Syuut Mata iblis itu menatap tajam kearah salah satu gedung apartemen di Jakarta Selatan, seringai terpatri apik ketika dia melihat dengan jelas bahwa dia telah melihat target yang harus dia bunuh. “Jadi, itu adalah tempat tinggal Askara” ucapnya, kemudian sepasang sayap apinya terbuka lebar lalu mengeluarkan puluhan bola api berskala besar kearah gedung apartemen tersebut. Syuuut Dhuaarr Ledakan beruntun terjadi, membuat orang - orang yang berada di dalam gedung terbangun dari tidurnya, kemudian mereka semua berlarian untuk menyelamat diri mereka dari kobaran api yang membakar sebagian gedung apartemen tersebut. “Ajian : Bagaspati” ucap iblis api itu, kemudian mengeluarkan kanuragan tingkat tinggi, lalu membuat api dari ketiadaan. Api tersebut semakin membesar, kemudian Analashura memadatkannya dengan kekuatannya, sehingga api tersebut berubah menjadi bulatan yang sempurna, menyerupai matahari. “Apa itu?” gumam Analashura bertanya entah kepada siapa, tetapi yang membuat dia m
Askara menatap lekat ajian yang dikeluarkan oleh Analashura, “Itu ajian yang kuat, Anggada Bora” ucap pemuda itu. “Tenang saja Tuanku Askara, hambamu ini adalah makhluk yang kuat, jadi ajian ini menurut hamba hanyalah permainan kembang api biasa” ucap pemuda itu dengan nada meremehkan. Langit kembali bersinar terang seiring dengan proses pembacaan mantra yang hampir selesai oleh iblis api. Partikel - partikel api yang tersebar berkumpul dan menyatu membentuk bola api kecil, namun intensitas panasnya melampaui ajian Bagaspati yang pernah dikeluarkan oleh Analashura sebelumnya. “Kau memang layak menyandang Iblis Tua dari Timur” ucap Anggada Bora, ketika merasakan intesitas panas api dari bola api kecil yang melayang di atas ujung jari telunjuk Analashura. “Ya, kekuatan ajian itu cukup mengerikan. Aku merasakan panas api dari ajian itu, padahal jarak kita cukup jauh dari iblis api itu” balas Askara, kemudian menatap lekat kearah Analashura. "Namun, sebelum dia mengarahkan ajian itu k
“Ya, Anggada. Aku akan mengeluarkan ajian membelah lautan dan langit, karena aku ingin membinasakan iblis itu dan orang yang menyuruh dia untuk membunuhku hanya untuk mendapatkan keris Krastala ini” jawabnya dengan lantang, kemudian dia merapal mantra. Guntur menggelegar dan badai melanda tiba - tiba saat Askara melantunkan mantra ajian pamungkasnya. Langit malam yang gelap semakin menjadi gelap gulita, dan suasana sunyi yang menyelimuti malam itu semakin menambah aura menakutkan dalam pertempuran di lokasi tersebut. “Intesitas kanuragan yang keluar dari tubuh pemuda itu sangat kuat dan besar, sebenarnya dia ingin mengeluarkan ajian apa?” tanya iblis itu di dalam batinnya, lalu menatap lekat kepada Askara. Deg “Perasaan ini dan…Ini! Bukankah ajian yang sangat mengerikan itu, dia menggunakan ajian terkutuk itu!” ucap iblis itu dengan nada yang sangat ketakutan, kemudian dia melesat cepat ingin menyerang pemuda itu, tetapi sebelum tujuannya itu tercapai dia sudah terlebih dahulu bin
Beberapa hari setelah pertempuran yang mematikan itu, situasi kembali pulih seperti semula. Tentu saja, ada beberapa perbaikan yang dilakukan di area gedung apartemen Askara dan sekitarnya. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki kerusakan yang terjadi dengan segera. Saat ini, Askara dan Larasati sedang menikmati malam yang indah. Mereka bersantai sambil menikmati pemandangan city light yang memukau dari beberapa gedung pencakar langit di Jakarta Selatan. Sebelumnya, mereka telah makan malam di restoran bintang lima yang terletak di sekitar wilayah tersebut. Setelah itu, mereka memutuskan untuk menjelajahi kawasan Jakarta Selatan dan menikmati keindahan pemandangan city light yang memukau. “Bagaimana Kak?” tanya Askara, sembari dia menyetir mobil Mercynya. “Bagaimana apanya Askara?” balas Larasati, bingung dengan pertanyaan tersebut. Dia tidak yakin apakah Askara bertanya mengenai pemandangan city light atau tentang kesehariannya hari ini. “Kakak suka tidak aku ajak jalan - jalan di
Setelah itu, Samsul segera merencanakan strategi dengan dibantu oleh anak buahnya untuk memastikan kelancaran misi balas dendam terhadap remaja bernama Askara. Mereka mengawasi pemuda tersebut selama dua minggu penuh dan menemukan kelemahan kecil pemuda itu, yaitu terkait kedekatannya dengan dua perempuan. “Jadi, kita akan menculik anak sekolah itu?” tanya salah seorang laki - laki. “Benar, tetapi bukankah gadis itu di sukai oleh teman anaknya Pak Beno? Apa tidak akan terjadi masalah, jika kita menculik anak itu?” tanya salah seorang laki - laki yang lain secara beruntun. “Tentu saja tidak, Adi. Sebab, jika kita melakukannya secara rahasia dan menutupinya, maka tidak akan ada masalah antara hubungan Kelompok Preman Tanduk Iblis dengan Pak Beno dan juga anaknya beserta temannya itu” jawab Samsul, kemudian dia memantikkan korek gasnya dan menyalakan puntung rokok yang di pegangnya sedari tadi. "Hari ini kita akan menculik gadis tersebut dan menggunakan dia sebagai alat untuk menganc
Pemuda yang mendobrak pintu tersebut adalah Askara Diwapati Vajra. Dia mengetahui bahwa Lisa telah diculik karena orangtua Lisa menghubunginya melalui telepon. Orangtua Lisa menghubungi Askara untuk menanyakan kabar anak mereka yang tidak pulang ke rumah. Meskipun sudah malam dan telepon tidak dijawab, mereka telah mencoba menanyakan keberadaan anak mereka kepada teman - teman dekatnya, namun tidak ada yang mengetahui keberadaannya. Akhirnya, kedua orangtua Lisa meminta bantuan kepada Askara untuk mencari keberadaan anak mereka.Askara akhirnya memanfaatkan kemampuan matanya dan juga ilmu penerawangannya untuk menemukan keberadaan Lisa. Kini, kemarahannya begitu besar terhadap laki - laki yang berdiri di hadapannya.“Kau adalah manusia paling tercela yang pernah aku temui” ucap Askara dengan nada dingin. Pemuda itu kemudian menutupi tubuh Lisa dengan menggunakan baju yang ia kenakan."Kamu telah melampaui batas," lanjutnya, dia menutup mata Lisa, lalu berbisik, "Istirahatlah, Lisa." S
TapAskara menyeka darah yang memercik di wajahnya, lalu ia melangkah dengan tenang. Meskipun genangan darah membentang luas di sepanjang lantai rumah tersebut, ia tetap berjalan dengan santai."Lisa, maafkan aku, karena aku yang menyebabkanmu mengalami penderitaan ini," ucap Askara dengan suara lirih. Kemudian, dengan hati - hati, ia memakaikan pakaian pada gadis itu, dan membopong gadis itu untuk membawanya keluar dari tempat tersebut.Pemuda itu menyalakan mobil Mercedes yang terparkir di depan rumah, dan dengan cepat mengemudikannya meninggalkan rumah bergaya klasik Eropa tersebut. Matanya terfokus pada spion mobil, ketika tiba - tiba ia melihat sebuah tombak meluncur menuju mobil keluaran Eropa tersebut.Askara menghindari lesatan tombak tersebut dengan cepat, lalu terjadilah ledakan yang dahsyat terjadi di tempat tersebut. Mobil Mercedesnya dia berhentikan, kemudian pemuda itu keluar dari mobil tersebut, lalu menatap tajam kearah laki - laki yang berjalan dengan santainya mengha
Dhuarrr Ledakan demi ledakan terjadi di tempat pertarungan Askara dengan dua pendekar dari perguruan Akasa. Kekuatan matanya dia aktifkan selama pertarungan berlangsung, mengakibatkan dia dapat memprediksi arah serangan lawannya sehingga dia sama sekali tidak mendapat luka atau terkena serangan lawan barang seujung jaripun. Membuat lawannya menggeram kesal dan marah. “Hebat sekali dia. Pemuda itu dapat menghindari serangan Ayu Pitaloka dengan begitu mudahnya” gumam Jaya, laki - laki itu menatap Askara yang sedang bertarung dengan Ayu dengan intens. “Jika, terus begini maka Ayu akan kelelahan, karena sedari tadi dia menggunakan ajiannya secara masif, sedangkan pemuda itu dia hanya fokus menghindari dan menyerang begitu ada celah dan sepertinya dia menyerang dengan tidak menggunakan kekuatan penuhnya dengan kata lain dia tidak serius untuk melawan Ayu Pitaloka” gumamnya. Dengan gerakan ringan, Jaya Danu mengetuk tongkat kecil yang tersemat di pinggangnya, membangkitkannya menjadi ta