Share

Ketika Istriku Tak Lagi Kerja
Ketika Istriku Tak Lagi Kerja
Penulis: Ucu Nurhami Putri

Part 1

"Masuk saja, Pak. Di sini saja." suara Rania mulai terdengar ketika aku sedang istirahat di kamar, karena hari libur.

 

"Nah yang itu bawa aja ke sana." lagi, suara Rania terdengar seperti memberikan komando.

 

Bahkan suara benda yang saling beradu pun terdengar keras.

 

Karena cukup penasaran, aku beranjak dari tempat tidur dan keluar menghampirinya.

 

"Kamu lagi apa, Ma?"

 

"Oh, ini, Mas...."

 

"Barang-barang siapa ini?"

 

"Akulah, Mas. Masa barang orang aku bawa ke dalam? Enggak mungkin," jawabnya tanpa melihatku sekilas pun. Dia kembali sibuk menata barang yang barusan di turunkan.

 

"Darimana ini? Kenapa seperti perlengkapan kantor?" mataku terbelalak ketika melihat benda apa saja yang baru saja dibawa Rani.

 

"Memang, ini semua dari ruanganku," jawabnya enteng.

 

"Kok dibawa ke sini semua? Kayak kamu dipecat aja, Ma." aku mengelus dada.

 

Semoga saja Rania tidak dipecat. Meskipun gajiku besar, tapi kebutuhan rumah ini tidak kalah besar. Apalagi kalau Mama dan dan Ica, adikku sudah minta uang. Habislah sudah.

 

Aku hanya bisa mengandalkan uang gajian Rania untuk makan dan kebutuhan sehari-hari lainnnya.

 

"Aku enggak dipecat, Mas." syukurlah, lagi-lagi aku mengelus dada. Ada rasa lega yang menyeruak. "Tapi aku memundurkan diri!"

 

Dadaku sangat terasa sakit ketika empat kata itu meluncur dari bibirnya, "Jangan becanda kamu, Ma? Enggak mungkin juga kan kamu ngundurin diri."

 

Kian menit, dada ini terasa kian sesak. Semoga saja dua hanya becanda. Ya, pasti dia hanya pura-pura.

 

"Siapa yang becanda, sih. Aku serius!" ucapnya pelan tapi penuh penekanan, apalagi senyuman mautnya yang membuatku yakin kalau dia tidak bekerja.

 

Bagaikan petir yang menyambar di siang hari, aku terpaku melihat Rania yang sibuk menata barang-barangnya.

 

"Aku mau beres-beres dulu!"

 

 

***

 

 

Setelah tahu Rania sudah mengundurkan diri, aku jadi malas untuk berbicara apalagi bermesraan dengannya. Pikiranku kalut dengan masalah kebutuhan Mama dan Ica.

 

"Mama minta uang sepuluh juta ya, Rik, buat pergi berobat," pinta Mama kala itu. Aku sangat kaget ketika mendengar nominalnya, emang berobat sebesar itu?

 

"Kenapa? Kebesaran?" aku hanya mengangguk dengan senyuman.

 

"Ya sudah, sembilan juta sembilan ratus, saja."

 

"Emang berobat semahal itu ya, Ma?"

 

"Iyalah. Ditambah Mama mau arisan dan belanja baju, jadi harus bawa banyak."

 

"Kok baju terus, sih, Ma?"

 

"Mas jangan menyalahkan Mama, karena Mbak Rania di sini yang salah," sahut Ica.

 

"Kok malah Mbak?"

 

"Mbak Rania itu enggak pernah beliin kita baju, semua uangnya dipake untuk keperluannya sendiri. Padahal kita lihatin dia pakai baju baru dan beberapa perhiasan." Ica mulai terisak.

 

Dari sejak itu aku tidak pernah memberikan uang gajianku kepada Rania, hanya sama Mama dan Ica.

 

"Kamu kenapa?" tanya Bara, dia adalah sahabatku satu-satunya.

 

"Pusing."

 

"Bukannya tiap hati?" ledeknya tersenyum.

 

"Kali ini meningkat ribuan kali."

 

"Kenapa lagi, sih?" Bara menarik kursi di sampingku dan duduk. Dia memang paling mengerti.

 

"Rania mengundurkan diri dari kantornya."

 

"Ya bagus dong. Berarti dia punya banyak waktu untuk di rumah dan mengurusmu."

 

"Bukan itu masakan, tapi bagaimana nanti aku memenuhi kebutuhan keluarga?" 

 

"Maksudnya?" Bara menautkan kedua alisnya.

 

"Gajiku tidak cukup jika harus memenuhi kebutuhan keluarga," ucapku pelan.

 

"Terus kau gunakan untuk apa uangmu?" Bara terlihat marah.

 

"Untuk Mamaku dan Ica."

 

"Astagfirullah, Riko. Kamu sudah melakukan tidak adil sama istri kamu." Bara menghela napas panjang.

 

"Jika uang yang kita punya hanya sedikit, maka cukupkan dulu kebutuhanmu dan istri. Kalau ada lebih, baru mama dan adikmu. Karena istri adalah tanggung jawab kamu yang paling utama." Bara terlihat kecewa.

 

Jadi maksudnya uangku lebih baik dihabiskan oleh istriku? Tapi bagaimana dengan mama dan adikku nanti? Tidak bisa!

 

 

 

 

Lanjut? Jangan lupa subscribe ya😘😘

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Dyah Astri Andriyani
heleh...baru ngintip bab awal aja udah buanyak typo...dahlah
goodnovel comment avatar
Uly Muliyani
biarpun sgudang gajimu tdk akan pernah cukup memenuhi kebutuhan dan gaya hidup mama dan adikmu...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status