Share

Bab 7. Gina Memberitahu Kinara

Wajah tampan William terlihat begitu bahagia dan berseri-seri ketika ia telah mendapatkan alamat rumah Kinara dari Gina. Dengan cepat pria itu segera melajukan mobilnya menuju ke alamat yang baru saja diperolehnya itu.

"Tunggu aku, Kinara. Aku datang," gumam Wiliam sembari tetap memfokuskan pandangannya pada jalanan yang ada di hadapannya.

Besar keinginan dalam hatinya untuk meminta maaf kepada Kinara atas kesalahan yang sama sekali tak dia sengaja. Biar bagaimanapun juga William akan tetap bertanggung jawab atas perbuatannya kepada Kinara.

Pria itu bahkan sudah menyiapkan sejumlah uang yang sangat besar, jika nanti Kinara akan meminta pertanggungjawabannya.

"Berapa pun yang gadis itu minta, pasti aku akan memberikannya sebagai bentuk dari tanggung jawabku." Pria itu berkata kepada dirinya sendiri.

Namun, baru beberapa menit ia berkendara meninggalkan kawasan hotel, tiba-tiba saja ia mendapatkan telepon dari asisten kepercayaannya.

Kring, kring, kring.

Suara dering ponselnya berbunyi semakin keras. Awalnya William merasa enggan untuk mengangkat panggilan tersebut. Tetapi karena suara deringan itu terus saja mengganggu indera pendengarannya, maka akhirnya dengan berat hati ia pun segera meraih ponsel yang ada di dashboard mobilnya.

"Argh, si Ryan. Ada apa dia menghubungiku?" gumam William ketika melihat nama asisten pribadinya itu di layar ponselnya.

Sementara satu tangannya tetap fokus memegang kemudi, tangan kirinya tampak menggeser layar ponsel tersebut dan menempelkan ke telinganya.

"Halo, ada apa, Ryan?" tanya William yang sedikit merasa terganggu dengan panggilan dari anak buahnya yang bernama Ryan itu.

"Halo, Tuan. Saya hanya ingin mengingatkan, kalau hari ini Tuan William harus datang tepat waktu ke kantor karena akan ada pertemuan penting dengan klien. Dan klien kita ini tidak main-main, Tuan. Karena dia merupakan pemimpin perusahaan besar dari negara tetangga." Ryan berkata dengan sopan dan penuh hormat.

William terperanjat ketika mendengar kabar yang disampaikan oleh asistennya itu. Pikirannya terlalu sibuk dan dipenuhi akan sosok Jessica, sampai-sampai dia lupa bahwa hari ini dia akan mengadakan pertemuan dengan seorang klien yang sangat berpengaruh di negeri tetangga. Dan jika sampai dia membatalkan pertemuan ini, maka dampak negatif yang sangat besar pasti akan diterima oleh perusahaannya.

"Astaga, Ryan! Aku benar-benar lupa kalau hari ini aku sudah berjanji bertemu dengan klien itu. Untung saja kau mengingatkanku." William menghela nafasnya lega.

"Tidak masalah, Tuan, karena itu memang sudah menjadi tugas saya sebagai asisten Tuan William. Yang penting hari ini Tuan bisa datang tepat waktu ke perusahaan," kata Ryan lagi dengan begitu sopan santun.

"Baiklah aku akan segera datang ke perusahaan." William mengangguk seakan-akan Ryan sedang berada di hadapannya.

"Baik, Tuan."

William pun segera mematikan sambungan teleponnya secara sepihak. Ia terpaksa harus melupakan tujuan awalnya untuk pergi ke rumah Kinara, karena saat ini ada urusan lain yang lebih penting yang harus dia lakukan.

Pria itu pun segera memutar memutar arah mobilnya dan berbalik menuju ke alamat rumahnya. Sebelum pergi ke perusahaan, tentu William akan pulang ke rumahnya terlebih dahulu untuk sekedar membersihkan diri.

Ia pun segera menginjak pedal gasnya dengan sangat dalam, hingga mobil meluncur dengan kecepatan tinggi, karena dia sudah tak mempunyai banyak waktu lagi. Dia harus on time dan stay di perusahaan, sebelum klien luar negerinya itu datang.

Sementara itu, Gina masih mematung keheranan sambil terus menatap kepergian William hingga nyaris tak berkedip. Kening gadis itu bertaut karena sejak tadi ia terus merasa keheranan, akan William yang menanyakan tentang alamat rumah Kinara.

"Siapa sebenarnya pria itu? Kenapa dia menanyakan alamatnya Kinara? Apa jangan-jangan dugaanku benar, kalau Kinara punya hutang sama pria itu?" Pertanyaan-pertanyaan itu berkecamuk dalam benak Gina, tanpa ada satupun yang bisa dia jawab untuk membuat hatinya sedikit lebih tenang.

Sebenarnya ia merasa iba terhadap Kinara, karena dia tahu benar bagaimana kehidupan sahabatnya itu. Ia juga tak ingin jika sampai Kinara mempunyai hutang kepada pria tampan itu, tetapi mau bagaimana lagi. Gina harus memberikan alamat Kinara yang sebenarnya, karena pria itu pasti juga ingin menyelesaikan masalahnya dengan Kinara.

Rasa penasaran masih melanda di hati Gina, hingga akhirnya dia pun memutuskan untuk pergi ke bagian resepsionis dan mencari tahu tentang pria itu.

"Mbak Selly, Apa kamu tahu siapa pria yang tadi menanyakan tentang Kinara?" Gina bertanya dengan penasaran.

"Oh itu? Dia tamu di kamar 2305. Aku juga nggak tahu kenapa dia mencari Kinara." Wanita bernama Selly itu menggelengkan kepalanya.

Gina nampak menganggukkan kepalanya perlahan. Ia kemudian mengucapkan terima kasih kepada Selly dan memutuskan untuk segera pulang serta memberitahukan tentang hal ini kepada Kinara.

"Oke, Mbak Selly. Terima kasih."

Gina pun bergegas pergi keluar hotel dan langsung mengendarai sepeda motornya menuju ke rumah Kinara. Sekitar 30 menit kemudian, akhirnya ia pun tiba di halaman rumah Kinara yang dipenuhi dengan bunga. Gina langsung memarkirkan sepeda motornya begitu saja, kemudian gegas masuk ke dalam rumah untuk bertemu dengan Kinara.

"Kinara! Kinara!" panggil Gina seraya berseru menyebut nama tetangga sekaligus sahabatnya itu.

Karena sudah terbiasa di rumah Kinara, Gina langsung masuk begitu saja. Dan saat itulah ia melihat Kinara yang sedang memasak di dapur.

"Kinara!" Panggil Gina, begitu dia melihat keberadaan sahabatnya itu.

Mendengar suara yang tak asing tengah menyebut namanya, membuat Kinara pun refleks menoleh ke belakang dan dia melihat Gina yang baru saja muncul dari ruang depan.

"Eh, Gina? Kamu baru pulang?" tanya Kinara dengan wajah berseri bahagia, sebab selama ini memang hanya Gina yang mengetahui tentang kehidupan dan kesedihannya.

"Iya, Kinara. Kamu lagi masak ya?" Gina melongokkan wajahnya, melihat sayur yang sedang dimasak oleh Kinara dalam air yang mendidih bergumpal-gumpal.

"Iya, aku lagi masak buat Karina," angguk Kinara dengan senyum manis di wajahnya.

"Dimana Karina sekarang?" Gina bertanya sambil menoleh ke sana kemari mencari keberadaan Karina.

"Dia sedang istirahat di kamarnya. Dari tadi dia mengeluh kalau perutnya sakit." Kinara menunduk sedih.

Melihat kesedihan di wajah Kinara, rasanya Gina tak tega untuk mengatakan tentang hal tadi. Tetapi biar bagaimanapun, dia harus tetap mengatakannya karena Kinara memang harus mengetahui semua ini.

"Kinara, tadi ada tamu hotel yang mencari kamu. Dia juga menanyakan tentang alamat kamu, dan aku terpaksa memberitahukan dia tentang alamat rumah kamu," ujar Gina merasa sedikit bersalah.

"Tamu hotel? Siapa?" Alis Kinara bertaut menatap keheranan pada sahabatnya itu.

"Aku nggak tahu siapa namanya, tapi dia itu adalah tamu yang menginap di kamar 2305." Gina berkata penuh kesungguhan.

Mendengar nomor kamar itu, seketika membuat wajah Kinara pun tiba-tiba memucat. Bayangan tato singa di punggung pria tadi malam, tiba-tiba kembali melintas di pikiran Kinara.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status