Share

Bab 2

Penulis: Eriin 1208
last update Terakhir Diperbarui: 2025-01-18 15:46:13

Sayup-sayup Wilona mulai membuka mata, kali ini dia melihat ke sekeliling dan mendapati bahwa hari sudah gelap. Wilona terus berusaha duduk sembari memegangi kepalanya yang masih terasa berat.

Wilona melihat kesana dan kemari, ia mendapati bahwa Raka dan Rani tengah tidur di sofa, sedangkan Bramasta tidak ada di ruangan. “Sssst … kemana Mas Bram ini,” gumam Wilona dengan menahan rasa sakit.

Wilona menyibakkan selimutnya dan berusaha turun dari ranjang rumah sakit, dengan terhuyung-huyung dia mencoba berjalan keluar ruangan sembari memegang tongkat, yang digunakan untuk mengaitkan infus. “Permisi, sekarang tanggal berapa ya?” tanya Wilona pada seseorang yang sedang duduk santai di depan ruangan sebelah Wilona.

“Sekarang tanggal 17 Juni,” jawab orang tersebut sembari melihat telepon genggamnya.

“Emb … apa sekarang tahun 2021?” tanya Wilona dengan ragu.

“Iya, sekarang memang tahun 2021,” jawab orang tersebut dengan yakin.

“Baik, terima kasih,” ucap Wilona sembari sedikit membungkukkan badan dengan sopan. Wajahnya tampak pucat pasi, bibir kering dan terlihat pecah-pecah.

Wilona pun berjalan lagi sembari melihat sekeliling rumah sakit, hingga akhirnya dia sampai di lobby.

Wilona terus mengedarkan pandangan, hingga netranya tertuju pada sebuah kalender yang ada di atas meja receptionist. Dengan perlahan Wilona mendatangi meja tersebut dan segera melihat kalender. “2021,” gumam Wilona sembari terus membalik lembaran demi lembaran kalender tersebut.

“Ibu, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya receptionist yang ada di sana dengan sopan.

“Emb … Mbak, apa kalender ini benar? Apa benar sekarang tahun 2021?” tanya Wilona dengan penasaran dan berharap kalender tersebut belum diganti.

“Iya bu, benar,” jawab receptionist tersebut.

“Apa Mbak yakin? Mungkin Mbak lupa belum ganti kalender tersebut,” cecar Wilona.

“Benar Ibu,” jawab receptionist tersebut sembari menyodorkan telepon genggamnya, serta menunjukkan tanggal yang tertera di layar telepon.

“Benar, ternyata sekarang tahun 2021,” monolog Wilona dalam hati, setelah dia melihat telepon genggam receptionist itu.

Wilona pun hanya bisa mengulas senyum pada receptionist tersebut, kemudian dia berjalan ke arah taman.

***

“Huft, apa yang sebenarnya terjadi padaku?” gumam Wilona setelah dia duduk di kursi taman.

Wilona terus menarik nafas dalam untuk menenangkan diri dan pikirannya, dia mencoba setenang mungkin sembari melihat bulan dan bintang yang nampak sangat indah malam itu, dia juga begitu menikmati sepoi-sepoi angin malam yang terasa sangat sejuk. “Tunggu, tunggu, sebenarnya apa yang terjadi di tahun 2021 dan tahun 2025?” gumam Wilona yang mulai menyadarkan pikirannya.

Wilona mengerutkan keningnya sembari memikirkan detail yang terjadi sebelum dia dibawa ke rumah sakit.

*Flashback Wilona on*

Ceklek.

"Kapan Kakak akan menandatangani semua berkas yang sudah aku buat?" tanya Rosa yang tiba-tiba saja masuk ke kamar pribadi Wilona.

"Bukankah tidak sopan, jika kamu masuk ke kamarku tanpa permisi seperti itu?" tanya Wilona sembari menyeka wajahnya dengan handuk, kebetulan dia baru keluar dari kamar mandi.

"Kak, kamu tidak usah berbelit, selagi aku masih baik hati dan mau memperlakukanmu seperti manusia, lebih baik kamu segera menandatangani berkas pengalihan harta tersebut!" ancam Rosa, sembari duduk di atas ranjang Wilona, yang ukurannya jauh lebih besar dari ranjangnya.

"Jangan mimpi! Selagi aku masih hidup, aku tidak akan menyerahkan hartaku pada siapapun. Termasuk pada suamiku sendiri." 

"Toh selama ini kamu juga hidup dari hartaku kan? Jangan serakah jadi orang!" tegas Wilona sembari melemparkan handuk kecil tepat ke wajah Rosa.

"Apa kamu benar-benar mengujiku?" geram Rosa.

Tap.

Tap.

Tap.

Rosa beranjak dari duduknya dan berjalan ke kamar mandi yang ada di dalam kamar Wilona.

"Cih, dasar manusia serakah! Aku tidak akan menyerahkan apapun pada siapapun juga, meskipun kamu mengancamku, aku tidak gentar! Selama Mas Bram masih berpihak padaku.”

“Dasar istri kedua yang tidak tau diuntung!" ucap Wilona, yang hanya sekali melirik langkah Rosa masuk ke kamar mandi.

Beberapa menit kemudian.

Srek.

"Aw, Rosa ...! Apa yang kamu lakukan?" teriak Wilona yang tengah berdiri di depan lemari. Saat itu ia sedang memilih baju, tapi tiba-tiba saja Rosa menarik rambutnya dengan keras, entah kapan Rosa keluar dari kamar mandi, dia bahkan tidak menimbulkan suara.

"Apa kamu benar-benar ingin menguji kesabaranku!" sentak Rosa sembari terus menyeret rambut Wilona masuk ke kamar mandi.

"Lepaskan Rosa!"

"Apa yang kamu lakukan?" Wilona terus berteriak sembari memegang rambutnya, kepalanya juga terasa sakit saat ini, tapi hal itu sama sekali tidak dipedulikan oleh Rosa, Rosa terus menarik Wilona tanpa ampun.

"Jika kamu tidak mau menyerahkan semua hartamu pada Mas Bram dengan damai, lebih baik kamu menghilang saja dari muka bumi ini!" sentak Rosa.

Hap.

"Toh jika kamu meninggal, semua hartamu memang akan jatuh ke tangan suamimu kan,"

Hap.

"Belum lagi asuransi kematianmu, pasti juga bernilai sangat fantastis," 

Hap.

Rosa terus berbicara dengan sangat geram, sembari memasukkan wajah Wilona ke dalam wastafel yang sudah penuh dengan air beberapa kali, sedangkan Wilona juga terus berusaha memberontak, sembari menahan nafas saat wajahnya dibenamkan ke dalam air tersebut. 

Rupanya tadi Rosa masuk ke kamar mandi untuk mengisi wastafel dengan air.

Hap.

Hap.

Hap.

Bugh.

Rosa terus membenamkan wajah Wilona berkali-kali, hingga dia hampir kehabisan nafas dan akhirnya ambruk di lantai.

"Ingat! Ini hanya pelajaran awal yang aku berikan, jika kamu masih bersikeras tidak mau tanda tangan, lihat saja! Aku benar-benar aku melenyapkanmu!" Wilona berusaha sebisa mungkin mengatur nafasnya, sementara Rosa masih berbicara dengan arogan sembari menyilangkan kedua tangannya di depan dada, hingga tidak lama kemudian, Wilona merasa bahwa sekelilingnya gelap, dia juga sudah tidak bisa mendengar apapun lagi.

*Flashback Wilona off* 

"Benar, wanita gila itu sudah menyebabkan aku pingsan karena aku tidak mau menandatangani surat pengalihan harta." 

"Tapi kenapa dia menginginkan semua hartaku agar dikuasai oleh Mas Bram? Bukankah lebih mudah jika dia mengambil saja semuanya?"

"Apa dia benar-benar cinta mati dengan Mas Bram?" gumam Wilona mencoba memecahkan satu teka-teki.

"Tapi ... Kenapa aku bisa kembali ke tahun 2021?"

"Apa benar aku terlahir kembali?" gumam Wilona dengan masih kebingungan, sembari melihat kedua tangannya yang sengaja dia bolak balik untuk beberapa saat.

"Ah, benar! Kalau dipikir lagi, aku sekarang kembali ke tahun dimana Mas Bram dan Rosa belum menikah."

"Apa itu berarti, aku harus mencegah pernikahan mereka sekarang?" 

"Apa itu bisa?" Wilona terus bergumam dan berpikir keras, dia sudah mulai menerima bahwa dia memang kembali ke masa lalu.

"Tunggu, tunggu ... "

"Setelah aku mengingat kejadian tahun 2025, lebih baik aku juga mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi di tahun 2021," 

"Apa mungkin ada kemiripan kejadian, sehingga aku bisa kembali ke masa ini?" gumam Wilona yang kemudian beranjak dari duduknya.

Wilona segera berjalan kembali ke ruangannya dengan perlahan, dia tidak sabar untuk mengetahui apa yang terjadi pada dirinya di tahun ini.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 73

    Sayup-sayup Wilona membuka mata, dia melihat jam dinding yang menunjukkan tepat jam 12 malam. "Ssstt ..." desis Wilona yang merasakan kepalanya sangat berat. Wilona yang tengah tertidur di sofa kamar, segera beranjak duduk sembari mengedipkan matanya beberapa kali agar pandangannya tidak kabur.Sedetik kemudian dia mendengar perutnya berbunyi, barulah dia menyadari bahwa dia belum makan sejak tadi siang, mulai saat bersama Salim di restoran tadi. Wilona segera turun dan berjalan menuju kulkas, mencari sesuatu yang bisa dia makan. "Apa ini?" gumam Wilona saat menemukan plastik ziplock berukuran kecil yang ada di dalam freezer."Seperti es lilin, tapi tidak berbentuk lilin, apa ini es gabus?" gumam Wilona lagi sembari mencium plastik tersebut yang tidak berbau apapun. Wilona memang belum sempat membersihkan kulkasnya sejak dia kembali ke rumahnya. Dia hanya memindahkan semua barang-barangnya dan membersihkan ruang kerja tersebut agar tidak bau debu, karena sudah lama tidak dibuka.Wilon

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 72

    "Ini Pak Salim, proposal yang saya janjikan," ucap Wilona sembari menyodorkan sebuah map. Saat ini Wilona sedang berada di kantornya Salim dan hendak membicarakan bisnis.Salim segera membuka map tersebut dan langsung menandatanganinya. "Apa anda tidak membaca isinya terlebih dahulu Pak Salim?" tanya Wilona."Tidak perlu, aku percaya dengan kemampuan bisnis kamu Wilona. Jangan lupa, bahwa aku juga yang menjadi investor pertama di perusahaan pink yang kamu dirikan dengan susah payah itu," ucap Salim dengan tersenyum."Dan kali ini aku akan bersusah payah lagi," sahut Wilona sembari mengulas senyum tipis."Lakukan semua dengan maximal. Ingat, aku adalah seorang pebisnis, jadi jangan sampai membuatku rugi," imbuh Salim."Baik Pak Salim," ucap Wilona sembari mengulas senyum lagi di bibirnya dan segera memasukkan map yang sudah ditandatangani oleh Salim ke dalam tas."Aku akan segera mentransfer dana. Tunggu saja, semua akan dikerjakan oleh sekretarisku dengan cepat," ucap Salim sembari me

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 71

    Beberapa hari sebelumnya.Setelah mengetahui perihal kehamilan Rosa, malam itu Wilona segera membuka laptopnya dan merencanakan penyerangan balasan. Wilona memeriksa email satu persatu yang mana 90% email tersebut berasal dari Bunga. Dari email Bunga tersebut lantas Wilona mendapati apa yang dia cari, yaitu tentang Rama. Wilona pun menyeringai dengan licik.***Hari itu akhirnya Rani memutuskan untuk tetap melanjutkan kuliah dan juga pergi dari rumah tersebut untuk kos. Setelah mendengar keputusan Rani, Wilona pun lega dan segera mengantar Rani untuk mencari kos yang dekat dengan kampus, agar mudah baginya saat ada kelas mendadak."Bagaimana dengan yang ini? Apa kamu menyukainya?" tanya Wilona saat mereka berdua sudah ada di kamar kos."Yang mana saja aku suka Kak, cari saja yang paling murah, aku tidak mau terus merepotkan," jawab Rani."Tenang saja, aku tidak akan jatuh miskin dengan mudah," ucap Wilona dengan tersenyum."Kalau begitu mulai malam ini kamu langsung tidur saja di kos,

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 70

    "Tuan Putri, berikan aku uang belanja bulanan," pinta Wilona pada Rosa."Kenapa minta padaku?" tanya Rosa yang sedang rebahan di ruang tengah sembari membaca buku dan mendengarkan musik, hari itu Rosa tidak pergi bekerja karena masih terus merasa mual dan lemas."Bukankah Bramasta bilang kalau semua urusan rumah kamu yang pegang, tugasku kan hanya melayani kalian, bukan mencukupi makan kalian sekeluarga," ucap Wilona."Masak saja apa yang ada di dapur, bukankah Bu Maria sudah belanja," jawab Rosa."Mana bisa begitu, ibu hamil membutuhkan nutrisi yang lebih, apalagi di bulan-bulan awal seperti ini adalah pembentukan otak anak," sanggah Wilona."Ck, kenapa kamu jadi cerewet sekali sih setelah mati suri," kesal Rosa sembari mengambil ponselnya yang ada di atas meja sebelah sofa."Jangan terlalu membenciku, nanti anakmu mirip aku lho," ejek Wilona."Berapa nomor rekeningmu?" kesal Rosa."Nih," ucap Wilona sembari menyodorkan ponselnya dan menunjukkan barcode pada Rosa.Rosa pun segera men

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 69

    BRAAK. Wilona segera beranjak dari kursinya dan berlari ke arah pintu saat mendapati Mama Arina ingin keluar dari ruang kerjanya. "Jangan takut Ma, aku hanya bertanya saja, karena mungkin bahkan Mama tahu lebih dulu daripada aku," ucap Wilona dengan suara lembut. Mama Arina menghela nafas panjang dengan pasrah, lalu berjalan lagi ke arah sofa. "Mama baru mengetahuinya saat mereka berdua sudah menikah, saat itu Mama tidak sengaja melihat Rosa memberikan sesuatu dari botol kecil tersebut ke dalam minuman Bramasta." "Mama hanya berusaha menyelamatkan anak Mama. Mama tidak tahu kalau kemudian hal tersebut malah mengenaimu," jelas Mama Arina dengan menyesal. "Yang Rosa berikan padaku berbeda Ma, dia menanam sesuatu di belakang kamarku," ucap Wilona. "Sesuatu apa?" tanya Mama Arina. "Mama tidak perlu tahu, semua sudah berlalu dan sekarang aku sudah pulih," jawab Wilona. "Wilona, maafkan Mama, karena keegoisan Mama yang ingin segera mempunyai cucu, semuanya menjadi berantakan seperti

  • Kukembalikan Kesengsaraanku Pada Maduku   Bab 68

    Beberapa minggu kemudian.BRAKK.Wilona turun dari taxi, dia mengedarkan pandangannya dan menarik nafas dalam menatap halaman rumahnya dari depan gerbang. "Orang memang tidak mudah berubah, aku hidup kembali setelah tahu akhir nasibku, tapi aku mencoba kabur, aku belum membalas dendam sama sekali. Tidak, aku bahkan belum melakukan apapun." Wilona menatap rumahnya dengan tatapan tajam, angin berhembus cukup kencang hingga membuat rambut panjangnya tersapu ke belakang.Perlahan Wilona berjalan dengan memantapkan hati, dia terus melangkah dengan wajah tegas dan penuh keyakinan. Wilona terus menyusuri halaman dan masuk ke rumah mewahnya, hingga sampai di ruang makan. Terlihat keluarga bahagia sedang sarapan bersama bak pemilik asli rumah tersebut. "Sepertinya aku datang di saat yang tepat, aku butuh mengisi energi setelah keluar dari rumah sakit. Bisakah kita sarapan bersama?" Suara Wilona seketika membuyarkan gelak tawa yang terdengar riuh di meja makan itu."Wilona," gumam Mama Arina se

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status