Fajar, kakak Asti, terus saja mengumpat kesal atas perlakuan Bayu. Andai saja dia tidak mengirim pesan, mana tahu jika sang adik sedang meratapi rumah tangga nya yang kandas.
Seperti biasa, pria berjambang itu sebulan sekali akan datang untuk mengecek pabrik di Jakarta. Namun, tidak biasa, dia teringat sang adik. Benar dugaannya, cobaan sedang dialami Asti.
"Kamu nggak bisa gegabah begitu saja. Kamu pikir ini permainan anak-anak. Bayu juga, seenak pikirannya menalak kamu. Panggil dia ke sini, atau Mas yang ke sana."
"Mas, jangan. Ini Asti yang mau, Mas. Jangan memperkeruh keadaan."
Asti tidak ingin membuat masalah dengan sang kakak. Namun, Fajar bersikeras mau bertemu dengan Bayu.
"Asti, jangan buat Ibu sama Bapak cemas. Mas mau menyelesaikan masalah kamu dengan Bayu. Kalau kalian memang akan berpisah, tidak seperti ini. Kamu juga, bukan pulang ke rumah, malah ngontrak. Kalau ada apa-apa siapa yang mau tanggungjawab?"
Fajar terus
Setelah membuat Mawar khawatir karena tidak pulang semalam, Bayu datang memberikan kejutan. Pria itu datang bersama dengan Asti. Hampir saja bola mata Mawar keluar sangking terkejutnya.Bayu mengerti kedatangan Asti membuat Mawar dan sang ibu heran. Perlahan dia mencoba menjelaskannya."Aku khilaf kemarin saat menalak Asti. Jadi, aku memutuskan untuk rujuk. Semalam aku ke rumah Asti bersama Ayumi dan Papa."Rahayu langsung melirik sang suami. Sementara, Mawar menatap tidak suka pada Ayumi. Semalam Mawar bertanya pada gadis itu, tetapi Ayumi malah menghinanya.Sebuah pembalasan kini ada di kepala Mawar. Belum lagi melihat Asti tersenyum penuh kemenangan. Dirinya tidak bisa terima jika Asti kini kembali menjadi istri Bayu."Aa, kenapa nggak bertanya sama Mawar? Dia menghina Aa mandul, untuk apa Aa kembali sama dia?" Mawar mencoba menjelekkan Asti."Mawar, kamu nggak mencerna ucapan aku? Aku menyesal mentalak Asti. Untuk apa a
Mawar pandai bersandiwara, setelah diberi obat oleh dokter, ia sudah tidak mual-mual lagi. Akan tetapi, nafsu makannya kini bertambah.Terkadang saat malam, ia sibuk memilih makanan di ponsel dan memesan online. Asti mulai curiga, tetapi ia tidak mengerti salahnya di mana.Dua bulan berlalu, Mawar sama sekali tidak merasakan mual atau lemas dalam hamil muda. Ia malah terlihat segar. Rahayu mengelus dada karena tidak perlu mencemaskan kehamilan Mawar.Namun, yang ia cemaskan adalah Asti. Ia takut kalau menantunya membuat Mawar lelah dan berefek pada kandungannya.Rahayu sudah merencanakan sesuatu, ia sudah menghitung tanggalan. Semuanya akan berjalan sesuai dengan perhitungan wanita tua itu.Sengaja ia meminta Mawar untuk merasakan mual. Saat mereka semua di meja makan, Asti menatap cemas.'Mawar mual-mual? Apa dia hamil? Ya Allah, bagaimana kalau dia hamil? Apa Mas Bayu lebih sayang padanya?' Gumam Asti dalam hati."
"Kamu serius, Yum?" Netra Asti membulat mendengar penuturan adik iparnya."Aku serius, Teh. Kalau beneran hamil nggak masalah, tapi malah nggak mau ke rumah sakit.""Kemarin beneran tespacknya. Kan, dari kamar mandi.""Mungkin benar, tapi siapa tahu hamilnya bukan sama Aa."Ayumi mencoba berspekulasi, kehamilan Mawar yang dinilainya tidak wajar karena tidak menutup kemungkinan hamil bohongan atau hamil bukan anak Bayu.Asti menjadi ragu. Ia menghentikan tangisnya. Wanita itu mencoba berpikir untuk apa menangis kalau dirinya bisa melakukan apa pun sesuka hati pada Mawar."Kita ajak dia ke rumah sakit gitu? Pergoki kehamilannya berapa Minggu?""Nggak usah, Yum. Kita kerjain aja dia sampai bosan. Pasti dia senang liat Teteh nangis." Asti merasa kesal mengingat kejadian di ruang makan. Wajah polos, tapi banyak dosa Mawar membuatnya tidak bernafsu makan."Terus gimana?" Ayumi kembali bertanya."Seperti biasa aja."
"Maaf, Pa." Mawar terdiam setelah mendengar ucapan ayah mertuanya. Dia takut jika benar-benar diusir dari rumah.Ruang makan menjadi tenang setelah Mawar berhenti merengek. Masakan buatan Asti memang enak. Wajar saat itu Bayu memuji masakan sang istri.Mawar mengerucutkan bibir. Rasanya tidak terima dengan pujian suaminya pada kakak madunya. Ia memakan nasi goreng perlahan, sejujurnya memang enak. Akan tetapi, ia tidak mau mengakuinya.Setelah Bayu dan ayahnya pergi, Mawar pun ikut beranjak ke kamar. Namun, baru saja selangkah maju, tubuhnya dihalang oleh Asti."Aku sudah memasak, nih, kamu bersihkan. Aku mau ke pasar, membeli beberapa sayur untuk makan siang."Asti memberikan pel, sapu dan semprotan untuk pembersih meja. Sekaligus menyuruh Mawar mencuci piring. Dengan senyum, Asti melengang ke luar.Saat bersitatap dengan Rahayu, ia menyunggingkan senyum. "Mi, bagi-bagi tugas. Aku masak, dia merapihkan sisa makanan. Dari pada ma
"Kamu sedang menghindari seseorang?"Ayumi terus mendesak Mawar. Melihat gelagat tidak mengenakan dari adik iparnya, gegas wanita itu cepat beranjak dari tempatnya.Ayumi mendengkus kesal. Mawar begitu saja pergi tanpa menjawab semua pertanyaannya. Untuk apa pikirnya istri kakaknya berada di counter hape.Gadis itu kembali melangkah menuju rumah. Sesampainya Ayumi, ia cepat menghampiri Asti dan bercerita kejadian tadi."Aku sih, nggak denger apa-apa, Yum.""Sekarang pokoknya Teteh harus extra perhatiin dia. Kali aja ada gelagat tidak benar, dan bisa buat kunci kita mengusir dia.""Siapa yang mau kalian usir?"Asti dan Ayumi menoleh ke arah suara. Bayu sudah berdiri meminta jawaban mereka. Sempat gelagapan, tetapi Asti mencoba tenang."Kucing, Aa. Soalnya itu, dia masuk terus. Ikan Asti dicolong sama dia.""Emang nggak ditutup pintunya?""Asti lupa, sangking sibuk masak buat Aa. Hayuk atuh, kita ke kama
Mendengar perintah Bayu, Mawar segera berganti pakaian. Ia panik dengan apa yang akan terjadi nanti di sana. Kecemasan melanda saat tiba-tiba Bayu mengajaknya ke Dokter Kandungan.Bayu sudah menunggu di dalam mobil. Asti dan Ayumi saling pandang, ingin sekali mereka ikut ke dokter untuk memastikan kondisi kandungan Mawar.Akan tetapi, pasti Mawar akan mencari alasan untuk menolak. Sebab, ia tidak akan mau jika mereka ikut ke Dokter Kandungan.Mawar gegas masuk ke mobil. Tidak lama Bayu mengemudikan ke luar halaman."Mas, perutku sudah mendingan. Bagaimana kalau kita makan saja di luar?"Bayu mengernyitkan dahi. Pria itu berpikir kenapa malah berganti haluan. Niat untuk ke Dokter Kandungan malah mengajak dirinya makan."Mawar, ini sudah hampir malam. Kalau nanti tengah malam kamu kenapa-napa, aku yang repot." Bayu mengingatkan."Sudah baikkan, kok, Mas. Kayanya aku lapar saja, makanya agak sakit.""Kamu aneh, masa ng
Setelah pulang, Bayu segera masuk ke kamar Asti, tanpa berpamitan dengan Mawar. Pria itu terlanjur kesal dengan ulah istri keduanya. Bayu berganti pakaian, lalu salat, kemudian merebahkan diri di samping Asti."Aa, kenapa, kok suntuk?" tanya Asti.Bayu membalikkan badan ke arah Asti, hingga mereka saling bertatap. "Gimana Aa nggak sebel, Mawar bilang sakit perut, ya udah ayo, Aa anter ke dokter. Di jalan tiba-tiba katanya udah nggak sakit, bilang laper. Ngajak makan, eh, Aa tinggal ke toilet, Mawar ngilang."Asti mengerutkan kening. Wanita itu berpikir mengapa Mawar selalu menunda ke rumah sakit saat Aa Bayu mau mengantarnya?"Sabar, ya, Aa.""Aa kesel, Ti."Asti memeluk sang suami agar mereda emosinya. Lagi, Asti kembali memikirkan alasan Mawar. Sepertinya dia harus mencari tahu semuanya.Tidak lama Bayu tertidur pulas dan mulai mendengkur. Segera Asti mengambil ponsel untuk mengirim pesan pada Ayumi.[Yum, sudah tidur, blum?]
Asti berpikir keras bagaimana caranya untuk mengajak Bayu untuk ke Dokter Kandungan. Tidak mungkin dia bilang kalau mau cek kesuburan Bayu karena nyatanya Mawar bisa hamil anak sang suami.Kecurigaan Asti semakin menjadi, saat Mawar terlihat sudah bersiap untuk pergi. Wanita hamil yang mengaku keram perut kemarin terlihat sangat sehat berjalan."Yum, aku mau ikutin Mawar. Kamu di rumah saja, gimana?" Aku meminta saran pada Ayumi yang sedang makan."Nggak apa-apa kalau sendiri?" tanya Ayumi memastikan."Tenang aja. Aku bisa, kok. Untungnya aku sudah rapi, kalau Mas Bayu pulang, bilang saja aku lagi ke swalayan.""Sip."Gegas Asti mengikuti Mawar. Namun, ia harus menjaga jarak agar tidak mencolong oleh wanita itu. Segera ia menutup wajah dengan masker setelah ojek datang.Asti meminta tukang ojek mengikuti kemana taxi online itu pergi. Sempat mereka kehilangan jejak, tapi kembali terlihat taxi yang ditumpangi Mawar.Taxi itu berh