Share

Two

~Terkadang, kita harus menerima perbedaan. Karena dengan adanya perbedaan itulah tercipta sebuah persatuan♡‿♡

Vlo kemudian pergi ke kantin untuk mengisi perutnya. Saat sampai di kantin, ada yang mengganggu matanya.

"Kenapa disitu sangat ramai? Sepertinya ada yang tidak beres" batin Vlo.

Karena penasaran, Vlo mendekat ke arah kerumunan itu. Dia memaksa untuk masuk ke tengah agar bisa melihat dengan jelas apa yang sebenarnya terjadi.

Deg.

Betapa terkejutnya dia saat melihat pembullyan yang terjadi di depan matanya. Dan yang membuatnya tidak percaya adalah, korban pembullyan itu adalah laki-laki aneh yang duduk satu meja dengannya.

"Nggak usah belagu deh Lo, orang miskin kaya Lo itu pantasnya di kolong jembatan!" bentak Veronico Berliana Smith, atau yang kerap di panggil Vero.

Laki-laki itu hanya diam menerima perkataan pedas dari Vero. Dan ada bekas pukulan di wajahnya.

"Apa yang sebenarnya terjadi?" fikir Vlo dalam hati.

"Heh jangan diam aja Lo!" timpal Geovano Bio Greyson, atau yang kerap di panggil Vano.

"Dasar sampah!" teriak Vano tepat di samping telinga laki-laki itu.

Karena sudah tidak tahan dengan situasi ini, Vlo kemudian maju ke depan dan berdiri di depan dua siswa brengsek tadi, yang tidak lain adalah Vano dan Vero. Seketika keadaan menjadi semakin ricuh.

"Apa yang kalian lakukan? Apa kalian tidak mempunyai hati sampai-sampai tega menyakiti laki-laki tidak bersalah seperti dia?" ucap Vlo tegas.

"Dan kamu, apa kamu tidak berfikir apa yang akan terjadi pada telinganya ketika kamu berteriak tepat di sampingnya?" tanya Vlo pada Vano dengan nada tinggi.

"Santai nona manis, tidak akan terjadi apa-apa pada telinganya. Kamu ingin tau kenapa?" tanya Vano sambil mendekat ke arah Vlo.

Kemudian, Vano mendekatkan mulutnya ke telinga Vlo dan membisikkan sesuatu.

Deg. Jantung Vlo seakan berhenti berdetak begitu mendengar bisikan dari Vano.

"Tidak mungkin" gumam Vlo.

"Semuanya bubar! Biarkan sampah itu menderita!" ucap Vero sambil berteriak.

Seketika, kantin yang tadinya ramai menjadi sepi.

Vlo teringat akan satu hal, laki-laki itu. Dia masih setia berdiri di situ. Dengan muka datar dan tatapan kosong.

"Kamu baik-baik saja?" tanya orang yang mengajaknya tadi.

Laki-laki itu hanya mengangguk kemudian berkata.

"Aku ingin sendiri" ucap laki-laki itu kemudian pergi menjauh.

Orang tadi masih tetap berdiri sambil melihat laki-laki itu pergi. Karena penasaran da, Vlo memberanikan diri untuk mengajak orang itu bicara.

"Perkenalkan, namaku Evlogia Queen Alister, kamu bisa memanggilku Vlo. Apa aku boleh bertanya sesuatu padamu?" ucap Vlo ramah.

"Apa yang ingin kamu tanyakan?" respon orang itu.

"Sebenarnya, siapa laki-laki tadi? Kenapa ketika di bully dia tidak melawan sedikitpun? Dan, apakah kamu temannya?" tanya Vlo menyelidik.

"Aku akan menjawab semua pertanyaanmu. Tapi, kita duduk di bangku itu saja agar lebih nyaman" ucap orang itu yang di angguki oleh Vlo.

Mereka kemudian berjalan menuju bangku panjang di dekat situ.

"Sebelumnya perkenalkan, namaku Leonard Geo Bird, kamu bisa memanggilku Leo" ucap Leo memperkenalkan diri. Vlo terus menyimak apa yang di katakan oleh Leo.

"Laki-laki tadi adalah temanku. Dia adalah laki-laki terhebat yang pernah aku lihat. Sayangnya, hidupnya tidak mulus seperti orang lain. Mungkin kamu bertanya-tanya kenapa dia tidak melawan saat siswa tadi membully nya. Kamu ingin tau alasannya?" tanya Leo. Vlo pun mengangguk.

"Karena baginya, itu adalah makanan yang tidak pernah terlewatkan setiap harinya. Dia sudah terbiasa mendapatkan perlakuan buruk itu, dan bodohnya, dia tidak ingin aku membantunya. Saat aku ingin membantunya, dia selalu berkata "Aku baik-baik saja". Itulah kenapa dia hanya diam saja saat orang lain menyakiti dirinya" jelas Leo panjang lebar.

Vlo seakan tidak percaya dengan kenyataan yang baru saja dia dengar. Ada satu hal yang sangat ingin dia tanyakan. Namun, saat ingin bertanya, Leo sudah terlebih dahulu bicara.

"Bukankah kamu adalah teman sebangkunya?" tanya Leo yang membuyarkan lamunan Vlo.

"E-eh iya, aku memang teman sebangkunya. Tapi, aku anak baru disini, jadi belum terlalu mengenalnya" jelas Vlo. Leo hanya mengangguk mengiyakan.

"Terimakasih sudah menjelaskan semuanya padaku. Semoga kita bisa berteman baik" ucap Vlo sambil tersenyum manis.

"Sama-sama. Tadi itu hanya sedikit tentangnya, selebihnya bisa kamu tanyakan sendiri padanya. Dan aku harap, kamu bisa menjadi teman yang baik untuknya" ucap Leo yang mendapat anggukan dari Vlo.

Kring Kring Kring.

Bel masuk kelas kembali berbunyi. Para siswa berhamburan masuk ke dalam kelas, begitu juga dengan Vlo. Kini, dia sudah ada di bangkunya bersama dengan laki-laki yang misterius baginya.

"Hari ini freeclass, para guru sedang mengadakan rapat. Tidak ada yang boleh pulang sebelum ada bel" ucap Farhan, si ketua kelas yang tegas dan bijaksana.

Mendengar ucapan Farhan, para siswa pun borsorak riang. Ada yang tetap belajar, ada yang mengobrol, ada juga yang berlarian layaknya anak kecil.

Vlo bingung harus apa sekarang. Kemudian, dia berniat untuk mengajak laki-laki itu bicara. Perlahan, Vlo mengarahkan tangannya ke pundak laki-laki itu, berniat untuk memanggilnya. Dia hanya menirukan saat Leo memanggil laki-laki itu tadi pagi.

Merasa ada yang menyentuh pundaknya, laki-laki itu pun menoleh ke arah Vlo.

"Apa kamu memanggilku?" tanyanya.

"Iya"

Laki-laki itu masih tetap diam menunggu Vlo berbicara. Karena mengerti dengan keadaan, Vlo pun melanjutkan bicaranya.

"Namaku Evlogia Queen Alister, salam kenal" ucap Vlo ramah.

Laki-laki itu terdiam sejenak, berusaha memahami apa yang sedang terjadi. Tapi, tak lama kemudian dia pun membuka suara.

"Namaku Cornellio King Smart, kamu boleh memanggilku dengan sebutan apapun" balas laki-laki itu yang ternyata bernama Cornell.

"Kalau begitu, aku akan memanggilmu King, dan kamu harus memanggilku Queen. Bagus bukan? Raja dan ratu" ucap Vlo dengan senyum manisnya.

Cornell tersentuh dengan apa yang Vlo katakan. Namun, dia hanya diam sambil menatap Vlo dalam-dalam. Cornell mengira bahwa Vlo akan sama seperti siswa lainnya.

"Apa kamu tidak malu berteman denganku?" tanya Cornell sambil menatap Vlo sendu.

"Untuk apa aku harus malu? Aku tau kalau kamu adalah laki-laki yang baik" jawab Vlo jujur. 

Vlo memang tidak mempermasalahkan apapun jika berteman, karena berteman itu tidak memandang fisik maupun status sosial.

"Aku tuli" 

                        Part 2 selesai:)

                Tinggalkan jejak kakak♡

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status