Share

Siapa Wanita Itu?

Author: Syamwiek
last update Last Updated: 2025-07-19 21:43:56

Sesampainya di Jakarta, aku dan Alvaro langsung kembali ke apartemen—kali ini tanpa Rey. Si ganteng kecil itu masih ‘ditahan’ oleh Bunda Zura dan Oma Narumi.

Awalnya aku sempat ragu meninggalkannya di kediaman keluarga Juhar. Aku bahkan sudah bersiap menginap di sana agar bisa mengawasinya, takut kalau dia bosan atau tiba-tiba rewel. Tapi Alvaro tidak ingin menginap. Dia mengajakku pulang dengan alasan ada beberapa berkas penting yang harus dibacanya—dan berkas itu hanya ada di apartemen.

Di perjalanan pulang, Alvaro sempat melirikku sekilas sambil bertanya, “Ada yang mau kamu beli sebelum kita pulang ke apartemen?”

Aku sempat berpikir sejenak, mencoba mengingat isi kulkas. “Kayaknya kita kehabisan udang, terus sayuran hijau juga tinggal sisa bayam yang udah layu.”

Alvaro mengangguk. “Oke. Kita mampir ke supermarket dulu, ya.”

Dia langsung mengarahkan mobilnya keluar dari jalur utama tol dan mengambil arah menuju supermarket. Sinar matahari sore menyusup masuk lewat kaca mobil, m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (4)
goodnovel comment avatar
Rina Damayanti
sang mantan ya.....
goodnovel comment avatar
Kania Putri
alvaro yg dulu mode kanebo kering sekarang udah ketemu pawangnya si alya yang manis kaya gula2 hahaha
goodnovel comment avatar
Kania Putri
siapa itu yang datang jangan bilang itu si nayla yang asli kalo iya sumpah aq muak kesel banget gak tau malu pergi eh tetiba datang kaya jailangkung deh butuh kaca gak sih
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Siapa Wanita Itu?

    Sesampainya di Jakarta, aku dan Alvaro langsung kembali ke apartemen—kali ini tanpa Rey. Si ganteng kecil itu masih ‘ditahan’ oleh Bunda Zura dan Oma Narumi. Awalnya aku sempat ragu meninggalkannya di kediaman keluarga Juhar. Aku bahkan sudah bersiap menginap di sana agar bisa mengawasinya, takut kalau dia bosan atau tiba-tiba rewel. Tapi Alvaro tidak ingin menginap. Dia mengajakku pulang dengan alasan ada beberapa berkas penting yang harus dibacanya—dan berkas itu hanya ada di apartemen. Di perjalanan pulang, Alvaro sempat melirikku sekilas sambil bertanya, “Ada yang mau kamu beli sebelum kita pulang ke apartemen?” Aku sempat berpikir sejenak, mencoba mengingat isi kulkas. “Kayaknya kita kehabisan udang, terus sayuran hijau juga tinggal sisa bayam yang udah layu.” Alvaro mengangguk. “Oke. Kita mampir ke supermarket dulu, ya.” Dia langsung mengarahkan mobilnya keluar dari jalur utama tol dan mengambil arah menuju supermarket. Sinar matahari sore menyusup masuk lewat kaca mobil, m

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Godaan Si Kembar

    "Sepanjang perjalanan pulang ke Jakarta, minibus ini seharusnya jadi tempat beristirahat dengan tenang dan nyaman." Harusnya. Kalau saja El dan Ila tidak duduk di belakang kami— dan tidak kompak menjadi buzzer keluarga dadakan. "Gimana rasanya 'quality time' berdua di ruang ganti?" El bertanya sambil mencondongkan badan ke arah kami. Ila menyikut pelan sambil menyeringai. "Deg-degan, ya? Atau bajunya sekarang udah punya gelar—saksi bisu momen panas di ruang ganti?" Aku mendesah, nyaris menutupi wajah dengan bantal kecil di pangkuanku. “Astaga, kalian berdua bisa diem nggak sih?” Alvaro, yang duduk di sebelahku hanya tertawa ringan. “Mereka emang gitu, Nay. Anggap aja bumbu biar perjalanan nggak ngebosenin.” “Mas Al, tolong bantu jelasin. Aku capek jelasin terus,” gerutuku. “Justru karena kamu jelasin terus, mereka makin semangat menggoda,” balasnya santai sambil bersandar. Ila bersedekap dengan ekspresi pura-pura serius. “Kita kan cuma menyuarakan kekhawatiran,” katanya, se

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Manjanya Alvaro

    Selesai mandi dan berganti pakaian, aku keluar dari kamar mandi sambil mengeringkan rambut dengan handuk kecil. Alvaro masih berbaring di ranjang dengan mata terpejam. "Mas Al, yuk turun dulu. Kamu belum sarapan, kan?" ucapku sambil merapikan beberapa baju di dalam koper. Dia hanya menggeliat malas, lalu menoleh ke arahku. “Nanti dulu, barang-barangku masih berantakan. Aku belum beresin apapun.” Aku mengerutkan kening. “Lho, emang semalam kamu ngapain aja sih?” “Capek, habis nganter kamu pulang langsung tidur,” jawabnya sambil duduk dan menguap lebar. Aku menggeleng pelan, lalu berjalan ke pintu connecting door dan membuka kuncinya. “Aku cek ke kamar kamu, ya.” “Siap-siap kaget,” ucapnya sambil menyandarkan punggung ke sandaran ranjang. Begitu aku masuk ke kamar sebelah, aku langsung terdiam. Mataku menyapu ruangan yang terlihat seperti habis diterjang angin ribut. Baju berserakan di atas koper yang terbuka, kemeja batik lamaran masih tergantung di kepala ranjang, dan handuk te

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Ingat Ada Batasan!

    Ketukan pelan di pintu membuyarkan kantukku. Saat kulirik jam, baru menunjukkan pukul enam pagi. Sinar matahari perlahan menembus celah gorden, menyapa kamar yang masih remang."Mbak Nay, Pak Zain sudah datang," teriak Naren dari luar kamar.Aku langsung terbangun sepenuhnya. Bapak sudah datang? Secepat ini?Kulirik ke samping tempat tidur. Rey masih tertidur pulas, posisinya miring menghadapku dengan rambut yang sedikit berantakan. Wajahnya yang polos saat tidur membuatku tersenyum sejenak sebelum akhirnya bergegas bangun.Setelah mandi dan bersiap, aku keluar kamar menuju ruang makan. Di sana, Bapak sudah duduk di kursi sambil ngobrol dengan Ayah. "Selamat pagi, Bapak," sapaku sambil menunduk sedikit.Bapak tersenyum hangat. "Pagi, Nak Nay. Maaf Bapak mengganggu waktu istirahatmu."Ayah menepuk sandaran sofa. "Duduk, Nay. Bapak mau sarapan dulu di sini sebelum ajak kalian balik ke hotel."Aku mengangguk, lalu duduk di kursi sebelah Ayah. "Rey masih tidur, Pak.""Gapapa, biarkan dia

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   Mie Tek-Tek Jogja

    Setelah seluruh rangkaian acara selesai, para tamu satu per satu mulai berpamitan. Aku akhirnya bisa menarik napas panjang dan duduk sejenak di kursi teras, menikmati ketenangan yang perlahan kembali menyelimuti rumah.Rey sudah tertidur pulas di pelukan Ibu, dan akan menginap di rumahku. Sementara keluarga Juhar—termasuk Alvaro—bersiap kembali ke hotel.Kupikir semuanya akan selesai sampai di sini. Sampai langkah kaki Alvaro terdengar mendekat.“Nay,” panggilnya, membuatku menoleh.Dia sudah tidak mengenakan kemeja batik, tinggal kaos dalaman warna putih. Rambutnya sedikit berantakan tapi tetap mempesona.Aku berdiri. “Mau pulang ke hotel sekarang?”Alvaro menggeleng. “Nggak. Aku lapar. Mau cari mie tek-tek.”Aku mengerutkan dahi. “Mie tek-tek?”Dia mengangguk. “Yang bunyinya ‘tek tek tek’ itu. Dulu pas kecil pernah makan dan sekarang aku pengen makan lagi.”Aku tertawa pelan. “Mas yakin masih lapar? Soalnya tadi aku lihat sempat nambah waktu makan, loh.”Alvaro menyeringai kecil, la

  • Kontrak Cinta Sang Tuan Muda   She Said Yes!

    MC mempersilahkan pihak keluarga laki-laki untuk menyampaikan maksud kedatangan. Suasana menjadi hening— bahkan suara detik jam dinding pun terasa lebih keras. Semua mata tertuju ke arah depan ruangan, di mana Alvaro berdiri berdampingan dengan kedua orang tuanya.Bapak melangkah maju. Suaranya tenang, berwibawa, tapi penuh kehangatan saat mulai bicara,“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.Kami, keluarga besar Juhar dan saya sendiri, Zain Juhar, datang malam ini dengan niat yang baik dan tulus.Kami membawa seorang putra— Alvaro Arsenio Juhar— yang dengan segala hormat memohon izin serta restu dari keluarga Bapak Prasetyo Bawazier dan Amara Bawazier, untuk meminang, Nayla Azzahra Bawazier, sebagai calon istri sekaligus pendamping hidup anak kami— InsyaAllah, untuk selamanya.”Suara isak kecil terdengar dari beberapa tamu perempuan. Ibu menggenggam tanganku, menoleh padaku dengan mata yang mulai berkaca-kaca.MC mengangguk pelan dan mempersilakan Alvaro untuk maju ke depan.Lan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status