LOGINReno tersenyum menyeringai. Ia tahu Cora “menjual mahal”. Sebab, Ia bisa merasakan reaksi tubuh Cora menginginkan hal yang sama dengannya.“Seratus persen…” jawabnya dengan suara serak dan rendah sembari Ia menggulir rambut Cora ke samping, untukmemberinya akses pada leher jenjang putih di hadapannya.Lalu seperti bisa mencium gairah yang Cora miliki untuknya, Reno menghirup dan mengecup tengkuk Cora dengan gerakan perlahan, menyusuri inchi demi inchi leher putih mulus itu.Kedua tangannya kembali melingkari pinggang Cora, menjelajah melalui bahan sutra tipis dingin yang membalut perut ramping gadis itu.Satu tangannya naik ke atas, bermain dengan salah satu puncak bukit kembar yang tampak mencuat dibalik gaun sutra itu.Sementara itu, satu tangannya lainnya mulai bergerak turun. Ia berkata dengan suara parau diantara cumbuannya, “Lagipula, aku—sangat pandai membuat rasa penasaranmu teralihkan…”“Bahkan…aku akan membuatmu melupakan mobil itu malam ini…” Cora memejamkan matanya, dan t
“Mobil apa sebenarnya?” Cora menatap mobil silver bergaya futuristik yang terparkir di halaman.Setelah pengakuan cinta Reno, hubungan Reno dan Cora mencair seperti sebelumnya. Dan selagi Reno menghangatkan kembali minuman coklat yang dibuatnya sebelumnya, Cora menunggu sambil menikmati pemandangan alam dari teras kamar mereka.Namun saat tengah mengamati keadaan di sekelilingnya, tidak sengaja Cora mendapati mobil yang tadi dikendarai Reno terparkir persis di bawah lampu taman.Dari tempatnya berdiri, Cora bisa melihat exterior mobil itu dengan jelas.Mobil itu memiliki profil menyerupai minivan futuristik yang kotak, dengan garis-garis tajam dan tepian yang tegas. Dilengkapi dengan 6 buah roda yang terlihat kuat dan kokoh.Dan yang membuat Cora bertambah heran adalah ukuran mobil itu yang tampak lebih besar dari bagian dalam yang hanya cukup untuk 2 orang saja. Bukankah hal itu aneh? Kecuali jika mobil itu mempunyai fungsi lain yang tidak ia ketahui.“Kamu suka?” Tiba-tiba saja Re
Cora refleks menyapu pandangan ke sekeliling ruangan yang ternyata adalah sebuah kamar.Sebuah kamar berdekorasi rustic bercampur modern dengan warna-warna netral dan membumi yang terlihat hangat dan nyaman. Sebuah ranjang terlihat berada di tengah ruangan, tepat menghadap jendela besar yang menyajikan pemandangan Kota Fragrant Harbour yang beberapa saat lalu dikaguminya. Tetapi bukan hanya itu yang menarik perhatian Cora. Di dinding kamar itu tergantung foto-foto lain dalam bingkai-bingkai yang lebih kecil, berbeda ukuran dan bentuk.Cora refleks berjalan menghampiri foto terdekat dan mendapati foto saat Reno berlutut di hadapannya sedang memasang anklet Madam Allegra di kakinya dalam acara malam dana beberapa waktu yang lalu.Cora tidak tahu dari mana Reno mendapatkan foto candid itu, namun kedua mata mereka yang tertangkap kamera tengah saling melirik itu, terlihat seperti tatapan mata sepasang kekasih yang sedang jatuh cinta. Penuh kekaguman, rasa memiliki, namun juga terlihat
“Berhenti berpura-pura tidak tahu!” Melihat reaksi Reno, Cora bertambah kesal saja. Refleks ia mendaratkan tinju kecilnya di dada bidang pria di hadapannya.Akan tetapi Reno justru mengulum senyum. Sekarang ia tahu alasan Cora marah padanya selama beberapa hari belakangan ini.“Kamu cemburu?” tanya Reno dengan ekspresi wajah menahan tawa. Ia berusaha tampak serius, namun sangat sulit kala hatinya sangat girang menyadari Cora cemburu.Cora sempat tertegun mendengar pertanyaan itu, namun ia segera menutupinya dengan kembali mendaratkan tinju di dada bidang Reno. “Untuk apa cemburu?!”“Jadi kamu yang mendengar percakapanku dan kakek malam itu?” ucap Reno dengan playful menjentikkan ujung hidung Cora. Ia ingat mendengar benda terjatuh dari ruangan sebelah. Namun saat ia mengeceknya, ia tidak melihat siap-siapa saat itu. Sekarang, ia yakin Cora adalah culpit-nya!“Aaahhh! Reno!” Cora bertambah kesal. Kenapa Reno justru menggodanya? Ia berusaha menjauh dan melepaskan tangan Reno.Namun usah
Cora berjalan pelan mengikuti Reno memasuki kabin kayu berwarna coklat kemerahan. Ia memperhatikan dengan seksama interior kabin itu.Dari luar, kabin itu tampak sederhana. Seperti sebuah kabin kayu yang terbuat dari kayu log besar yang dijejer menjadi dinding. Terlihat rustic dan menyatu dengan alam.Akan tetapi interior bagian dalam kabin itu sama sekali tidak sederhana.Ruangan di dalam kabin berkesan hangat dan nyaman dengan pencahayaan yang cukup dan suhu yang sejuk.Perabotan bergaya rustic di dalam kabin adalah keluaran brand terkenal yang bernilai tinggi dan dibuat dari bahan berkualitas yang tinggi. Semua tertata dan terjaga dengan sangat baik. Tidak tercium aroma lembab atau kayu yang membusuk, dan tidak pula terkesan kesan suram.Kabin itu adalah perwujudan rumah pedesaan dengan fasilitas mewah bergaya tradisional.“Kamu bisa melihat-lihat, aku buatkan minuman hangat…” ujar Reno sebelum ia berjalan menuju area dapur. Cora tidak menyahutinya. Ia terus berjalan melihat-li
Reno menatap Cora dengan tidak mengerti. Padahal Ia berharap lagu itu bisa memberi petunjuk pada Cora tentang perasaannya. Seperti… cintanya yang bersemi kembali.Reno ingat benar, Cora sangat menyukai lagu-lagu Andmesh jaman dulu. Kenapa tiba-tiba dia berubah?“Tapi—kamu sangat suka lagu-lagu—”“Siapa bilang? Lagu jadul seperti ini?!” sergah Cora sambil melipat tangan di depan dada lalu melengos melihat keluar jendela.Reno masih menatap dengan tidak mengerti saat Aero memainkan lagu lain. Kali ini lagu Cintanya aku yang dinyanyikan oleh Tiara Andini.“Tergetar aku tepat di hadapanmuDebar jantungku berdetak saat kugenggam tanganmu…Beruntung aku kini dapatkan cintamuYang tercantik di hatiku sejak awal ku bertemuJanji padaku jangan kau lukai hati seperti kisah yang lalu…”“Ganti! Mainkan Bohongi Hati!” seru Cora dengan tiba-tiba sambil ia memicingkan mata pada Reno.Reno mengernyitkan keningnya. Kenapa dia menatapnya seakan ingin mengulitinya? Dan lagu Bohongi Hati? Apa itu sebuah







