Share

Ketika Istriku Tak Lagi Kerja
Ketika Istriku Tak Lagi Kerja
Author: Ucu Nurhami Putri

Part 1

last update Last Updated: 2022-04-06 23:08:30

"Masuk saja, Pak. Di sini saja." suara Rania mulai terdengar ketika aku sedang istirahat di kamar, karena hari libur.

 

"Nah yang itu bawa aja ke sana." lagi, suara Rania terdengar seperti memberikan komando.

 

Bahkan suara benda yang saling beradu pun terdengar keras.

 

Karena cukup penasaran, aku beranjak dari tempat tidur dan keluar menghampirinya.

 

"Kamu lagi apa, Ma?"

 

"Oh, ini, Mas...."

 

"Barang-barang siapa ini?"

 

"Akulah, Mas. Masa barang orang aku bawa ke dalam? Enggak mungkin," jawabnya tanpa melihatku sekilas pun. Dia kembali sibuk menata barang yang barusan di turunkan.

 

"Darimana ini? Kenapa seperti perlengkapan kantor?" mataku terbelalak ketika melihat benda apa saja yang baru saja dibawa Rani.

 

"Memang, ini semua dari ruanganku," jawabnya enteng.

 

"Kok dibawa ke sini semua? Kayak kamu dipecat aja, Ma." aku mengelus dada.

 

Semoga saja Rania tidak dipecat. Meskipun gajiku besar, tapi kebutuhan rumah ini tidak kalah besar. Apalagi kalau Mama dan dan Ica, adikku sudah minta uang. Habislah sudah.

 

Aku hanya bisa mengandalkan uang gajian Rania untuk makan dan kebutuhan sehari-hari lainnnya.

 

"Aku enggak dipecat, Mas." syukurlah, lagi-lagi aku mengelus dada. Ada rasa lega yang menyeruak. "Tapi aku memundurkan diri!"

 

Dadaku sangat terasa sakit ketika empat kata itu meluncur dari bibirnya, "Jangan becanda kamu, Ma? Enggak mungkin juga kan kamu ngundurin diri."

 

Kian menit, dada ini terasa kian sesak. Semoga saja dua hanya becanda. Ya, pasti dia hanya pura-pura.

 

"Siapa yang becanda, sih. Aku serius!" ucapnya pelan tapi penuh penekanan, apalagi senyuman mautnya yang membuatku yakin kalau dia tidak bekerja.

 

Bagaikan petir yang menyambar di siang hari, aku terpaku melihat Rania yang sibuk menata barang-barangnya.

 

"Aku mau beres-beres dulu!"

 

 

***

 

 

Setelah tahu Rania sudah mengundurkan diri, aku jadi malas untuk berbicara apalagi bermesraan dengannya. Pikiranku kalut dengan masalah kebutuhan Mama dan Ica.

 

"Mama minta uang sepuluh juta ya, Rik, buat pergi berobat," pinta Mama kala itu. Aku sangat kaget ketika mendengar nominalnya, emang berobat sebesar itu?

 

"Kenapa? Kebesaran?" aku hanya mengangguk dengan senyuman.

 

"Ya sudah, sembilan juta sembilan ratus, saja."

 

"Emang berobat semahal itu ya, Ma?"

 

"Iyalah. Ditambah Mama mau arisan dan belanja baju, jadi harus bawa banyak."

 

"Kok baju terus, sih, Ma?"

 

"Mas jangan menyalahkan Mama, karena Mbak Rania di sini yang salah," sahut Ica.

 

"Kok malah Mbak?"

 

"Mbak Rania itu enggak pernah beliin kita baju, semua uangnya dipake untuk keperluannya sendiri. Padahal kita lihatin dia pakai baju baru dan beberapa perhiasan." Ica mulai terisak.

 

Dari sejak itu aku tidak pernah memberikan uang gajianku kepada Rania, hanya sama Mama dan Ica.

 

"Kamu kenapa?" tanya Bara, dia adalah sahabatku satu-satunya.

 

"Pusing."

 

"Bukannya tiap hati?" ledeknya tersenyum.

 

"Kali ini meningkat ribuan kali."

 

"Kenapa lagi, sih?" Bara menarik kursi di sampingku dan duduk. Dia memang paling mengerti.

 

"Rania mengundurkan diri dari kantornya."

 

"Ya bagus dong. Berarti dia punya banyak waktu untuk di rumah dan mengurusmu."

 

"Bukan itu masakan, tapi bagaimana nanti aku memenuhi kebutuhan keluarga?" 

 

"Maksudnya?" Bara menautkan kedua alisnya.

 

"Gajiku tidak cukup jika harus memenuhi kebutuhan keluarga," ucapku pelan.

 

"Terus kau gunakan untuk apa uangmu?" Bara terlihat marah.

 

"Untuk Mamaku dan Ica."

 

"Astagfirullah, Riko. Kamu sudah melakukan tidak adil sama istri kamu." Bara menghela napas panjang.

 

"Jika uang yang kita punya hanya sedikit, maka cukupkan dulu kebutuhanmu dan istri. Kalau ada lebih, baru mama dan adikmu. Karena istri adalah tanggung jawab kamu yang paling utama." Bara terlihat kecewa.

 

Jadi maksudnya uangku lebih baik dihabiskan oleh istriku? Tapi bagaimana dengan mama dan adikku nanti? Tidak bisa!

 

 

 

 

Lanjut? Jangan lupa subscribe ya😘😘

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Ariny arni
Anak laki² bener bertanggung jawab pada kedua orang tuanya. Tapi juga kira² dong mama nya minta nya...
goodnovel comment avatar
Dyah Astri Andriyani
heleh...baru ngintip bab awal aja udah buanyak typo...dahlah
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
biarpun sgudang gajimu tdk akan pernah cukup memenuhi kebutuhan dan gaya hidup mama dan adikmu...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 54 Akhir Cerita

    PoV Riko"Meskipun dia Surya, perkataannya pasti tidak serius. Aku berani bertaruh kalau dia hanya becanda." Bara menepuk pundakku dengan sangat keras. Padahal jelas-jelas barusan suaranya Mas Surya terdengar sangat mengerikan."Perkataannya sangat menakutkan, mana mungkin hanya becanda." tegasku menepuk pundak Bara dengan keras. "Lagipula selama ini aku tidak pernah mendengarnya berbicara menakutkan begini." lanjutku yakin.Bara menatapku sekilas, lalu matanya terlihat mencari di mana keberadaan laki-laki yang mirip dengan Mas Surya itu. Suaranya pun kini sudah tidak terdengar. Aku akui penciumannya memang tajam, tapi bukankah anjing pengendus saja seringkali salah? Apalagi dengan Bara.Dia tiba-tiba menatapku dengan tajam. "Jangan samakan aku dengan hewan, sebelum menyamakan, sepertinya anda lebih cocok dibandingkan dengan hewan daripada aku," ucapnya sambil menyeringai."Maaf, aku hanya menyamankan penciumanmu. Bukan orangnya." Aku menjawab jujur. Bagaimana mungkin berani memprovo

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 53

    "Hai, Ran!" sapaku pada Rania sambil melambaikan tangan. Ia pun demikian, bahkan bibirnya dihiasi senyuman yang manis."Mau ke ruangan Pak Dirga?" tanyaku lirih sambil menyeimbangi langkahnya."Tentu saja, memangnya mau ketemu siapa lagi. Masa sih man-tan suami?" ucap Rania terkekeh, entah kenapa hatiku merasa tersentil ketika mendengarnya, seolah perkataan itu memang ditujukan untukku."Hehehe, mungkin aja, Ran. Kupikir juga begitu." Aku sengaja bersikap percaya diri, jangan sampai dia tahu kalau aku masih memendam perasaan yang teramat dalam padanya.Untung saja Mas Surya membawaku ke rumahnya, jadi tidak melihat bidadari ini setiap waktu."Hah? Gak mungkinlah aku begitu, Dik Riko!" jawabnya malah meledekku.Tanpa bisa dipungkiri dia benar, statusku sekarang hanyalah adik iparnya. Rasanya hatiku semakin sakit, begitu juga ada ini. Sangat sesak."Hai, Sayang!" sama Mas Dirga dari dalam, tepat di depan pintu ruangannya.Ruanganku dengannya memang berdampingan, sudah pasti hati ini aka

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 52

    Dengan langkah yang terburu-buru, kami langsung masuk ke dalam rumah Rania yang ternyata beberapa orang sudah berkumpul di ruang keluarga."Apa benar Tante Nesya ada sangkut pautnya dengan semua kasus ini?" tanya Mas Surya serius. Pasalnya kita semua memang tidak ingin lagi terjadi hal-hal yang sangat merugikan kita.Semua orang terdiam. Mereka hanya meminta kita duduk dengan pelan dan kembali menatap Tante Nesya dengan tatapan yang aku sendiri tidak tahu.Aku merasa tidak mungkin, bahkan mustahil kalau semua yang telah terjadi adalah perbuatannya. Apalagi jika mengingat kalau dia adalah bibi dari Mas Dirga."Jelaskan semuanya, Tan!" suara Mas Dirga terdengar dingin dan pelan. Tapi membuat kita semua bergetar.Selama ini dia memang tegas, tapi masih ada humornya. Namun, jika dilihat sekarang sepertinya tidak.Tante Nesya menatap kami satu persatu dengan tatapan kejam. Seolah kita yang sudah melakukan tindakan kekerasan, sepertinya orang ini memang tidak sesederhana yang terlihat."Apa

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 51

    Kami kembali terdiam ketika Zein tiba-tiba datang dan memberikan informasi yang membuat kita terkejut.Bagaimana tidak, Ica, gadis yang selama ini aku sayangi, dan selalu menjadi prioritas utama wanita yang selama ini menjadi ibu angkatku ternyata hanya seorang anak angkat.Sama seperti aku dan juga Mas Surya."Apa jangan-jangan dia adik kandungmu?" tanya Rania kepada laki-laki yang dulu adalah Bosku, ternyata kakak sepupu itu dengan nada yang terdengar seperti tuduhan.Ternyata dunia itu sempit, ya."Enggak lah. Enak aja. Mana ada aku punya adek begitu." Mas Dirga menolak dengan tegas.Tapi jawabannya malah membuat Mas Surya semakin penasaran tentang hubungan Mas Dirga dengan Ica. Semua itu terlihat dari bagaimana caranya dia menatap."Bisa aja kan ya?" Rania tetap kekeh dengan apa yang disampaikannya tadi.Aku sendiri tidak tahu mana yang sebenarnya. Sekarang sebelum ada bukti, aku belum bisa percaya. Banyak yang terjadi begitu saja."Jangan tuduh aku seperti itu!" Mas Dirga tetap b

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 50

    PoV Rania "Om Rio!" seruku ketika melihat pelaku yang mencoba untuk membakar kantor pusat Papa. Benar-benar Om Rio sungguhan. Semua orang terperanjat ketika mendengarnya. Mana mungkin penjahat ini adalah adik papaku yang baik hati? "Aku sangat tidak menyangka kalau kamu bisa melakukan hal keji seperti ini, Rio!" suara Papa terdengar menggelegar. Mas Dirga, aku, dan yang lainnya langsung berjalan mundur, agar kakak-beradik ini lebih leluasa untuk bicara. "Keji? Kau yang keji. Dasar manusia hina!" laki-laki yang aku kenal baik itu pun bersuara. Padahal dari tadi dia hanya diam dan menunduk. Papa terlihat semakin geram, "Hukum saja orang ini selama-lamanya, Pak," ucap Papa pada petugas kepolisian. "Baik, Pak. Kami hanya menunggu kedatangan Bapak selaku anggota keluarga pelaku," jawab Pak polisi dengan tegas. "Kami akan menahan Pak Rio sesuai dengan hukum yang berlaku!" lanjutnya yang membuat kami semua tersenyum sekaligus bingung. Terutama aku. Apa masalah sebenarnya yang ada

  • Ketika Istriku Tak Lagi Kerja   Bab 49

    PoV Rania"Kenapa, Mas?" tanyaku tanpa rasa bersalah. Memang laki-laki itu begini, ya. Ketika dikejar, malah menjauh. Eh, pas ditinggalkan malah mendekat.Ribet, deh.Kucoba untuk mengatur napas yang naik turun. Jangan sampai Mas Dirga tahu kalau aku hanya sekadar melakukan tes. Bisa bahaya."Aku tak suka kamu mendekati istri kakak sepupumu, Riko," ucapnya dengan nada tetap tenang.Masa iya dia masih terlihat adem ayem melihat istri dan anaknya dekat sama mantan suami. Bukankah harusnya kepanasan, ya? Gak tahu lah.Tapi kuyakin di dalam lubuk hatinya yang dalam pasti cemburu."Aku belum mengakui kalau kau adalah kakak sepupuku!" Mas Riko menatap suamiku sengit.Tapi aku tidak keberatan, Mas Dirga memang berhak mendapatkannya. Tadi dia sudah sok manis di depan Anggi."Bodo amat!""Kamu kok gak tanya kenapa Mas gak kerja?" tanya Mas Riko yang bersemangat untuk mendekat."Cukup! Aku suaminya, dia juga gak tanya kenapa aku gak kerja. Ngapain harus tanya anak tengil kayak kamu!" geram Mas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status