Share

Bab 6. Halusinasi

"Ka … kamu?"

Kedua mata Kinara membelalak tak percaya. Seluruh tubuhnya mendadak terasa gemetar, saat ia melihat sosok pria itu berada tepat di belakangnya dalam cahaya yang remang-remang, sehingga ia sama sekali tak bisa melihat wajah pria itu dengan jelas.

"Kamu sangat cantik, Kinara," puji pria itu dengan suara baritonnya yang masih terngiang jelas di telinga Kinara.

"A … apa yang kamu lakukan di sini?" Kinara bertanya dengan bibirnya yang bergetar.

Namun, pria itu sama sekali tak menjawab pertanyaan dari Kinara. Tanpa diduga, kedua tangan kekarnya segera melingkar di perut ramping Kinara yang masih tertutup handuk. Seluruh tubuh Kinara meremang, ketika ia merasakan hangatnya lengan pria itu memeluk tubuhnya.

"Apa … apa yang kamu lakukan?" 

Tubuh Kinara terasa membeku. Sungguh dia sangat membenci pria yang kini tengah memeluknya itu, tetapi entah kenapa tubuhnya seakan tak bisa bergerak dan malah membiarkan tangan pria itu menjamah tubuhnya.

"Tolong, jangan lakukan ini," pinta Kinara dengan air matanya yang tiba-tiba jatuh mengalir di pipinya.

Akan tetapi, pria itu sama sekali tak peduli. Ia tetap memeluk erat perut Kinara, dan bahkan kini tangannya mulai merayap ke atas tubuh gadis itu, hingga akhirnya berhenti tepat pada dua bukit kenyal menantang yang masih terbungkus handuk.

"Aku mohon, jangan lakukan itu!" rintih Kinara sembari menangis dan memejamkan matanya. Ingin sekali rasanya ia memberontak, tetapi sama sekali tak bisa.

Pria itu malah meremas dua aset berharga milik Kinara itu, sembari mencumbu leher jenjang milik Viola. Gadis itu kembali menangis, sembari ia mengepalkan kedua tangannya dengan sangat erat.

Tangis Kinara semakin menjadi, ketika ia merasakan pria itu menyesap kuat lehernya dan meremas asetnya dengan kencang. Amarah dalam diri Kinara pun semakin bergejolak. Gadis itu berusaha mengumpulkan keberanian dan kemarahannya dalam kepalan tangannya.

Perlahan ia mulai bisa mengendalikan tubuhnya. Kinara mengangkat tangannya tinggi-tinggi dan segera mengarahkannya dengan kuat tepat di wajah pria tampan itu.

Bugh!

Kinara tersentak ketika ia merasakan hanya memukul angin. Gadis itu membuka matanya lebar-lebar, menatap lurus pada cermin yang memantulkan bayangan dirinya di depan sana.

Gadis itu terkejut bukan main, saat menyadari bahwa pria jahat itu tidaklah berada di belakangnya. Kinara bahkan sampai celingukan kesana kemari untuk memastikan bahwa pria itu benar-benar tidak ada di sampingnya.

"Astaga! Apa yang terjadi padaku? Apa aku baru saja berhalusinasi tentang pria jahat itu?" Tubuh Kinara mulai terhuyung, sambil memegangi kepalanya yang mendadak terasa pusing.

Ia masih tak menyangka jika dirinya berhalu tentang pria itu. Namun, setidaknya kini Kinara bisa merasa lega, karena pria itu tidak benar-benar ada di dekatnya.

"Syukurlah kalau semua ini hanya halusinasi, karena sampai kapan pun aku nggak akan pernah sudi bertemu dengan pria jahat itu lagi." Kinara menarik nafas panjang dan membuangnya perlahan.

"Ah, aku nggak mau mengingat masalah ini lagi. Lebih baik sekarang aku pergi memasak untuk Karina," angguk Kinara pada dirinya sendiri.

Dengan cepat, gadis itu pun segera mengganti pakaiannya. Ia tak mau lagi mengingat pria itu, tetapi entah kenapa bayang-bayang tato kepala singa itu terus saja mengusik hati dan juga pikirannya.

Untuk berusaha melupakan masalah yang baru saja mendera hidupnya, Kinara memutuskan untuk pergi ke dapur setelah berganti pakaian. Gadis itu mulai menyibukkan diri dengan pekerjaannya, segera memasak untuk sang adik tercinta. Meskipun pikirannya sama sekali tak bisa tenang, karena bayangan dan desahan menjijikkan pria itu terus melintas dalam pikirannya.

Suasana terlihat di hotel mewah berbintang 5 yang menjadi tempat kerja Kinara malam tadi. Pria tampan dengan postur tubuh tinggi tegap itu nampak berjalan tergesa, keluar dari kamar 2305.

Berulang kali William menatap layar ponselnya, berharap jika ada panggilan dari tunangannya yang bernama Jesica, tapi tetap saja hasilnya nihil.

"Cih, dimana dia? Apa dia benar-benar sedang bersenang-senang dengan selingkuhannya yang kepar*t itu?" William menggeram kesal dan kembali memasukkan ponselnya.

Pikiran William benar-benar kalang kabut. Belum selesai masalahnya dengan Jesica, kini dia harus dihadapkan dengan permasalahan baru. Dimana William secara tak sengaja sudah menodai seorang gadis perawan yang sama sekali tak ia kenal.

Meskipun demikian, tetapi William sudah bertekad untuk mencari gadis itu dan meminta maaf atas perbuatannya. Ia juga akan memberikan uang yang sangat banyak kepada gadis itu, sebagai bentuk dari rasa tanggung jawabnya.

Kini William berjalan cepat untuk menemui salah satu staff hotel yang mengetahui identitas tentang para pegawai di hotel tersebut.

"Permisi, Nona. Aku ingin menanyakan sesuatu," ujar William, begitu ia tiba di staff bagian depan.

"Iya, Tuan. Ada yang bisa kami bantu?" tanya wanita cantik berpakaian rapi tersebut.

"Aku ingin menanyakan tentang seorang pegawai yang tadi malam mengantarkan makanan ke kamar 2305."

"Kalau boleh tahu, siapa namanya, Tuan?"

William tercengang ketika staff itu menanyakan siapa nama gadis yang sudah ia nodai tadi malam, karena ia sama sekali tak tahu siapa nama gadis itu.

"Mmm, namanya …."

William terlihat berpikir keras dan mulai mengingat-ingat kejadian tadi malam. Ya, akhirnya dia ingat bahwa gadis itu pernah menyebut namanya sebagai Kinara.

"Namanya Kinara," jawab William dengan yakin.

"Kinara? Baiklah, Anda bisa menanyakan pada Gina. Dia adalah sahabat sekaligus tetangganya Kinara." Staff hotel itu menyarankan.

"Gina?"

"Benar. Nah, itu orangnya," tunjuk wanita itu kepada pegawai hotel bernama Gina.

William menoleh dan melihat pada Gina. Seketika ia langsung mengangguk dan berterima kasih pada staff itu, kemudian lekas berlari menghampiri Gina.

"Permisi, Nona Gina," sapa William, begitu tibanya ia di hadapan Gina.

"Iya, Tuan." Gina merasa sangat terkejut dan menatap lekat pria di hadapannya ini. Ia sama sekali tak menyangka bahwa dirinya akan didatangi oleh pria tampan berwajah kebulean seperti saat ini.

"Apa kamu mengenal Kinara? Aku dengar dari resepsionis, kalau kamu adalah tetangganya Kinara." William langsung to the point.

"Iya, Tuan. Itu benar. Ada apa ya mencari Kinara?" tanya Gina keheranan, karena ada pria tampan nan gagah seperti William yang sedang mencari Kinara.

"Boleh aku minta alamatnya?"

Gina cukup terkejut mendengar pertanyaan William, tetapi ia juga tak ingin banyak tanya. Ia berpikir jika mungkin Kinara mempunyai hutang terhadap pria itu.

"Iya boleh."

Gina kemudian memberikan alamat rumah Kinara kepada William. Wajah pria itu terlihat sangat bahagia dan berseri-seri saat ia telah mendapatkan alamat rumah Kinara.

"Baiklah, Nona. Terima kasih banyak," ucap William dengan senangnya.

Pria itu pun bergegas melangkah keluar dari hotel, dan segera menuju basement untuk mengambil mobilnya.

"Tunggu aku, Kinara. Aku akan datang menemuimu," gumam William seraya memacu mobilnya menuju ke rumah Kinara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status