saja tumpah. Jika saja suaminya tidak menjawab membelanya

“Apa maksud ibu? Anisa sehat-sehat aja.”

“Ibu curiga Anisa mandul.”

Kini Satria yang membuang napasnya kasar, Satria tahu jika wanita yang sekarang dihadapannya ini adalah ibunya, yang merawat dan mengandungnya, tapi mendengar wanita itu mengatakan hal yang tidak sepaptutnya dilontarkan kepada wanita yang berada disampingnya, Satria cukup marah.

“Bu, bicara apaan sih!”

“Ya, buktinya sampai sekarang Anisa belum juga hamil.”

“Kamu tuh yang sadar Satria. Kamu ini pemimpin perusahaan bapak, harus punya keturunan. Mau ditaruh mana muka ibu, kalo anaknya ini gak punya keturunan?!”

Kini, air mata yang sempat tadi Anisa tahan mati-matian, tumpah begitu saja, membanjiri pipinya yang mulus dan bersih, perkataan ibunya sangat-sangat menghujam ulu hatinya, sampai-sampai Anisa tidak tahu lagi caranya bernafas dengan benar itu seperti apa

“Kamu juga tahu, wasiat bapakmu apa sebelum meninggal? Tahta yang kamu pengang harus turun sama anak kamu. Gak bisa dikasih sama saudara yang lain! Pikirkan baik-baik tentang itu!”

Beriringan dengan Ratna yang beringsut, dari hadapan Anisa dan Satria. Tangis Anisa begitu saja pecah, dalam ruangan ini. Satria tidak tega melihat wanitanya menangis tersedu-sedu, sumpah demi apapun! Melihat Anisa menangis adalah bencana besar lebih dari apapun.

“Kamu yang tenang dulu,” Satria memeluk istrinya begitu hangat dan erat, seolah berharap dari hangat dan eratnya itu bisa mampu membuat tangis istrinya mereda.

“Jangan terlalu dipikirin,ya. Semua bakal baik-baik aja, kok. Aku yakin,” seiring suara lembut yang mengudara, sentuhan halus pada rambutnya juga terasa. Namun hal itu tidak begitu saja mensudahi tangis Anisa, biarkan saja, air matanya membasahi kemeja Satria, dirinya sudah tidak sanggup menahan semuanya.

***

“Dari dulu abang sudah bilang. Buat kamu pernikahan itu bukan Cuma perkara menyatukan dua manusia yang saling cinta, tapi ujung-ujung ke masalah perusahaan juga kan?”

Laki-laki yang berada dua tahun lebih tua dari Satria itu bersuara, tepat dibawah sinar matahari yang menyinari balkon rumah ibunya.

Perkataan Fahmi, memang benar adanya. Lalu Satria merasa bersalah, kepada apapun itu. Tapi tidak kepada Anisa, karena memutuskan untuk hidup bersama  Anisa bukan kesalahan baginya.

“Ibu aja yang terlalu gegabah, bukan gitu bang? Aku sama Anisa masih sama-sama muda, jalan kita masih panjang.”

Fahmi tersenyum tipis mendengar itu dari adiknya “Sepuluh tahun harusnya cukup, Satria.”

Satria menghela napasnya berat, memang Satria juga tidak sedih? Jelas dia yang lebih sedih dan khawatir daripada semuanya disini. Tapi bagi Satria, daripada memastikan apa yang bukan tugasnya, hal itu malah akan menyakitinya secara perlahan, jadi Satria memilih untuk bersikap tidak terlalu memikirkan, yang terpenting dia bisa bahagia bersama Anisa

“Kamu ini bibit penerus, harusnya gak melulu mikirin soal bahagia kamu aja sama Anisa. Hidup kamu itu sejauh manapun pasti selalu akan terikat dengan perusahaan.”

“Aku tahu,bang.”

“Kalo tahu, kenapa kamu gak berusaha?”

“Jadi abang juga sama kaya ibu?”

“Jelas dong. Kamu juga pasti kalo diposisi abang, ya bakal begini.”

Satria hanya membuang napasnya, merasa jika sekarang disini tidak ada satupun lagi yang bisa ia ajak berbicara. Semuanya pasti akan menyangkal. Mereka semua terlalu memikirkan masa depan perusahaan, padahal ada yang lebih penting dari itu.

“Sekarang periksa dulu aja, siapa tahu Anisa betulan yang dikatakan ibu.”

“Bang. Gak mungkin. Ini cuman sekedar waktu.”

“Waktu, waktu,waktu. Itu aja yang kamu pikirin. Emang butuh berapa lama lagi, mau sampe perusahaan keluarga bangkrut?”

Satria diam, mendadak lidahnya kelu. Lantas apa yang harus ia perbuat lagi. semua keluarganya mendesak untuk dia segera mempunyai keturunan, Satria mau saja berusaha, tapi Satria tidak yakin akan berhasil dengan waktu yang cepat.

“Kalo Anisa beneran mandul, kamu harus bertindak, untuk nikah lagi.”

“Apa?!”

Rentetan kata dari kakanya bagaikan peluru yang menghujam hatinya, bedanya ini malah berefek emosi yang menjalar, bagaimana bisa Fahmi berbicara enteng seperti itu

“Sampe kapanpun, saya gak akan pernah menikah lagi. istri saya cukup Anisa!”

Fahmi mendengus, dia tahu jika Satria sudah menggunakan bahasa saya, itu artinya dia sedang marah.

***

Dalam ruangan yang remang akan cahaya, Anisa meratapi kesedihannya. Ternyata hal yang ditakutinya selama ini terjadi begitu saja. Tanpa ia duga akan mengancurkannya perlahan-lahan.

Pintu kamarnya terbuka, menampakan Satria dengan wajah sedihnya. Sejujurnya Anisa enggan seperti ini, dia tahu ini akan berakibat juga kepada suaminya

“Kamu masih mikirin, kata ibu?”

Anisa menghapus jejak air matanya, tubuhnya yang semula diam, kini sedikit bergerak seiring tubuh Satria mendarat dikasur kamarnya.

“Gimana aku gak mikirin,mas. Jelas itu masalah yang penting banget.”

“Dengerin aku,” Satria membawa sang istri untuk menatap matanya, setelah kedua manik mata Anisa beradu dengan manik miliknya, Satria mengulum senyum. Sampai kapan pun Satria akan selalu tersenyum menenangkan seperti itu, Anisa tahu, itu bertujuan untuk membuatnya merasa lega

“Mereka semua Cuman terburu-buru, padahal waktu masih panjang. Kita masih bisa terus berusaha dan berdoa.”

“Gimana kalo bener apa yang dikatakan ibu, kamu mau apa,mas?”

Untuk saat ini, Satria meluruhkan senyumannya. Dari situ jelas, jika Satria sudah tidak bisa merasa baik-baik saja

“Omongan manusia itu gak ada yang benar kalo menyangkut paut tentang takdir. Kamu tahukan? Ini bukan tugas aku atau kamu, tapi tugas tuhan, mungkin tuhan mau kita bersabar lebih banyak lagi, sampai waktunya tiba tuhan percaya, kalo kita sama-sama sudah bisa menjaga titipannya.”

“Aku takut, kalo pada akhirnya ibu kamu, abang kamu. Akan nyuruh kamu nikah lagi, cuman itu yang aku pikirin,mas.”

“Syuutt, jangan bilang seperti itu,” kini Satria membawa terkasihnya ke dalam muara cintanya. Mengatakan kalimat, seolah perkataan Anisa tidak mungkin akan terjadi, meski Satria sendiri sama mempunyai pemikiran seperti itu, apalagi dia sudah mendengar langsung kalimat laknat itu dari abangnya tadi siang.

“Kamu tahu sendiri, kalo aku sangat mencintai kamu. Aku gak mungkin ninggalin kamu begitu aja. Aku gak peduli sama semuanya, karena yang aku pengen adalah kamu. Kamu adalah masa depanku, sampai kapanpun akan selalu seperti itu.”

Sesudah suara Satria mereda, Anisa masih saja diam dipelukannya, Satria tahu, jika Anisa sedang benar-benar rapuh, jadi yang harus dia lakukan adalah, meyakinkan kembali istrinya untuk tidak memikirkan yang macam-macam

“Kamu dengerkan?”

Anisa mengangguk, Satria kini bisa tersenyum lagi. menciumi pucuk kepala Anisa dengan lembut.

NEXT

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kesempurnaan Cinta   Bab 19 : Malam Terburuk

    Anisa pikir kedatangan Satria akan membaikan suasana hatinya. Pada kenyataannya, Anisa merasakan rasa sakit lagi. dan lagi Anisa tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain diam.Satria tadi sudah berencana untuk menemani Anisa yang akan menemani ibu bersama mbak Anya. Akan tetapi rencana itu digagalkan oleh RatnaRatna menyuruh Satria untuk pulang, dan beristrirahat yang baik. Sebab Ratna tahu, anaknya itu sedang melakukan proyek besar untuk perusahaannya. Oleh karena itu Satria harus mempersiapkan dirinya. Agar menghasilkan yang terbaik.Satria menolak, dia akan tetap disini bersama Anisa. Itu membuat Ratna kesal“Satria, denger kata ibu. Jangan ngebantah.”“Bu. Aku gak apa-apa disini.”“Nggak. Kamu harus istrirahat yang cukup. Biarkan Anisa sama Anya disini, temani ibu. Kamu pulang sama Nela saja sana.”Nela yang merasa terpanggil, dibuat terhenyak dalam keheningan yang diciptakan oleh dirinya itu. Te

  • Kesempurnaan Cinta   18. Anisa Lebih Penting

    Sebelum masuk, Anisa membuang napasnya. itu berarti dia sedang membuang rasa sakit yang bermenit-menit yang lalu dia rasakan di tempat ini. Persis di tempatnya ia berdiriSetelah itu, Anisa membuka pintu. Merasakan jika udara dingin dan senyap menyergap dalam ruangan mertuanya itu.Tubuhnya yang sudah sepenuhnya masuk ke dalam ruangan itu dibuat terheran, karena ruangan tampak sepi, tidak ada Satria dan Nela. Hanya ada Ratna yang sedang terbaring lelap di atas bangsalnya.Dengan pelan, Anisa berjalan meletakan tasnya di atas sofa. Kemudian dia berjalan hendak mendekat ke arah Ratna. Tidak, Anisa tidak berniat membangunkannya hanya akan melihat keadaan Ratna.Namun, belum sepenuhnya sampai tepat di depan bangsal Ratna. Pintu kamar mandi terbuka dan menampilkan sosok Anya. Wanita itu tersenyum ke arah Anisa“Nis, kamu udah balik?” tanyanyaAnisa lantas menjawab “Iya, mbak. Tapi kok sepi, mas Satria juga kemana?”

  • Kesempurnaan Cinta   17 : Bertemu Teman Lama

    Disini Anisa sekarang, dikursi taman rumah sakit yang cukup luas. Ditemani dengan cahaya lampu taman, serta angin malam yang masuk ke dalam pori-pori kulitnya, membuat Anisa merasa dingin, sebab dirinya hanya menggunakan baju yang tidak memiliki lengan yang panjang.“Anisa?”Anisa lantas menoleh, saat bias suara berat menyeruak didekatnya. Matanya melotot, terkejut bukan main saat mendapati siapa orang yang memanggilnya itu“Dimas,” kata AnisaLaki-laki itu tersenyum, duduk disamping Anisa “Kemana aja kamu?”“Aku ada aja kok, cuman keseringan dirumah aja,” kata Anisa menjawab, laki-laki dengan setelan dokter itu disampingnyaDimas adalah temannya semasa kuliah, mereka hanya satu universitas. Dimas dulu masuk jurusan kedokteran sementara Anisa masuk ke pendidikan sekolah dasar“Satria sehat?”Anisa mengangguk, tapi kenapa saat nama itu disebuh hatinya merasakan gertakan

  • Kesempurnaan Cinta   16 : Bersama Nela

    Pada akhirnya Satria hanya bisa menatap kepergian Anisa, dan meratapi keberadaannya bersama Nela disatu ruangan rawat inap vvip iniIngin hati menjauhi Nela, agar tidak menimbulkan perasaan apapun lagi pada wanitu itu, namun ibunya seakan menjadi penghalang untuknya.Itu membuat Satria mau tidak mau harus menerima. Kini dia duduk di sofa, melihat bagaimana sang ibu sedang disuapi buah jeruk oleh wanita yang sangat ia hindari. Ibunya tersenyum seperti senang dijamu oleh NelaKemudian, Ratna menatap Satria “Kata Nela, kamu izin buat cuti itu benar?”Satria mengangguk “Tadinya besok pagi. Tapi mana rela aku tinggalin ibu dalam kondisi seperti ini.”Ratna tersenyum, hatinya berbunga saat diprioritaskan oleh Satria “Anisa yang minta kamu buat cuti?”Satria menggeleng “Aku sendiri.”“Kemana tujuan liburan kamu?”“Bukan kemana-mana, cuman akan mengunjungi rumah orang tu

  • Kesempurnaan Cinta   Bab 15 : Dunia Apakah Benar Akan Berakhir?

    Entahlah sudah berapa lama Anisa disini. Dikantin rumah sakit yang beruntungnya sedang sepi. Anisa bisa menikmati suasana dengan tenang. Mungkin ada beberapa suara dentingan sendok dan piring dari beberapa orang. Dan Anisa tidak sama sekali tertarik untuk makan juga sama seperti merekaAnisa hanya memesan satu gelas satu teh hangat. Dia pikir teh hangat itu bisa meredakan segala jenis rasa sakit hatinya.Fahmi dan Anya, sejak tadi terus saja berkata yang memojokannya jika jatuhnya ibu sakit itu karena berasal dari permasalahannya yang tidak kunjung hamilAnisa sendiri merasa sedih, sebab apa yang ia alami bisa berdampak juga bagi orang lain. Anisa tentu saja merasa dirinya tidak berguna sama sekaliSampai akhirnya, Anisa bisa merasakan sosok Satria duduk di depannya. Dengan kemeja kerjanya yang tampak kusut, dasinya melonggar dari simpulnya. Terlihat jelas jika laki-laki itu sama hancurnya. Atau mungkin lebih“Kok gak di minum?” tanyany

  • Kesempurnaan Cinta   Bab 14 : Semua ini Karena Anisa?

    Beruntung Nela memiliki teman yang mempunyai usaha restoran, dan menyediakan menu yang Satria inginkan.Sebenarnya Satria juga malas harus meminta ini kepada Nela, Satria tahu itu malah akan membuat Nela menjadi memiliki ruang untuk masuk ke dalam hatinya.Saat Nela sedang menyiapkan makanan, selagi Satria masih ditoilet. Ponsel Satria yang ia letakan di atas meja itu berdering menampilkan nama Istriku. Nela tahu itu adalah AnisaDengan liciknya Nela menggeser nomor itu ke tombol merah. Menolaknya.“Ganggu aja!” gumamnyaKemudian tangannya kembali menata kotak-kotak makanan. Suara derap langkah Satria mengudara, Nela lantas menoleh, tersenyum kemudian.“Makanannya sudah siap pak.”Seraya melipat kemeja panjangnya sampai sikut, Satria duduk melihat deretan makanan yang bahkan lebih dari ekspetasinya“Kamu gak tuangin pelet kan?” Satria agaknya curigaNela terkekeh “Saya gak sampai

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status