Sekitar jam sepuluh malam Airin, Fey, Niko dan Bu Novi tiba di villa milik orang tua Airin."Tante, ini villa milik papa, malam ini kita nginap di sini dulu. Besok pagi baru deh kita ke Jakarta," ucap Airin begitu mobil berhenti di depan villa itu."Wah, villa nya bagus banget," ucap Bu Novi kagum."Ah ini biasa aja kok, Tante. Malah papa punya yang lebih bagus lagi di puncak sama di Bali," ucap Airin sengaja."Nanti ajak Tante kesana yah," ucap Bu Novi kemudian turun dari mobil.Fey dan Pak supir ikut turun setelah Bu Novi, sementara Niko dan Airin masih di dalam mobil. Niko yang duduk di kursi depan berbalik menatap Airin."Airin, mulai saat ini aku akan selalu ada untuk kamu," ucap Niko tersenyum.Airin memutar bola matanya dengan malas."Udah deh, Nik, jangan banyak omong kamu," ucap Airin hendak membuka pintu mobil namun, Niko menahan tangannya."Lepasin! ingat, Nik, aku ini masih istri orang," ucap Airin dengan mata melotot.Niko melepas pegangannya di tangan Airin."Aku yakin,
"Kamu punya teman yang bisa cari tahu siapa pemilik nomor ini?" tanya Airin."Tunggu, coba aku lihat nomornya, sepertinya aku kenal nomor ini," jawab Fey.Fey mengambil ponsel Airin dan memperhatikan dengan seksama nomor misterius itu."Ini kayak nomornya Sendy," gumam Fey lalu mengambil ponselnya yang tergeletak di atas ranjang.Fey mencari nomor Sendy di ponselnya kemudian mencocokkan dengan nomor misterius yang mengirimkan pesan pada Airin.Mulut Fey berbentuk huruf O sementara matanya membulat sempurna."Rin, ini nomor Sendy," ucap Fey kemudian."Sendy? Kamu kenal dia?" tanya Airin."Iya, aku kenal," jawab Fey."Siapa dia?" tanya Fey."Dia teman SMA ku, Rin, dia yang punya bengkel mobil tempat kamu sering servis mobil," jawab Fey."Tapi kok bisa dia kirimin kamu foto dan video seperti ini?" tanya Fey."Aku juga nggak tahu, sepertinya dia tahu banyak deh tentang Mas Alan, aku harus ketemu dia Fey," ucap Airin menatap Fey."Okay, nanti di Jakarta aku akan atur pertemuan kamu sama di
"Mas Alan, Mas Alan, jam segini baru mau ke kantor, selama menikah dengan Nuri kinerjanya menurun. Dia pikir bisa bertahan kalau kinerjanya terus menurun, jangan mimpi deh karena aku sendiri yang akan menendangnya keluar dark perusahaan," ucap Airin melihat jam tangan branded yang melingkar di pergelangan tangan kanannya dan jam menunjukkan pukul sepuluh.Tanpa membuang waktu lagi Airin berangkat ke kantor dengan mengendarai mobil terbaru keluaran Eropa. Pagi tadi ia meminta orang untuk mengantarkan mobil itu ke rumahnya.Dengan setelan kantor yang terlihat sangat elegan, tas branded asal Paris tergenggam dengan erat di tangan kanannya, heels setinggi lima sentimeter menghiasi kaki jenjangnya yang berwarna hitam senada dengan blus yang dikenakannya. Jangan lupakan kacamata hitam yang pastinya bermerek bertengger indah di hidungnya yang bangir. Airin melangkah dengan sangat elegan memasuki gedung kantornya yang berjumlah lima belas lantai itu.Yah, hari ini Airin resmi jadi CEO di kant
Airin menyuruh orang untuk menghias bagian halaman belakang rumahnya untuk tempat makan malam nanti. Selain itu ia juga memesan makanan dari restoran berbintang.Jam lima sore semua sudah selesai, Airin sangat puas melihat halaman belakang rumahnya setelah di hias. Meja makan bundar untuk enam orang di dekat kolam renang. Pot bunga yang berisikan bunga-bunga cantik di letakkan berjejer di dekat kolam. Lampu-lampu taman juga menghiasi dan di tengah meja dipasang lampu kristal untuk menerangi mereka makan.Setelah puas melihat halaman belakang rumahnya yang sudah di hias, Airin bergegas untuk ke salon juga butik. Malam ini dia akan tampil dengan sempurna di depan Alan, Nuri, Bu Sarti dan juga Bu Novi.Airin mendatangi butik terlebih dahulu ia memilih midi dress berwarna glam maroon, yang bagian bawahnya melebar dan panjang selutut. Setelah memilih dress, Airin menuju salon langganan nya. Ia meminta di dandani senatural mungkin.Tiga puluh menit berlalu, Airin selesai didandani. Ia kemu
Airin tersenyum manis saat membuka pintu, sementara Alan dan Nuri terlihat sangat shock. Mulut Nuri membulat berbentuk huruf O. Ia sangat terkejut melihat ibunya berada di rumah Airin."Ma...Mama," ucap Nuri tergagap.Bu Novi sangat senang melihat putrinya, ia kemudian menghambur memeluk Nuri."Sayang, Mama kangen banget sama kamu," ucap Bu Novi memeluk Nuri dengan penuh haru.Alan menatap Airin seolah meminta penjelasan dari semua ini."Tante, sudah dulu dong peluk-pelukannya, kita langsung ke belakang aja yuk, makan malamnya sudah siap dari tadi," ucap Airin kemudian.Bu Novi melepas pelukannya pada Nuri dan menghapus air mata di pipinya. Yah, Bu Novi menangis terharu karena akhirnya bisa bertemu dengan Nuri. Airin berjalan lebih dulu ke halaman belakang diikuti oleh Alan, Nuri, Bu Novi dan Bu Sarti."Silahkan duduk, Tante, Nuri dan Pak Alan," ucap Airin tersenyum seolah-olah tidak terjadi apa-apa antara dirinya dan Alan juga Nuri.Alan, Nuri dan Bu Sarti tidak bisa berkata apa-apa
Nuri tidak bisa makan dengan tenang, melihat wajah Alan dan Bu Sarti yang berubah datar setelah dari toilet.'Apa yang dilakukan Airin ke Mas Alan dan ibu,' batin Nuri bertanya-tanya."Ibu kayaknya nggak enak badan deh, Lan, sebaiknya kita pulang," ucap Bu Sarti."Loh, kenapa Tante? Sakit? Mau saya panggilkan dokter?" tanya Airin dengan tatapan mengejek."Ti...tidak usah, saya pulang saja," ucap Bu Sarti."Ayo, Alan, Nuri. Kita pulang sekarang," ajak Bu Sarti sekali lagi."Nuri, Mama ikut ke rumah kamu yah," ucap Bu Novi."Iya, Ma," jawab Nuri tersenyum.Mereka kemudian meninggalkan rumah Airin. Kini tinggal lah Niko dan Airin di sana."Kenapa masih di sini?" tanya Airin ketus."Masih mau berduaan sama kamu," ucap Niko nyengir."Pulang," usir Airin."Ya elah jutek banget sih, udah dibantuin juga," jawab Niko."Lihat jam, sudah setengah sepuluh, nanti jadi fitnah," ucap Airin."Okay, aku pulang," ucap Niko akhirnya menyerah.Sementara itu di perjalanan, Bu Novi meminta Alan ke hotel te
Alan pulang ke rumah dengan hati senang, kini ia tahu caranya untuk membalas Airin. Alan tidak perlu susah payah lagi berkerja di kantor itu, ia berencana untuk mengundurkan diri."Kalau begini kan, aku bisa dapat duit banyak tanpa harus susah payah kerja dan memohon pada Airin. Lihat saja Airin, aku akan membalasmu, sampai kamu memohon di depanku," ucap Alan kemudian ia masuk ke dalam rumah."Loh, Lan, Nuri mana? itu duit dari mana?" tanya Bu Sarti yang masih menonton televisi di ruang tengah."Ini, untuk ibu," ucap Alan menyerahkan sepuluh lembar uang seratusan ke ibunya.Dengan senang hati Bu Sarti menerima uang itu."Ini, uang dari mana?" tanya Bu Sarti."Terus Nuri sama ibunya mana?" tanya Bu Sarti lagi."Ibunya Nuri nggak tahu kemana, tadi dia pergi, kayaknya nggak suka di sini," jawab Alan asal kemudian duduk di sofa."Terus, Nuri, mana?" tanya Bu Sarti.Alan menatap ibunya dengan serius."Uang yang aku kasih ke ibu hasil dari menjual, Nuri," ucap Alan santai."Apa?" ucap Bu Sa
"Jangan bercanda, Nuri," ucap Alan tidak percaya dengan apa yang dikatakan Nuri."Kamu hampir saja membuatku jantungan tadi," ucap Alan lagi."Haha, kalau itu aku memang sengaja ingin mengerjai kamu, Mas," jawab Nuri tertawa."Aku pikir, semalam kamu yang menghabisi mereka semua, kupikir itu bagian dari rencanamu," ucap Nuri lagi sambil menatap Alan.Alan semakin bingung dengan perkataan Nuri barusan."Maksud kamu ada orang yang datang dan membunuh mereka semua?" tanya Alan dengan pandangan serius."Iya, saat Om Wisnu akan menjamah tubuhku, tiba-tiba seseorang yang mengenakan pakaian hitam dan memakai topeng datang kemudian menarik Om Wisnu dari atas tubuhku setelah itu aku tidak ingat apa-apa lagi. Pas subuh, aku bangun dalam keadaan memakai selimut, aku heran kenapa sepi. Saat aku mencari keluar dan membuka pintu kamar satu-satu, aku menemukan Om Wisnu dan anak buahnya dalam keadaan tidak bernapas dan bersimbah darah," jelas Nuri.Alan berpikir keras mencoba menerka-nerka siapa oran