"Mengapa melepas itu sakit? Karena kepergiannya membawa serta semua harapan untuk bersama. Menyisakan setumpuk kenangan dan rasa untuk kau ratapi."
Faiqa Eiliyah
Beberapa hari ini romantisme rumah tangga mereka kembali normal seperti dahulu, kadang Raka sengaja menggantikan Karina mengantar Ayub ke TK. Supaya Karina tidak perlu lagi bolak-balik mengantarnya, lalu kembali mengerjakan pekerjaan rumah dan menjemputnya lagi beberapa jam kemudian.
Ayub juga lebih senang di antar ayahnya karena ia tak perlu jalan kaki, seperti saat bersama Karina. Ketika malam tiba dan Raka buru-buru mengajak Ayub pergi tidur bersama, maka Karina akan cukup tahu diri kalau Raka menginginkannya.
Biasanya Karina juga akan bergegas menyelesaikan semua pekerjaannya, seperti berbenah, mencuci peralatan makan, dan menyiapkan tempat tidur.
Ketika bunyi pintu kamar terbuka, Karina akan beranjak dari tempat duduk dan mematikan telev
"Terkadang apa yang terlihat lemah, justru dialah yang terkuat."Faiqa EiliyahKenyataan tak berjalan sesuai harapan. Karena saat semua pekerjaannya selesai, Ayub masih stay di depan televisi menanti dirinya. Karina menarik napas dan menghembuskannya dengan sangat lemah. Melangkah mendekat dan duduk di kasur lantai tepat di sisi Ayub."Jadi apa Ayub sudah siap, untuk tahu Ayah kemana?" Ayub menoleh menatap Karina serius, Karina mematikan televisi dengan remot. Lalu menatap Ayub tepat pada manik matanya, mencium kening dan memeluknya."Sayang, Kakek Pratama mengalami kecelakaan ...." Ayub tampak shock menutup mulut dengan kedua tangan kecilnya. Bola matanya melotot, persis seperti adegan anak-anak kecil yang sedang kaget dalam sebuah sinetron kejar tayang di film ikan terbang."Jadi, apa Kakek terluka dan berdarah?" tanyanya yang membuat Karina bleng dari semua untaian kata yang sudah ia susun rapi sejak sore t
"Jatuh dalam hidup, adalah bagian dari proses belajar. Selama jatuhmu masih mampu membuatmu bangkit kembali untuk memulai."Faiqa EiliyahEntah setan apa yang merasuki Kayra? Hingga ia memaksa Karina ikut dengannya. Membawa Karina ke lapangan tempat anak-anak berkemah setiap bulan Agustus tiba.Sekarang Karina baru tau, kalau tujuan dirinya diculik tadi adalah untuk dipaksa belajar bawa motor. Kayra lelah dengan keluhannya tak ada yang membonceng atau tak ada ojek. Setiap kali Kayra memintanya datang berkunjung. Padahal di rumah Karina, motor Raka nganggur tidak terpakai.Karina nolak mati-matian, tapi Kayra bersikeras. Karina harus bisa bawa motor dan tidak ada kata sebagai alasan untuk menolaknya. Karina mulai belajar cara menyalakan motor.Menurut Kayra menyalakan motor itu ada dua cara, yang pertama dengan starter elecktrick, yang tinggal mencet tombol yang ada tulisan star-nya dan yang kedua dengan
"Rindu adalah pisau bermata dua, di satu sisi ia bisa memotivasi seseorang untuk lebih baik. Namun, di lain sisi ia bisa mematahkan harapan seseorang." Faiqa Eiliyah Kayra sudah kembali bekerja, seperti hari-hari sebelumnya. Menyisakan Karina dan Ayub yang masih betah menumpang di rumah Kakek Sultan, menghabiskan waktu libur sekolah. Setelah Kayra pergi, hari-hari Karina kembali sepi. Ayub kadang ikut Mama Ina ke rumah saudaranya, yang juga punya cucu perempuan dan laki-laki seusia Ayub. Kadang mereka baru akan pulang setelah menjelang sore, Ayub sangat betah berlama-lama di sana. Karena di sekitar rumah mereka, tidak ada tetangga yang memiliki anak sebaya dengannya. Untung ada Nayra, kalau tidak, mungkin mereka berdua bisa mati kebosanan di dalam rumah. Setelah ada Nayra, mereka bisa ke rumahnya buat karaokean, melihat kolamnya yang penuh aneka warna ikan-ikan cantik. Melihat tanaman
"Pertemuan kembali setelah lama terpisah, bisa jadi awal tumbuhnya benih-benih rasa yang baru."Faiqa EiliyahKarina turun dari ojek, menuntun Ayub. Membayar sewa ojek, lalu membuka pagar. Dedaunan kering telah menyambut mereka dengan pemandangan yang sangat tidak menyenangkan.Beberapa pohon bunga yang ditanam dalam pot pun mulai kering. Karina bergegas memutar keran dan menyiram semua tanaman. Sementara Ayub duduk menungguinya, pada kursi yang tersusun rapi di teras rumah mereka. Kursi yang sudah berdebu karena tak pernah disinggahi oleh siapa pun.Karina berjalan membuka pintu rumah, melirik ke arah Ayub. Berpikir jika dia mau masuk duluan, nyatanya Ayub bergeming di tempat. Menyapu seluruh pekarangan rumah dengan tatapan takjub."Kenapa?" tanya Karina sembari menoleh menatapnya."Baru seminggu ditinggal, sampah sudah sebanyak ini, tanaman Ibu juga sudah hampir mati!" c
"Dunia itu luas, tapi jika kau harus lagi dan lagi dipertemukan dengan orang yang sama. Mungkin takdir kalian ditulis dalam buku yang sama."Faiqa EiliyahJika harus memilih, sungguh Karina akan memilih pergi sejauh mungkin dari tempat itu sekarang. Ia tak bisa bernapas dengan tenang di ruangan yang sama dengan Adnan. Ucapan demi ucapan Nayra tentang suaminya beberapa bulan lalu kembali terngiang dalam ruang pikirnya.Membuat Karina menyadari satu hal tentang kebodohannya lagi, menyesal rasanya sudah sangat terlambat. Baru menyadari semuanya sekarang sungguh sangat menyakitkan! Akan tetapi, apa pun yang sudah terjadi di masa lalu, itu hanyalah bagian dari masa lalu. Cukup ia di sana, sebagai pelengkap dalam lembar demi lembar sejarah hidup."Mbak Karin! Itu wortelnya dikupas dulu, baru dipotong-potong. Ya, Allah!" pekik Nayra, membuat Karina tertarik secara paksa kembali ke alam sadarnya."Eh,
"Dahsyatnya ketajaman dari sebuah tatapan, adalah mampu menembus hati hingga dasar yang terdalam." Faiqa Eiliyah "Aku merindukan suara itu!" lirih Adnan tiba-tiba berhenti di depan Karina. Sontak langkah Karina pun ikut terhenti secara tiba-tiba. Menengadah menatap punggung di depannya, yang hanya berjarak setengah meter darinya. "Suara ...?" Karina mengulang ucapan Adnan barusan. Persis seperti anak TK yang mengikuti ucapan Ibu gurunya. "Ya, suara!" Adnan membalikkan tubuh menerjang Karina dengan sorot mata teduhnya yang telah berubah menjadi mata elang, tajam dan seolah siap menyambar Karina saat itu juga. Karina menunduk gugup, tak berani bergerak sedikit pun. Karina hanya mampu menatap jarak kaki mereka berdua, yang begitu dekat di bawah sana. "Saat pulang tadi siang. Aku bertanya-tanya sendiri, sejak kapan Nayra suka lagu-lagu slow rock seperti itu? Entah m
"Menjauhi mantan, adalah satu-satunya cara untuk lepas dari kutukan cinta lama bersemi kembali." Faiqa Eiliyah Karina dan Nayra keluar dari dapur setelah ritual bersih-bersih selesai. Karina berdiri mematung, menatap Adnan yang memeluk Ayub di sofa sambil mengajarinya main game. "Sayang, kita pulang sekarang! Ibu sudah mengantuk," bujuk Karina. "Ini lagi seru, Bu, tunggu sebentar, ya!" jawab Ayub dengan mata tetap pada layar HP milik Adnan. "Sayang, tapi ibu sudah ngantuk banget!" ajak Karina sedikit memaksa. "Ibu ...!" pintanya dengan tatapan memelas. "Pulang dan tidurlah! Aku yang akan mengantarnya pulang," saran Adnan. Bayangan Adnan menggendong Ayub yang sudah tertidur, pulang ke rumah. Melihat dirinya yang tertidur pulas di tempat tidur dan apa yang akan terjadi setelah itu membuat Karina geleng-geleng kepala.
Karina terjaga dengan kepala berat, membangunkan Ayub untuk salat Subuh bersama. Menyiapkan sarapan dan segelas teh hangat untuknya. Sementara Ayub menatapi dirinya sendiri, dari dada hingga kaki. Baju yang di pesankan Nayra pada Adnan sangat pas di tubuhnya."Kenapa?" tanya Karina menghentikan Ayub dari kesibukannya mengamati baju dan celana yang ia pakai.Ia mendongak menatap ibunya dan tersenyum dengan percaya diri menyahut, "Om Ganteng, pintar milih bajunya, Ayub suka!""Om ganteng? Bukannya Om Nandar?" Karina menyebut Adnan seperti Nayra memanggilnya."Namaku juga Ayub, tapi Om ganteng memanggilku dengan 'Ganteng'," balasnya tak mau kalah."Oalah jadi ceritanya balas dendam.""Enggak! Ayub nggak dendam," jawabnya polos membuat Karina geleng-geleng."Terserahlah, ayo sarapan!" ajak Karina sambil meraih tangan Ayub dan menariknya