Share

Gendis 4

last update Last Updated: 2025-11-05 20:48:01

Tagihan uang biaya perawatan Ayu jelas tidak main-main. Reyhan pusing dengan keadaan ini. Adam--sang adik ipar saat ini masih menjalani pemeriksaan di kantor polisi. Gendis ternyata tidak main-main saat ini, laporan itu benar-benar dibuat.

"Pak, mohon ditandatangani, semua biaya sudah dibayarkan." Seorang perawat membuyarkan lamunan Reyhan yang sejak tadi memilih duduk di luar kamar rawat inap sang adik. "Janin dan ibunya berhasil selamat," kata perawat itu sambil menyerahkan map yang berisi jumlah tagihan milik Ayu.

"Mbak... ini siapa yang bayar?" tanya Reyhan sambil menatap ke arah perawat cantik itu.

"Wah... kalo itu saya tidak tahu. Ini dari pihak administrasi hanya meminta saya untuk menyerahkan bukti tanda sudah lunas saja sebelum Bu Gendis pulang sore ini," kata perawat itu ramah.

"Oh, gitu? Baik. Terima kasih, Mbak. Mbak, saya boleh minta nomor ponsel? Siapa tahu ada yang adik saya butuhkan." Reyhan masih saja tebar pesona saat ini.

"Boleh, Pak." Perawat itu menyerahkan tiga belas digit nomor ponsel.

Reyhan lantas mengetikkan pada ponsel. Ia mengucapkan terima kasih dengan sopan. Ah, ya, seliar itu ternyata fantasi Reyhan. Laki-laki tidak bersyukur itu masih saja mencari mangsa.

"Han... gimana? Udah dapet uang dari Gendis?" tanya Bu Rusmi yang saat ini panik karena tagihan rumah sakit luar biasa besar.

"Udah dibayar," kata Reyhan sambil menunjukkan salinan bukti pembayaran dari bagian administrasi rumah sakit ini.

Bu Rusmi membaca dengan seksama tulisan yang ada pada kertas itu. Benar, ada cap tanda lunas dari bagian administrasi rumah sakit. Wanita paruh baya itu tampak sangat lega. Setidaknya, tidak sampai menjual perhiasan yang didapatkan dari membujuk Gendis dulu.

"Han... mending kamu minta maaf sama Gendis. Trus janji nggak ngulang lagi. Dia pasti luluh. Gendis itu cinta mati loh sama kamu," kata Bu Rusmi memberikan nasihat.

"Ibu nggak lihat apa kemarin, dia aja berani nginjak harga diriku sebagai suami loh di depan banyak orang," tolak Reyhan yang tidak paham bagaimana isi otak sang ibu.

"Han... sesekali kita emang harus merendah untuk mendapatkan ikan yang besar. Coba deh, kamu lihat usaha Gendis. Per bulan aja dia dapat milyaran dari semua usaha dia. Kamu cuma dapat lima belas persennya bukan?" Bu Rusmi kali ini menggunakan otak liciknya. "Kamu tunjukkan bahwa kamu berubah. Masalah kemarin, masalah perselingkuhan itu, bilang saja pihak perempuan yang gatal," lanjutnya seolah tidak akan membuat masalah di masa yang akan datang.

Reyhan memikirkan setiap kata yang keluar dari mulut sang ibu. Ide briliant! Mengapa tidak terpikirkan dari kemarin? Reyhan bahkan tidak bisa berpikir sama sekali karena telah dipermalukan oleh sang istri.

"Han... nggak cuma kamu yang untung. Suami dua adik kamu juga masih bisa kerja di tempat Gendis. Mau cari kerjaan di mana lagi yang senyaman punya Gendis?" Bu Rusmi masih berusaha mempengaruhi sang anak.

"Nanti aku pikirkan lagi," kata Reyhan yang sejak tadi menatap ke arah ponsel.

Ya, Reyhan langsung menghubungi nomor perawat itu. Salah satu trik lama yang dipakai Reyhan. Langsung menghubungi secara intens lalu menghilang beberapa hari dengan alasan ada pekerjaan mendadak. Cara basi, tetapi lumayan sukses untuk memperdaya perempuan.

Sementara itu, Gendis sedang berbicara dengan pengacara yang disewanya. Sang pengacara, Ariyanto cs menyarankan agar Gendis fokus mencari barang bukti. Yang dihadapi adalah Reyhan dengan segala kelicikannya. Ari--sapaan akrab sang pengacara juga tahu detail bagaimana sifat Reyhan dan keluarganya.

"Ndis, kamu itu harus santai. Mainkan strategi dulu. Reyhan nggak akan mungkin mau langsung tanda tangan. Takutnya, dia minta harta gono-gini dengan jumlah tidak wajar. Ingat, selama lima tahun ini, dia juga ikut bekerja. Ya, kita tahulah, dia kerja sebagai pencitraan saja supaya dianggap sebagai suami dan ayah yang bertanggungjawab pada keluarga." Ari menjelaskan detail saat ini. "Kamu ikuti saja dulu maunya dia. Kami akan berusaha membantu," lanjutnya sambil meyakinkan Gendis.

"Aku udah jijik, Mas. Dia dan keluarganya itu benalu. Hanya mau uangku saja. Si Adam aja udah nyolong seratus juta. Lalu gimana sama si Alvian?" tanya Gendis yang mulai stres dengan pembukuan dari restoran yang dikelola suami dari sang adik ipar itu.

"Nggak usah stres. Tapi, kita sebisa mungkin tetap waspada. Kamu tidak perlu turun tangan sendiri. Aku udah sebar orang-orang untuk memantau Reyhan. Kita semua tahu, dia itu gila selangkangan perempuan. Kamu cukup bersikap tenang. Terima dia saat datang ke rumah. Tapi, jangan dulu berhubungan badan. Ya, bikinlah alasan sibuk ini dan itu. Satu hal, kerjakan tesis kamu," kata Ari yang merasa prihatin dengan keadaan Gendis.

"Kok boro-boro bisa mikir tesis, Mas. Aku mikir kegilaan Reyhan saja sudah bikin semua ambyar," kata Gendis sambil mengembuskan napas.

"Nah, itu yang salah. Saat suami selingkuh, kamu harus sibuk upgrade diri. Jangan hanya diam penuh dendam. Kamu harus menyibukkan diri dengan hal positif. Nah, kamu akan tahu, Reyhan benar-benar berubah atau hanya pura-pura," kata Ari yang berhasil mempengaruhi pikiran Gendis.

Ucapan Ari meski tidak seratus persen bisa diterima otak Gendis, tetapi setidaknya bisa mempengaruhi. Wanita yang baru saja bertengkar hebat dengan Reyhan itu tampak diam. Gendis kali ini sibuk memikirkan cara agar Reyhan tidak berkutik nantinya. Gendis juga tidak mau rugi.

"Baik, aku akan coba, Mas. Makasih banyak, Mas Ari dan tim selalu ada saat aku butuh," kata Gendis dengan tulus.

Pagi datang dengan cepat. Tidur Gendis terusik karena dibangunkan oleh salah satu asistennya. Ada Reyhan yang menunggu di luar. Beberapa waktu yang lalu, Gendis memamg meminta pada satpam kompleks agar tidak mengizinkan Reyhan masuk.

"Gimana, Mbak?" tanya sang asisten rumah tangga tampak sangat ketakutan.

"Bilang saja, tunggu sebentar lagi. Nanti aku turun. Kamu tawarin makanan. Aura miskinnya udah kelihatan," kata Gendis membuat sang asisten rumah tangga terdiam, bingung.

"Ini beneran nggak apa-apa, Mbak? Mas Reyhan itu...."Ucapan sang asisten terputus saat ini.

"Nggak apa-apa, tenang saja," kata Gendis sambil berjalan menuju ke kamar mandi.

Lima belas menit berlalu, Gendis pun turun ke lantai satu. Ia melihat ayah dari sang putra tampak lahap memakan sarapan. Padahal hanya nasi goreng biasa. Gendis punya alasan untuk menghina Reyhan saat ini.

"Kamu udah bangun, Sayang? Makasih loh sarapannya. Ini masakan kamu? Pantas enak banget." Reyhan berusaha berdiri menyambut Gendis.

"Enak? Itu nasi goreng karena semalam ada nasi sisa di dapur. Sayang kalo dibuang. Kalo kamu suka, makan saja. Aura miskin kamu udah jelas terlihat kok," hina Gendis yang saat ini sedang mengambil air minum pada dispenser.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 6

    "Lha kamu kok emosi sama aku. Sama si Ayu, adik kamulah. Makanya jangan sibuk sendiri dengan selangakan perempuan di luar sana. Perhatikan adik kamu. Berita itu udah nyebar," kata Gendis sangat santai dan membuat Reyhan mengusap wajah dengan kasar. Reyhan tidak tahu jika Ayu dan Andika ada hubungan. Ia juga tidak tahu menahu jika sang adik ipar ternyata mandul. Reyhan kali menatap Gendis yang sibuk dengan laptop di depannya. Ia tidak tahu apa yang sedang dikerjakan oleh Gendis. "Kamu itu kalo mau jatuhin aku jangan juga menjatuhkan nama baik adikku dan suaminya, Ndis. Aku tahu salah. Tapi, tolonglah. Aku nggak mau masalah rumah tangga kita merembet ke mana-mana. Kamu harusnya tahu siapa Mas Andika itu. Keluarga dia rata-rata polisi. Kamu nggak takut kalo dituntut sama mereka?" Reyhan mencoba menjatuhkan mental sang istri."Lha apa aku harus takut? Makanya buka media sosial. Jangan hanya seputar circle kamu aja, Han. Berita Ayu dan Andika lagi rame di kalangan pengusaha muda." Gendis

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 5

    "Kamu sejak tadi ngoceh nggak jelas. Langsung aja ke mana arah pembicaraannya. Aku banyak kerjaan, Han," kata Gendis dengan nada datar."Kok, kamu nggak dengerin ucapanku. Aku minta maaf atas kekhilafanku, Sayang. Perempuan itu menggoda dan menjebakku. Demi Allah, aku nggak ada niat selingkuh dari kamu." Reyhan mulai memainkan akting epik yang dikatakan oleh sang ibu."Oh, ya? Aku udah tahu kok. Kamu tenang saja," kata Gendis yang mendadak berubah sikap, menjadi lebih lunak.Hati Reyhan bersorak girang saat ini. Ia tahu jika sang istri sangat bucin padanya. Ternyata benar kata sang ibu, minta maaf adalah solusi terbaik. Gendis tampak biasa saja."Oh, ya, Sayang, makasih banyak kamu udah bayarin biaya rumah sakit Ayu." Reyhan semakin tidak jelas."Oh, si Ayu sakit? Emang sakit apa?" tanya Gendis dengan wajah polos."Nggak usah bercanda, Sayangnya aku. Aku tahu, kamu suka ngasih aku dan keluargaku kejutan. Tapi, kali ini aku makasih banget. Kamu selalu ada saat aku terpuruk," kata Reyha

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 4

    Tagihan uang biaya perawatan Ayu jelas tidak main-main. Reyhan pusing dengan keadaan ini. Adam--sang adik ipar saat ini masih menjalani pemeriksaan di kantor polisi. Gendis ternyata tidak main-main saat ini, laporan itu benar-benar dibuat."Pak, mohon ditandatangani, semua biaya sudah dibayarkan." Seorang perawat membuyarkan lamunan Reyhan yang sejak tadi memilih duduk di luar kamar rawat inap sang adik. "Janin dan ibunya berhasil selamat," kata perawat itu sambil menyerahkan map yang berisi jumlah tagihan milik Ayu. "Mbak... ini siapa yang bayar?" tanya Reyhan sambil menatap ke arah perawat cantik itu."Wah... kalo itu saya tidak tahu. Ini dari pihak administrasi hanya meminta saya untuk menyerahkan bukti tanda sudah lunas saja sebelum Bu Gendis pulang sore ini," kata perawat itu ramah."Oh, gitu? Baik. Terima kasih, Mbak. Mbak, saya boleh minta nomor ponsel? Siapa tahu ada yang adik saya butuhkan." Reyhan masih saja tebar pesona saat ini."Boleh, Pak." Perawat itu menyerahkan tiga

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 3

    Puluhan cabang restoran geprek milik Gendis saat ini memang sedang ramai-ramainya. Atas usulan Reyhan, Gendis akhirnya setuju buka cabang di luar kota. Bandung dan Bogor adalah salah kota yang dianggap cocok. Gendis mempercayakan semua pada sang suami. Jujur, kepercayaan itu justru membuat Reyhan bertindak sesuka hati. Pembangunan restoran itu memang sedang berjalan, tetapi suami Gendis justru semakin sibuk jajan di luar. Aplikasi kencan salah satu cara yang dipakai Reyhan untuk mendapatkan gadis-gadis itu."Kamu mau ngomong apa tadi?" tanya Gendis pada sang asisten--Novita. "Aku taruh tas dan barang-barang dulu," lanjut Gendis berjalan menuju ke arah meja besar yang letaknya di dekat ruang makan.Novita mengekori Gendis dengan perasaan takut luar biasa. Masalah rumah tangga Gendis sudah berada di ujung tanduk saat ini. Salah bicara bisa berakibat fatal. Novita tidak mau menambah masalah Gendis saat ini."Anu... Mbak Gendis, saya pernah lihat wallpaper Mas Reyhan ganti." Novita menat

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 2

    Gendis melajukan mobil menuju ke rumah. Jangan tanya ke mana Reyhan. Gendis sudah mengusirnya karena rumah itu dibeli atas nama dirinya. Reyhan entah pulang kemana, ibu satu anak itu sudah tidak peduli lagi."Mbak Gendis yakin dengan apa yang dilakukan saat ini?" tanya sang asisten saat mobil berhenti di lampu merah jalan menuju rumah Gendis."Yakin. Lagi pula, semua bukti sudah aku kantongi. Mau apa lagi dia?" Gendis mengembuskan napas kasar. "Nov, aku harusnya peka. Dari awal dia udah selingkuh. Bodohnya aku malah memaafkan. Dia itu hanya karyawan aku," kata Gendis yang kali ini semakin kesal."Mbak... sebenarnya aku mau cerita dari lama...." Novita tampak menjeda kalimatnya, sengaja memilih kalimat yang tepat agar tidak menambah rumit masalah rumah tangga Gendis."Kamu ngomongnya di rumah aja. Tanggung, bentar lagi sampai rumah," potong Gendis dengan cepat.Novita hanya diam saat ini. Antara takut dan tidak ingin memperkeruh keadaan. Gendis sejak dulu terkenal tegas. Saat ini sudah

  • Kubeli Harga Dirimu, Mas!   Gendis 1

    "Kamu yang ngotot cerai kok harus aku yang disalahkan? Kamu punya bukti apa kalo aku selingkuh?" Obrolan pasangan suami dan istri di depan dua keluarga kali ini sudah memanas. Reyhan merasa sang istri--Gendis sudah menuduh tanpa bukti di depan keluarga besar. Mereka memang sedang bertengkar besar masalah keluarga. Biasalah, konon jika menikah muda pasti ada saja masalah yang datang. Ego pasangan suami dan istri itu terusik satu sama lain. Lima tahun menjalin rumah tangga ternyata tidak membuat Reyhan berterima kasih pada sang istri. Rayhan bukan siapa-siapa tanpa Gendis. Mereka juga sudah dikaruniai seorang putra yang tampan berusia empat tahun. Apa yang sebenarnya Reyhan cari selama ini."Ndis, kamu jangan nuduh suami kamu yang bukan-bukan. Reyhan juga kerja, 'kan buat nafkahin keluarga. Menurut Ibu, dia laki-laki yang bertanggungjawab kok. Hanya kamu saja yang inginnya dimengerti terus." Bu Sulastri--Ibunya Gendis sangat membela menantu pembohong itu."Kamu harusnya dengarkan kata

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status