Share

Three

~Ketika telinga tak mampu menangkap suara, maka gunakanlah mata untuk menangkap kata♡

Vlo menatap Cornell sendu, ada rasa kasihan dalam hatinya. Baru kali ini dia bertemu dengan seorang yang memiliki kekurangan fisik. Namun, Vlo berusaha untuk tetap tegar dan tersenyum di hadapan Cornell.

"Lalu, apa masalahnya jika kamu tuli? Aku tidak perduli, yang aku tau kamu adalah temanku" ucap Vlo antusias. Cornell yang melihat Vlo seperti itu menjadi tersenyum.

"Terimakasih"

"Untuk apa King?" tanya Vlo bingung. Pasalnya, dia tidak berbuat apapun pada Cornell.

"Untuk semua. Apa kamu tau, kamu adalah teman keduaku di dunia ini. Hanya kamu dan Leo" jawab Cornell jujur.

Deg.

Vlo seakan tertampar dengan kenyataan yang baru saja dia dengar. Dia merasa kurang bersyukur selama ini. Dia yang memiliki banyak teman, keluarga yang utuh, bahkan semua yang dia inginkan selalu dia dapatkan. Namun, terkadang dia kurang bersyukur atas semua itu.

"Apa yang aku lakukan selama ini? Ternyata, banyak orang di luar sana yang hidupnya tak semudah diriku yang bahkan jika meminta rumah pun akan aku dapatkan dalam sekejap" batin Vlo merenungi.

"Queen, ada apa?" tanya Cornell yang melihat Vlo terdiam sambil menunduk.

"Ah tidak apa-apa" jawab Vlo.

"Mendengar tentang dirimu, aku jadi merasa bersalah selama ini" ucap Vlo tiba-tiba.

"Kenapa seperti itu?" tanya Cornell tidak mengerti.

"Apa kamu tau King? Aku pernah berfikir bahwa akulah anak paling beruntung di dunia ini. Apapun yang aku inginkan selalu aku dapatkan. Dan begitu seterusnya" jelas Vlo yang masih di perhatikan oleh Cornell.

"Namun, terkadang pun aku masih kurang bersyukur dengan semua itu" lanjut Vlo. Dia kemudian menatap Cornell lekat.

"Kamu hebat King, bisa bertahan meski dalam kondisi yang seperti ini. Jika aku dalam posisimu, mungkin aku sudah mati bunuh diri sejak dulu" ucap Vlo.

Cornell terdiam mendengar ucapan Vlo. Dia beruntung bisa bertemu dengan seseorang yang mampu memahami dirinya.

"Kamu benar Queen. Orang yang paling beruntung bukan kamu, tapi aku. Tidak ada yang lebih beruntung dari pada aku yang masih bisa bertemu dengan orang baik sepertimu" ucap Cornell.

"Kenapa jadi mellow gini?" tanya Vlo yang mencairkan suasana.

"Apa aku terlihat menyedihkan?" tanya Cornell yang mendapat gelengan kepala dari Vlo.

"Lalu?"

"Kamu terlihat seperti kucing yang meminta makan" jawab Vlo sambil tertawa.

Cornell seakan terpaku dengan Vlo. Kecantikannya memang tidak dapat di pungkiri. Apalagi saat tertawa seperti ini, rasanya dunia Cornell telah berubah dari malam yang gelap menjadi siang yang terang.

"Tuhan, aku tidak pernah meminta apapun darimu, biarkan aku meminta senyum yang aku lihat sekarang selalu ada di hidupku" batin Cornell sambil berdoa. Dia kemudian kembali menatap Vlo.

"King, aku penasaran akan satu hal. Jika kamu tuli, bagaimana kamu bisa mengerti ucapanku?" tanya Vlo.

"Aku membaca perkataan seseorang lewat mulut mereka. Jadi ketika kamu bicara, aku selalu memperhatikan mulutmu" jawab Cornell.

"Jadi itu sebabnya kamu memintaku berbicara pelan-pelan?" tanya Vlo yang di angguki oleh Cornell.

***

Waktu terus berlalu, hingga sekarang tiba waktunya bagi para siswa untuk kembali ke surga dunia mereka. Yups, bel pulang telah berbunyi. Para siswa berhamburan keluar dari kelas.

Di kelas XII A2, masih terlihat dua orang siswa yang belum pulang. Mereka berdua adalah Vlo dan Cornell. Mereka sedang mengemas buku-buku yang sempat mereka pelajari tadi. Setelah selesai berbincang tadi, mereka memutuskan untuk menambah ilmu dengan membaca buku.

"Ayo pulang" ajak Vlo.

"Hm" dehem Cornell sambil menganggukkan kepalanya.

Mereka berdua berjalan keluar kelas menuju gerbang. Tiba-tiba Vlo berada di depan Cornell sambil berjalan dalam keadaan mundur.

"Apa yang kamu lakukan?" tanya Cornell heran.

"Aku ingin mengajakmu berbicara, bukankah kamu harus melihat mulutku agar bisa mengerti apa yang aku katakan?" jawab Vlo.

"Katakan apa yang mau kamu katakan" ucap Cornell.

"Dimana rumahmu?" tanya Vlo penasaran.

"Rumahku tidak terlalu jauh dari sini, bahkan bisa di tempuh hanya dengan jalan kaki" jawab Cornell.

"Jadi, kamu setiap hari jalan kaki saat ke sekolah?" tanya Vlo menyelidik. Cornell hanya mengangguk mengiyakan.

"Apa tidak lelah?" tanya Vlo.

"Awalnya memang akan melelahkan. Tapi lama-kelamaan akan terbiasa dengan sendirinya" jawab Cornell yang di angguki oleh Vlo.

Vlo kemudian kembali berjalan di samping Cornell. Dia juga terang-terangan memandangi wajah indah milik Cornell. Kulit yang putih, bibir yang manis dan tipis, mata yang indah kecoklatan, dan tatanan rambut yang terlihat layaknya idol Korea. Sungguh tatanan yang sempurna untuk seseorang seperti Cornell.

"Kalau di lihat dari dekat, King tampan juga ya" batin Vlo.

"Kenapa kamu memandangiku seperti itu. Apa ada yang salah dengan wajahku?" tanya Cornell yang mengagetkan Felicya.

"E-eh enggak kok, wajahmu baik-baik saja hehe" jawab Vlo gugup.

Tanpa di sadari, kini mereka berdua sudah sampai di depan gerbang. Rupanya, sudah ada mobil keluarga Vlo yang sedari tadi menunggu nona kecilnya pulang.

"Ke arah mana kamu akan pergi?" tanya Vlo.

"Sana" jawab Cornell sambil menunjuk ke arah kiri.

"Yahh kita beda jalur. Tapi tidak apa, kita tetap bisa pulang bersama" ucap Vlo antusias.

"Tidak perlu, Queen. Kamu pulang saja, aku akan pulang jalan kaki" ucap Cornell yang tidak ingin merepotkan Vlo.

"Sungguh?" tanya Vlo memastikan.

"Sungguh" jawab Cornell sambil mengangkat tangannya membentuk huruf V.

"Baiklah, aku pergi dulu. Bye King" ucap Vlo sambil melambaikan tangannya.

Dia kemudian pergi menjauh menggunakan mobil keluarganya. Sedangkan Cornell, matanya masih setia mengekori kepergian Vlo yang kian menjauh.

"Beruntung sekali laki-laki yang di takdirkan Tuhan untuknya. Jika saja aku adalah laki-laki itu, aku tidak akan meminta apapun lagi dari Tuhanku. Sayangnya, sampah sepertiku tidak akan pantas mendapatkan berlian sepertinya" gumam Cornell sambil tersenyum kecut.

Sedangkan di dalam mobil, Vlo tidak sendiri melainkan bersama dengan supir keluarganya yaitu Pak Danang. Beliau sudah bertahun-tahun bekerja di keluarga Vlo. Bahkan, Vlo dan keluarganya pun sudah menganggap Pak Danang sebagai bagian dari keluarganya.

"Neng" panggil pak Danang. Beliau memang memanggil Vlo dengan sebutan 'Neng'.

"Iya pak" jawab Vlo.

"Kalau boleh tau, laki-laki yang sama Neng tadi teh siapa?" tanya Pak Danang yang kedengarannya penasaran.

"Owh itu teman baru Felicya pak. Memangnya kenapa pak?" jawab Vlo yang balik bertanya.

"Nggak papa Neng. Syukur atuh kalau neng teh udah dapat teman baru di sekolah" jawab Pak Danang.

"Kirain ada apa pak hehe" ucap Vlo sambil cengengesan.

"Bapak teh cuman bisa do'ain yang terbaik buat neng sekeluarga. Pesan bapak teh cuman satu, tetap rendah hati apapun kondisinya, dan jangan lupa selalu jaga diri sendiri ya neng" ucap Pak Danang.

"Iya pak, Vlo akan selalu ingat pesan pak Danang. Pak Danang nggak usah khawatir, sekarang Vlo udah punya raja yang bakal jagain Vlo" ucap Felicya sambil tersenyum.

"Ah kalau itu mah bapak nggak mau ikut campur. Itu kan urusannya anak-anak muda" ucap Pak Danang pasrah.

"Hehe pak Danang bisa aja" ucap Vlo sambil tertawa kecil.

                      Part 3 selesai:)

             Tinggalkan jejak kakak♡‿♡

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status