Tong....tong....tong....”. malam yang sunyi itu tiba-tiba saja dikejutkan oleh suara pentungan yang membahana di Perguruan Tongkat Dewa, suara pentungan itu jelas saja mengejutkan semua yang ada diperguruan itu, dengan segera mereka keluar untuk mencari tahu apa yang terjadi. Dan dalam sebentar saja semuanya sudah berkumpul dihalaman perguruan, lampu-lampu obor langsung dinyalakan hingga menerangi tempat itu. Terlihat diantaranya Joko Laksono, Ratih Kumala, Jaka Daru, Ayuandira, Gusti Putri Roro Ajeng dan Bintang sendiri.
“Ada apa, siapa yang membunyikan pentungan ?”. tanya Laksono cepat.
“Maaf ketua, ss...saya yang membunyikannya tadi”. ucap seorang pemuda kurus yang berada diantara mereka.
“Kenapa, apakah ada sesuatu yang amat penting hingga kau membunyikan pentungan itu ?”. tanya Laksono lagi dengan mantap.
“Ampun ketua, saat saya tadi sedang meronda, saya mendengar ada suara keributan dikamar raden Rama Anggada, makanya saya kesana untuk melihatny
“Tapi bagaimana kalau kang Bintang menolakku, ah malu sekali aku”. batin Ayuandira lagi semakin bingung. “Tapi paling tidak aku tahu apakah kang Bintang juga memiliki perasaan yang sama terhadapku. Ah, aku harus menanyakan hal itu malam ini juga pada kang Bintang, paling-paling aku malu bila kang Bintang menolaknya daripada harus menanggung perasaan seperti ini terus menerus”. ucap Ayuandira lagi akhirnya memutuskan, dengan perasaan mantap akhirnya Ayuandira melangkahkan kakinya keluar dari kamarnya menuju ke kamar Bintang, tapi begitu sudah berada didepan pintu kamar Bintang, tiba-tba saja Ayuandira mengurungkan niatnya untuk mengetuk pintu kamar itu, entah kenapa Ayuandira merasakan dadanya berdebar keras, ada keraguan dihatinya. “Ah, bagaimana bila benar-benar kang Bintang menolak cintaku, aduh pasti malu sekali aku”. batin Ayuandira lagi, meyakinkan hatinya akan hal itu, Ayuandira membalikkan tubuhnya ingin melangkah pergi, tapi baru beberapa langkah meninggalkan
Sementara itu apa yang dialami oleh Ayuandira tak berbeda jauh dengan apa yang dialami oleh Bintang yang saat itupun juga merasakan getaran yang sama, indah dan menggodanya bibir Ayuandira yang selalu memancing setiap laki-laki yang memandangnya membuat Bintang tak kuasa lagi menahan dirinya, maka Bintangpun akhirnya menundukkan wajahnya.Ayuandira bukanlah gadis bodoh yang tidak tahu harus berbuat apa, melihat Bintang menundukkan wajahnya untuk mencium bibirnya, kedua mata indah milik Ayuandira terlihat terpejam, dan ; “Uffhh......”. kedua bibir itupun bertemu dalam satu lumatan hangat dan sangat indah terasa bagi keduanya.Bintang tak perlu menunggu lama, saat Ayuandira memberikan balasan lumatan hangatnya pada bibirnya, maka saling melumatlah keduanya dalam satu lumatan membara, tenggelam dalam alunan birahi, kedua tangan kekar Bintang tampak meraih tubuh Ayuandira yang padat berisi itu kedalam pelukannya, Ayuandirapun tak mau ketinggalan, dilingkarkanny
Dan semua yang terjadi dibangunan besar itu tak luput dari perhatian dua pasang mata milik dua sosok tubuh yang saat itu tengah bersembunyi diatas sebuah pohon tinggi yang berdaun lebat dan rindang, hingga tubuh keduanya cukup tersembunyi ditempat itu, dan bila melihat lebih dekat ternyata sosok keduanya adalah sosok Bintang dan Putri Kipas Kayangan.“Perguruan Golok Hantu...”. ucap Bintang saat membaca tulisan yang tertera dipintu gerbang, dan ingatan Bintang langsung tertuju pada ki Prabaskara, ketua dari Perguruan Golok Hantu yang pernah bertarung dengannya.“Apakah sahabatku ini ditahan ditempat ini nisanak ?”. tanya Bintang lagi.“Sepertinya begitu ? aku mendapatkan informasi ini dapat seseorang yang amat kupercaya ?”. ucap Putri Kipas Kayangan tanpa menoleh. Sejenak Bintang kembali menatap kearah bangunan tersebut dimana penjagaannya benar-benar sangat ketat.“Sepertinya tidak mungkin kita bisa menyidik keda
Diruangan itu Bintang dan Putri Kipas Kayangan dapat melihat sebuah pertemuan yang telah dihadiri oleh beberapa orang, diantaranya adalah Ki Prabaskara sendiri, sesaat Bintang melihat kearah kelima sosok yang ada bersama Ki Prabaskara dan disini wajah Bintang berubah.“Pasti mereka berasal dari Perkumpulan Pengemis”. batin Bintang lagi saat melihat pakaian yang dikenakan oleh kelima sosok tersebut.“Aku sudah mendapatkan orang yang kalian cari, aku harap kalian bisa menempati janji kalian”. ucap ki Prabaskara lagi pada kelima orang sosok pengemis yang ada dihadapannya.“Kami orang-orang Perkumpulan Pengemis tak pernah ingkar janji, aku sudah siapkan perjanjian tertulisnya agar kau tidak meragukan kesungguhan kami”. ucap salah seorang dari kelimanya lagi seraya mengeluarkan sebuah gulungan surat dari balik pakaiannya, dan gulungan surat itu segera diberikannya kepada ki Prabaskara yang langsung menerimanya dan membacanya.
Maka bersama tawanannya, Bintang dan Putri Kipas Kayangan segera dibawa masuk kedalam bangunan besar itu, untunglah didalam bangunan tidak ada penjagaan sedikitpun, dan mereka berjalan menuju kesebuah lorong yang cukup panjang dan saat mencapai pintu lorong, langkah mereka berhenti.“Kenapa berhenti. ?”.“Orang yang tuan cari ada diujung lorong dibalik pintu ini......”.“Lalu kenapa kau berhenti ?”. tanya Putri Kipas Kayangan lagi.“Didalam sana guru telah menyiapkan banyak jebakan, selain guru dan kakang Dayungkara tidak ada seorangpun yang bisa memasukinya”. ucapnya lagi menjelaskannya, maka ;“Dugg...akhh.....”. satu hentakan kecil menghantam tengkuknya dan langsung membuatnya pingsan, rupanya Bintang yang melakukan hal itu.“Nisanak, sebaiknya aku saja yang masuk kesana sendiri”. Ucap Bintang lagi.“Tidak, aku tak mau tinggal disini sendiri, aku akan iku
“Duuarrr......akhhh......”. tapi hasilnya sungguh mengejutkan sekali, bukannya jeruji besi itu yang hancur, tapi justru Putri Kipas Kayangan yang terpekik saat merasakan tenaganya terpental balik menghantam dirinya sendiri hingga membuat tubuhnya terpental cukup deras kebelakang, untung saja dia masih bisa mengendalikan gerak jatuh tubuhnya hingga tubuhnya tak sampai menghantam dinding lorong itu.“Jangan memaksakan dirimu nisanak, jeruji ini terlalu kokoh untuk dihancurkan”. ucap Bintang lagi memperingatkan.“Tapi aku tidak akan meninggalkan kakang sendirian”. ucap Putri Kipas Kayangan lagi terlihat cemas.“Mereka disini ! mereka disini!!”. Bintang berpaling kearah asal suara, dimana suara-suara itu semakin mendekat.“Cepat tinggalkan tempat ini sebelum terlambat nisanak”. ucap Bintang lagi cepat.“Tidak, aku tidak akan pergi, akan kuhadapi mereka”. ucap Putri Kipas Kayangan t
“Ki Prabaskara, apakah benar laporan yang kau buat ini ?”. tanya Gusti Prabu Anggoro Putro lagi.“Benar gusti”. jawab ki Prabaskara singkat. Gusti Prabu Anggoro Putro terlihat kembali menatap kearah Bintang.“Siapa namamu ?”“Bintang gusti”“Bintang, apakah benar apa yang dituduhkan oleh ki Prabaskara kalau kau telah menyusup dan membuat kekacauan di perguruannya”.“Ampunkan hamba gusti, tapi apa yang dituduhkan oleh Ki Prabaskara itu tidak sepenuhnya benar ?”. ucap Bintang lagi.“Kalau begitu silahkan kau jelaskan padaku kenapa kau bisa diperguruan ki Prabaskara ?”. ucap Gusti Prabu Anggoro Putro lagi, dan Bintang terlihat menarik napas panjang, dan ;“Hamba pergi ke perguruan Golok Hantu karena ingin mencari teman hamba yang telah diculik oleh orang yang tak dikenal beberapa malam yang lalu gusti. Dan hamba mendapatkan informasi daris seseorang
“Bagaimana kabar Romomu Laksono ?”“Romo baik-baik saja gusti, maaf Romo tidak bisa datang, Romo hanya menitipkan salam kepada Gusti Prabu .....”. ucap Laksono lagi.“Sampaikan salam hormat saya kepada beliau Laksono”. ucap Gusti Prabu Anggoro Putro lagi.“Ada gerangan apa kedatanganmu kemari Laksono, pasti ada sesuatu yang amat penting”. ucap Gusti Prabu Anggoro Putro lagi.“Benar gusti, kedatangan saya kemari adalah membawakan bukti dan saksi atas apa yang diutarakan oleh Bintang tadi kepada gusti.....”. ucap Laksono lagi hingga membuat wajah Gusti Prabu Anggoro Putro terlihat berubah, bahkan yang paling terkejut adalah ki Prabaskara sendiri, wajahnya kian memucat saat melihat Laksono terlihat mengeluarkan sebuah gulungan surat dan menyerahkannya kepada Gusti Prabu Anggoro Putro.“Surat itu...”. batin ki Prabaskara dengan wajah berubah.Wajah Gusti Prabu Anggoro Putro