Share

bab 7

HASUTAN MAMA FATMA

🍒🍒🍒

"Rian telpon,"Bunda berkata sambil mengoles bibir dengan pewarna khusus, tanpa menoleh kearahku.

"Apa ada hal penting?"

Aku duduk ditepi ranjang menunggu Bunda selesai merias diri.

"Tidak, hanya menanyakan kita sedang ada dimana, mungkin dia merindukanmu," kata Bunda sambil terkekeh, Bunda bukan hanya sekedar sosok Ibu bagiku, bersamanya juga terkadang berasa seperti bersama sahabat.

"Sini Bunda bantu make over." Bunda mendekat kearahku, menarik tanganku untuk duduk dimeja rias.

"Tidak usah, Ana bisa sendiri," Tolakku, jika Bunda yang beraksi sudah pasti penampilanku seperti ondel-ondel.

Aku tidak suka make up berlebihan, aku lebih suka yang sederhana dengan polesan sedikit bedak juga lipe ice agar tidak terlihat pucat.

Berbeda dengan Bunda yang masih suka memakai segala jenis make up, katanya supaya ayah betah memandang.

Padahal apapun keadaan Bunda akan selalu terlihat cantik dimata Ayah.

"Mau kemana?" Bunda bertanya saat aku sudah selesai dengan ritualku.

"Kemana aja yang penting jalan." Aku melangkah keluar, diikuti bunda dibelakangku.

🍒🍒🍒

POV AUTHOR

🍒🍒🍒

Sementara dikediaman Rian, ia sedang gelisah sendiri, mondar mandir seperti setrikaan.

"Mas duduklah aku pusing melihatnya!" Kata Sarah dengan ketus, bagaimana tidak, setelah kepergian Ana, Rian tidak bisa tenang, ia khawatir Ana akan menceritakan tentang Sarah kepada wanita yang ia sebut Mertua.

"Tidak usah dilihat!" Jawab Rian acuh.

"Rian! bersikaplah lembut kepada Sarah, dia istrimu dan sedang mengandung cucu mama!" Fatma yang baru datang dari arah dapur duduk disamping Sarah.

"Biarkan saja Ana pergi, akan lebih baik jika tidak kembali," Fatma melanjutkan kalimatnya lagi.

Ia mengelus lembut perut Sarah, menganggap bahwa yang dikandung Sarah memang benar-benar cucunya.

"Dan kita akan menjadi gembel!" Rian tidak tau dengan jalan pikiran Ibunya, jika Ana tidak pulang sudah pasti mereka akan kehilangan semuanya, Aset yang Rian miliki semua atas nama Ana.

Sebenarnya bagi Rian bukanlah takut kehilangan harta, ia justru lebih takut kehilangan sosok istri seperti Ana.

"Makanya kamu jadi lelaki jangan bodoh!" Fatma berusaha mempengaruhi anak lelakinya.

"Maksud mama apa?" Tanya Rian, kini dirinya ikut duduk namun Rian lebih memilih duduk dilantai.

"Kamu harus bisa membujuk Ana supaya mau menjadikanmu direktur dan mengatasnamakan perusahaan atas namamu," Bagi Fatma semua halal asal bisa mendapatkan kekayaan dengan cara instan, ia tidak ingin hidup miskin namun juga tidak mau hidup bersama malaikat penyelamatnya.

"Dan mama kira aku kan melakukannya?" tanya Rian angkuh, sekarang Rian paham dipikiran Mamanya hanya ada uang dan uang, Mamanya tidak mau peduli darimana asalnya.

"Kamu harus melakukannya kalau ingin kehidupan kita lebih baik!"

"Benar kata Mama mas, kamu harus bisa membujuk Ana supaya mau menyerahkan perusahaan atas namamu, setelah itu kita bisa menikah dan membesarkan anak kita bersama-sama" Sarah ikut mencoba mempengaruhi akal sehat Rian.

"Diamlah! aku tidak butuh pendapatmu," meski berkata lembut, namun penuh penekanan, membuat wajah sarah memerah menahan marah.

"Rian, jangan seperti itu kepada Sarah, dia sedang hamil, mama tidak mau terjadi sesuatu kepada cucu Mama karena Emosi Ibunya tidak stabil."

Fatma tidak terima dengan penolakan Rian atas saran dari Sarah.

"Lagian mama setuju dengan pendapat dari Sarah, kamu harus bisa membuat perusahaan itu atas namamu, lalu nikahi Sarah secara resmi, dan wanita mandul itu buang sejauh-jauhnya."

Fatma sudah bisa bayangkan jika perusahaan itu jatuh ketangan anaknya, maka kehidupan mewah besannya akan menjadi miliknya, diam-diam selama ini Fatma selalu iri dengan kehidupan Lisa.

Fatma bermimpi suatu saat bisa mengalahkan Lisa dari segi materi, dan jalan satu-satunya adalah merebut perusahaan milik suami Lisa.

"Aku tidak akan melakukan hal kotor seperti itu," Rian berkata dengan lesu, sebelumnya kehidupannya sangat baik, tidak pernah ada masalah, Ana juga sangat menghormatinya juga menghargai Ibunya, meskipun bisa dibilang mereka hanya numpang hidup pada Ana, namun Ana tidak pernah mempermasalahkan soal itu.

"Jangan jadi anak durhaka kamu!" Selalu seperti itu yang menjadi senjatanya, jika Rian tidak mau menuruti perintah Fatma.

"Ma, tolonglah biarkan semua mengalir apa adanya,"

"Kenapa kamu begitu mencintai wanita mandul itu?" bentak Fatma.

"Cinta tidak butuh alasan ma, yang pasti aku tidak ingin kehilangan istriku."

"Bodoh!" Bentak Fatma

Sedangkan sarah yang mendengar kalimat Rian semakin meradang, ia ingin segera menyingkirkan Ana sebelum Ana membongkar tentang jati dirinya yang sebenarnya.

"Aku kekamar dulu!" Rian memilih beranjak, Tidak ingin berlama-lama menghadapi Sarah juga Fatma.

"Rian kenapa kamu tidak pernah menemani Sarah tidur? kamu sebagai lelaki harus adil, sesering apapun kamu meniduri Ana, dia tidak akan pernah hamil," Fatma masih berusaha meracuni pikiran Anaknya.

Sedangkan Rian yang hendak menapaki tangga mengurungkan niatnya. Ia berbalik menghadap Fatma juga Sarah, menatap mereka secara bergantian.

"Hanya sedang memastikan sesuatu".

Kaugnay na kabanata

Pinakabagong kabanata

DMCA.com Protection Status