Share

Bab 6

Penulis: Ina Qirana
last update Terakhir Diperbarui: 2022-10-14 11:31:26

 

"Hei, Mbak sudah pulang?"

 

Aku terkesiap tiba-tiba saja Susan keluar dari kamar dan memergokiku yang sedang melamun.

 

"Hem, kelihatannya?"

 

Wanita itu mengukir senyum setenang mungkin, ah sepertinya ia sudah membaca isi hatiku saat ini.

 

"Gimana ngurus restoran? Mbak hepy?" tanyanya sambil mengangkat sebelah alis.

 

"Tentu saja, aku tidak selemah apa yang kamu kira, Susan, lalu bagaimana dengan Mas Ferdi? Perubahan apa yang sudah terjadi selama sebulan ini hem?" tanyaku.

 

"Begitulah, sekarang dia sudah bisa bicara walau masih terbata, dan aku yakin barusan Mbak mendengarnya 'kan?" Wanita itu menyeringai lebar hingga deretan giginya terlihat jelas.

 

Jelas ia sangat bangga mendengar kata cinta yang terlontar dari mulut Mas Ferdi, dan karena hali itu ia merasa bisa mengalahkan aku.

 

Menghirup napas perlahan, mengusir debar cemburu yang merasuki hatiku, sebesar apapun rasa benci terhadap Mas Ferdi tetap saja aku belum bisa menerima kemesraan mereka di hadapan mata, aku lebih suka melihat mereka sengsara.

 

"Bagus kalau gitu. Oh ya, terapi selanjutnya biar aku saja yang temani."

 

Tentu saja aku memiliki tujuan lain saat ini, takkan kubiarkan kalian berbahagia di atas rasa sakitku.

 

"Wow, tumben tiba-tiba Mbak mau mengurus Mas Ferdi?" Lagi-lagi ia menyeringai lebar.

 

"Susan Susan, kamu fikir selama ini aku ga mau mengurus Mas Ferdi, aku fokus mengurus usahanya bukan berarti membiarkannya terlantar bersamamu."

 

Kali ini aku yang menyeringai lebar.

 

"Coba pikirkan jika kamu yang mengurus restoran, sedangkan kamu tidak memiliki kemampuan mengelola usaha, bagaimana mengatur keuangan, karyawan, pemasukan dan pengeluaran, bisa-bisa usaha Mas Ferdi bangkrut."

 

"Dan kalau sampai bangkrut lalu bagaimana dengan nasibnya? Tentu dia tak bisa terapi, dan kamu sudah pasti tidak bisa tidur nyenyak dan makan enak di rumah ini."

 

"Maka dari itu aku menyuruhmu mengurus Mas Ferdi, karena kemampuanmu hanya itu, Susan."

 

Kutatap wajahnya yang memerah dengan seringai lebar, sehebat apapun perang kata-kata dengannya tentu aku takkan kalah.

 

"Permisi, aku mau menemui suamiku, besok adalah anniversary pernikahan kami, tak seru rasanya jika tak mengadakan acara di rumah ini." Aku tersenyum kecil.

 

Lalu melangkah melewati tubuhnya yang masih diam meratapi kekalahannya.

 

"Hai, Mas, bagaimana keadaanmu?"

 

Aku duduk di sisinya sambil tersenyum, ia tak membalas hanya memejamkan mata dan menganggukkan kepala 

 

"Kata Susan kamu sudah bisa bicara ya, aku senang kamu ada perubahan." Kutatap wajahnya sambil mengukir senyum palsu.

 

Padahal hatiku berkata lain, aku lebih suka melihatnya terbaring lemah dan Susan bersusah payah mengurusnya setiap hari.

 

Lagi-lagi ia hanya memejamkan mata dan mengangguk perlahan.

 

"Oh ya, besok hari anniversary kita yang ke sebelas, Mas, aku mau buat acara tapi bukan besok melainkan satu Minggu lagi karena aku juga membutuhkan persiapan untuk mengadakan acara spesial kita."

 

Bibir Mas Ferdi terbuka perlahan, lihatlah sekarang bahkan untuk mengucap satu kata saja ia kepayahan, aku senang melihatmu seperti ini, Mas.

 

"Ac ara ... a pa?"

 

Aku mengulum senyum menahan tawa, melihat Mas Ferdi susah adalah hiburan untuk hatiku, lagi pula aku berubah menjadi jahat karena ulahnya.

 

Teringat saat aku melahirkan Dara anak bungsu kami, setelah operasi pengangkatan rahim, bukannya ia memberi semangat setidaknya dengan kata-kata bijak yang menentramkan.

 

Justru ia malah sebaliknya, merutuk dan  menggerutu karena keinginannya untuk memiliki anak lelaki tak terpenuhi, ia juga menghinaku habis-habisan karena tak lagi bisa memberinya keturunan.

 

"Perempuan lagi perempuan lagi." Ia berdecak.

 

Menyalahkan aku seolah yang memberikan keturunan pada rahim ini bukanlah Tuhan.

 

"Kita sudah punya dua anak perempuan, lalu sekarang perempuan lagi. Ya ampun, Yuli, kalau semua anak kita perempuan dan kamu ga bisa hamil lagi maka di masa tua hidup kita akan susah," ujarnya lagi sambil menatapku jengkel.

 

Saat itu aku hanya bisa menunduk membendung air mata yang terus mencoba menerjang keluar.

 

"Yang namanya anak perempuan pasti akan nikah dan jadi milik suaminya, lalu nanti kita gimana di hari tua? Kalau anak lelaki 'kan enak, walau dia sudah beristri tapi anak lelaki wajib menomor satukan kedua orang tuanya." 

 

Seperti itulah pemikiran Mas Ferdi, selalu menanggapi takdir yang diberikan Tuhan dengan pemikiran bodohnya.

 

Namun, aku selalu bersabar jika ia hanya mengatakan itu saja, kata-kata tajamnya kuanggap sebagai angin lalu, tetapi saat ia berniat menikah lagi lalu menikah siri diam-diam dan membawa istri barunya kemari, hatiku sakit dan tak pernah terobati.

 

Perjuangan dan pengorbanan yang sudah kuberikan untuknya seolah hilang tertiup angin, ia mendadak lupa pada masa ketika kami hanya makan telur dibagi tiga.

 

Aku manusia biasa, memiliki rasa dendam dan benci. Jika aku menuruti nafsu aku tak hanya membuatnya lumpuh, melainkan membunuhnya sekaligus.

 

"Yul."

 

Aku tersentak dari lamunan saat Mas Ferdi kembali bicara.

 

"Ya, Mas. Pokoknya nanti kamu lihat aja ya acaranya, yang jelas acara itu melambangkan cinta kita semua, cinta putri-putri kita kepada kami berdua."

 

"Kamu tahu, sekarang Dara sudah pandai doa mendoakan orang tua, dan setiap kami selesai salat dia selalu mendoakanmu cepat sembuh, begitu pula dengan Dita, ia selalu bertanya bagaimana keadaanmu, hanya saja ia segan sama kamu, ya karena kamu tak pernah mau mengakrabkan diri sama mereka."

 

Wajah Mas Ferdi langsung murung, bola matanya menatap ke bawah dengan wajah sendu.

 

Ayolah, Mas, sesali perbuatan jahatmu pada ketiga anak kita.

 

"Sedangkan Desti semakin hari ia semakin pintar, Mas, nilai ulangannya bagus-bagus, di sekolah pun dia rajin, anak itu juga aktif dalam olahraga voli, kalian memiliki hobi yang sama ya." Aku tersenyum sambil menatap wajahnya.

 

Semoga saja Mas Ferdi sadar jika ketiga putrinya itu berharga.

 

"Hanya saja Desti kecewa sama kamu, Mas. Dia sudah besar dan sudah mengerti apa yang terjadi diantara kita dan Susan."

 

Kulihat Mas Ferdi memejamkan mata lumayan lama sambil menghela napas.

 

Namun, tiba-tiba suara benda jatuh dari arah dapur menjadi perhatian kami berdua, lalu setelah itu terdengar Susan berteriak.

 

"Dasar anak n*kal! Lihat saja akan kupatahkan kakimu itu hei!" teriaknya begitu memekik.

 

Bersambung.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
yeeee si JALANG unjuk gigi nanti kena bom baru tahu lo
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si yulia terlalu banyak drama. daripada menye2 lebih mengamankan aset yg ada
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Tamat

    Setelah ditelusuri lebih dalam aku menemukan sebuah situs web khusus para pria hidung belang, di sana mereka bisa membahas para organ intim wanita yang pernah mereka cicipi berikut dengan Poto b*gilnya.Yang membuat otakku panas ialah poto Desti juga ada di sana, beberapa pria berkomentar tentang bentuk tubuh anakku, bahkan diantara mereka dengan terang-terangan mengincar tubuh putriku itu."Bagaimana ini, Lira?"Gadis itu langsung meluncur ke restoran begitu mengetahui Poto sy*r Desti tersebar."Apa Poto itu diambil ketika Desti diculik kemarin ya?" tanya Lira."Aku tak mau tahu Poto itu diambil kapan, yang kumau poto-poto anakku terhapus, apa kamu bisa membantuku?"Digulung emosi aku sampai membentak adik sendiri, beruntung Lira tak membalas gertakanku, ia hanya melirikku sekilas lalu kembali fokus pada laptopnya.Sebagai seorang ibu tentu hatiku sakit melihat poto-poto Desti tersebar luas apalagi dengan busana tidak pantas, selama ini aku selalu menjaganya, memastikan jika ia baik-

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 42.B

    Aku pun meninggalkannya di luar rumah karena masih banyak yang harus kupersiapkan di dalam.Benar saja rambut Dara belum disisir, sedangkan Dita teriak-teriak mencari seragamnya, dan Desti gadis itu sedang makan sambil melamun, insiden penculikan itu benar-benar telah merenggut keceriaannya."Dara, cepat sisir rambutmu ya, Kak Haikal sudah datang itu.""Ya, Ma, bentar ini balesin chat Amina dulu." Aku geleng-geleng kepala, seperti biasa ponsel telah menyibukkan anak-anakku."Dita! Coba cari seragam olahraganya di keranjang, siapa tahu belum di setrika sama Mbak Ani!" teriakku dengan suara memekik."Duuh Mbak Ani gimana sih, kok seragam aku belum disetrika, mau dipake sekarang, Ma, gimana dong?!" teriak Dita yang menyalahkan asisten rumah tangga kami.Aku terpaksa naik ke lantai atas padahal ingin sekali bicara dengan Desti."Sini Mama setrikain, kamu cepetan keringin dulu itu rambutnya." "Gitu dong dari tadi."Aku berdecak kesal, setiap pagi pasti ada saja yang diributkan, kukira se

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 42.A

    "Aku sudah bicara dengan Haikal, dia bersedia jadi supir anak-anakmu, Yul," ujar AndreSedikit tak percaya dengan apa yang diucapkannya, karena kulihat Haikal adalah lelaki gagah dan masih muda, bahkan terakhir kudengar ia memiliki pekerjaan."Masa sih dia mau, Dre, bukankah dia memiliki pekerjaan?" tanyaku."Ya dia mau, karena dia tak hanya mendapatkan gaji darimu tapi dariku juga, lalu dia bisa melanjutkan kuliahnya yang sempat tertunda sambil bekerja," jawab Andre."Memangnya anak itu putus kuliah?""Ya, semenjak keadaan ekonomi kakakku melemah, Haikal memilih berhenti kuliah dan membantu orang tuanya mencari nafkah.""Oh begitu, tapi kamu tak perlu ikut-ikutan menggajinya, Dre, aku sanggup kok memberikan gaji yang besar untuknya."Aku merasa tak enak saja pada Andre, sudah mobil ia yang carikan bahkan ia ikut andil dalam pembelian mobil ini, Andre terlalu banyak membantu kehidupanku, sementara aku tidak bisa melakukan apa-apa untuknya."Ga apa-apa, Yul, itung-itung aku bantu dia s

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 41.B

    (POV Susan)"Ya makanya dicoba dulu, dan ingat jika dia ke sini kamu harus memelas dan memohon, juga jangan coba-coba memancing amarahnya."Ia berdecak sambil memalingkan wajah, aku tahu ia paling anti kalah dengan mantan istrinya itu, tapi bagaimana lagi saat ini posisi kami memang lemah, tak memiliki jabatan dan juga uang, sementara Mbak Yuli memiliki segalanya, dengan uangnya itu ia bisa membeli nyawa dan hidup seseorang."Aku pulang dulu, Mas, semoga saja Mbak Yuli mau membebaskanmu."Tak ada kata yang terucap darinya sebelum kepergianku.Di depan rumah bercat abu tua ini aku berdiri, rumah minimalis dua lantai itu sudah banyak mengalami perubahan, Mbak Yuli sudah banyak merenovasi bagian-bagian tertentu hingga terlihat nyaman.Mengesampingkan rasa malu aku mengetuk pintu, semoga saja wanita itu masih ada di rumahnya pagi ini.Pintu rumah terbuka nampaklah Mbak Yuli dengan setelan kerjanya, mata kami sempat bersitatap dalam diam beberapa detik."Susan?"Aku mengukir senyum tipis d

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 41.A

    (POV SUSAN)"Apa, Dokter? Perempuan lagi?" Dokter Lia itu tersenyum sambil menganggukkan kepala."Iya, Bu, semuanya normal ya, Ibu harus banyak gerak biar persalinannya lancar nanti."Aku tak percaya setelah beberapa kali melakukan USG ternyata benar bayi yang kukandung berjenis kelamin perempuan lagi.Entah bagaimana reaksi Mas Ferdi nanti jika tahu anak yang ia harapkan laki-laki ternyata lahir perempuan lagi."Mau laki-laki atau perempuan yang penting sehat dan selamat, Bu," ujar Dokter Lia.Ia tak mengerti saja bagaimana keadaan rumah tanggaku, aku sangat takut Mas Ferdi tak tahan lalu pergi meninggalkan kami seperti dulu ia meninggalkan Mbak Yuli.Dulu saat si kembar masih kecil aku tak terlalu risau ditinggalkannya, karena aku merasa bisa mandiri, tetapi sekarang aku bergantung seratus persen padanya setelah mengandung anak ini dan tak lagi bekerja di club malam."Apa kamu bilang?! Perempuan lagi, bener ga itu hasilnya jangan-jangan salah lagi kayak yang udah-udah."Benar saja

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 40.B

    (PoV Ferdi) Yuli sudah melapor maka lambat laun aku akan dipanggil polisi, sekarang keadaannya sudah berbeda, aku tak bisa menggunakan uang untuk membebaskan diri dari tuduhan seperti beberapa tahun silam.Aku mengacak rambut, kenapa hidup dengan Susan banyak sekali masalah, bahkan di usia pernikahan yang ketujuh masih juga belum mendapatkan kedamaian.*"Yang datang semalam siapa?" tanya Susan saat merapikan baju di kamar."Anak buah Vincen, mereka menghajarku semalam, mereka juga bilang kalau Vincen mecat aku."Susan menghentikan aktivitasnya, dengan mulut menganga ia menatapku."Kok menghajar kamu bukannya hutangmu sudah lunas? Terus sekarang kita gimana kalau kamu dipecat?"Susan memang mengetahui semua rencanaku pada Desti, dan dia mendukungnya, katanya yang penting hutang kami lunas dan beban kami hilang.Tak mudah untuk melakukan hal itu, aku harus melakukan penyelidikan terlebih dahulu agar mudah menyerahkan Desti pada Vincen."Yuli berhasil membawa kabur Desti sebelum anak i

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 40.A

    (POV FERDI)Tengah malam pintu rumahku ada yang mengetuk beberapa kali, Susan terus saja menepuk pundakku menyuruh membuka pintu."Apaan sih ah, kamu aja sana yang buka!" Aku menepis kasar tangannya."Ya ampun, Mas! Aku tuh lagi hamil besar mau istirahat, aku capek ngurusin kedua anak kamu dari pagi, bisa ga sih ngertiin aku!" bentaknya.Sudah tujuh tahun kami membina rumah tangga ini, bukan semakin harmonis malah semakin sering cekcok setiap hari Setiap hari selalu saja ada hal yang membuat kami ribut, entah itu anak-anak, masalah keuangan dan yang lainnya.Sampai saat ini aku masih berharap anak yang ada di rahim Susan itu perempuan, aku melarang Susan bertanya soal jenis kelamin anak itu ketika di USG, aku takut saja jika bayi dalam perutnya itu perempuan lagi."Ya udah iya aku yang buka!" tegasku sambil menyibak selimut.Aku berjalan menghidupkan lampu menuju pintu, saat pintu terbuka nampaklah lima orang lelaki bertubuh tinggi besar, aku tahu dia anak buah Vincen.Vincen adalah

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 39.B

    Pemuda bernama Haikal itu bersalaman denganku dan ibu, lalu kami masuk ke dalam.Setelah ganti baju aku menceritakan kejadian sebenarnya pada ibu, termasuk keterlibatan Mas Ferdi dengan penculikan Desti.Jelas saja ibu dan Lira murka mendengar lelaki itu dalang dari masalah ini."Dasar laki berotak batu," ujar Lira."Ini ga bisa dibiarkan, Yul, si Ferdi itu harus dipenjara," ujar ibu."Iya sebaiknya kamu segera melapor ke polisi, Yul," ujar Andre "Baiklah, aku ambil hape dulu ya."Menelpon seorang penyidik yang menangani kasus penculikan Desti, mereka menyuruhku datang ke kantor siang ini dengan Desti untuk memberi keterangan."Gimana? Udah di telpon?" tanya Andre."Sudah, aku sama Desti disuruh ke kantor nantisiang.""Baiklah, aku pulang dulu ya, nanti siang aku kemari lagi nemenin kalian.""Terima kasih ya." Lagi-lagi hanya sebuah senyuman yang kuberikan untuk membalas jasanya.Jika Andre bukan orang kaya sudah pasti aku memberikan sejumlah uang besar padanya, tetapi tentu saja And

  • Kubuat Suamiku Lumpuh   Bab 39.A

    "Bagaimana ini?" tanyaku dengan napas terengah-engah menatap Andre "Mana pistolmu, Yul?"Aku langsung memberikan benda itu padanya dan entah apa yang ingin ia lakukan, lalu kaca mobil di sampingnya terbuka setengah, seorang lelaki langsung menodongkan pedang ke leher Andre."Serahkan harta berharga kalian!" tegas laki-laki yang mengenakan penutup kepala tersebut.Perlahan Andre mulai menodongkan pistol ke orang tersebut, dapat kulihat mata lelaki itu membeliak."Jangan halangi jalanku kalau tidak kepalamu akan pecah saat ini juga," ancam Andre.Lalu di belakang mobilku terdengar seorang berteriak lantang."Mundur! Mereka membawa pistol!"Hingga akhirnya segerombolan orang itu kembali mundur dan masuk kembali ke semak-semak, aku bernapas lega ternyata tidak ada pertumpahan darah lagi.Orang-orang itu ketakutan melihat senjata api di tangan Andre dan sepupunya di mobil belakang, jika pun melawan mereka sudah pasti kalah.Mobil kembali melaju membelah jalanan malam tanpa arah tujuan."M

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status