Share

Bab 3

Author: Fortunata
last update Huling Na-update: 2023-07-10 14:35:01

Tangan Rena masih fokus memainkan rumus excel dengan lincah. Ia tak mendengar ucapan pria itu. Tak lupa sesekali menyeruput caffe latte dari kedai kopi kesayangannya.

Pagi Rena yang semula berkabut perlahan berubah cerah. Ia tak peduli dengan suara-suara di luar earphone.

Bekerja sambil minum kopi memang terbaik!

“Rennn…” ucap Mitha sambil menarik pelan lengan baju Rena.

Semua yang ada di ruangan itu sudah melirik pada Rena yang masih asyik dengan laptop dan sumpalan earphone di kedua telinganya.

“Hmmmm… bentar Mit, bentar... Lagi tanggung…” jawab Rena yang masih saja fokus dengan laptopnya.

Mitha pun melirik pria yang juga kini berada di depannya itu. Tak disangka, pria itu melemparkan senyum santai ekstra cerah yang membuat ketampanannya kini berada di level 1000/10. Mitha sendiri hanya bisa membalas senyum tampan itu dengan senyum kikuk sembari bergantian melirik ke Rena.

“Reeennn, pak Bambang manggil kamu,” ucap Mitha agak keras pada Rena yang kira-kira sudah 5 menit belum juga menoleh. Ia juga melepas sebelah earphone Rena.

“Yaa kena…… Astaga nagaa ya Tuhan kagettt,” kata Rena terkejut. Gadis itu memperhatikan pria yang ada di depannya dengan saksama.

“Pak Bambang ke Korea oplas?” tanya Rena tiba-tiba.

Mendengar itu, satu ruangan pun tertawa terbahak-bahak.

“Reeennnaaa... iisshhhh…”

Mitha mencubit lengan Rena agak kencang.

“Aaawww, sakit Miiittt. Kan bener pak Bambang habis dari Korea, mana tahu liburan cuma jadi alesan doaannggg,” sahut Rena sambil mengusap lengan yang sakit karena dicubit Mitha.

“Enggak mungkin pak Bambang bening begituuuu…” bisik Mitha geram.

“Coba tanyain itu siapaaa, dia tadi bilang kamu istrinya,” lanjut Mitha dengan masih berbisik.

Rena tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar dan langsung melihat pria itu dengan saksama dari rambut hingga sepatunya.

Rambut yang ditata comma style ala aktor Korea, kemeja coklat panjang tanpa kerah, celana jeans hitam, sepatu merek ceds berpadu dengan sempurna bersama kulit putih bersihnya.

“Tetap pak Bambang,” jawab Rena tersenyum menyebalkan.

“Sejak kapan namaku berubah jadi Bambang sih” tanya pria itu mendengus sebal.

“Barusan,” jawab Rena berubah cuek.

"Rennaaaa..."

“Aku tahu kamu Rendy, sempet kaget aja tadi. Kamu ngapain di sini?” tanya Rena sembari mengambil es kopi untuk mendinginkan kepala yang mendadak kembali berkabut.

Ingatan buruk semalam langsung menghampiri Rena dalam sekejap.

“Sabar Renaa… Sabaaarrrr… Anak sabar disayang Tuhan. Mana tahu gara-gara sabar, besok bisa dapet undian hp Ipon keluaran terbaru,” batin Rena.

“Aku karyawan baru di sini,” jawab Rendy.

Rasanya seperti tersambar petir di pagi yang cerah ini. Rena masih berusaha untuk tenang.

“Bagian apa?”

Programmer untuk produk keuangan.”

“Looohhh, tim kita dooonnggggg!” ujar Mitha penuh semangat.

“Kenalin, Mithaa,” lanjut Mitha mengulurkan tangan untuk bersalaman dengan Rendy.

“Rendy, salam kenal ya Mitha.”

“Tapi kok kalian berdua bisa saling kenal sih?” tanya Mitha penasaran dan melirik kedua orang itu bergantian.

“Temen SMA,” jawab Rena.

“Lebih dari temen,” tambah Rendy sambil mengeluarkan senyum mautnya.

“Cuma temen.”

Lagi-lagi Rena mengeluarkan senyum menyebalkan yang menandakan, “BISA LENYAP DARI PANDANGAN MATAKU SEKARANG TIDAK?”

“Hoooo, aku tahu kamu pasti berharap aku segera pergi. Tapi aku tetap akan berdiri di depan kamu selama mungkin,” batin Rendy.

Jika dianalogikan ke dalam komik ataupun serial kartun, akan terlihat kilatan-kilatan tanda sedang berselisih dari mata mereka.

“Pak Rendy? Ternyata ada di sini,” ucap Hanna.

“Oohh, mbak Hanna. Maaf ya mbak, saya pergi sebentar. Saya tadi baru balik dari toilet, kebetulan ada lihat Rena jadi sapa dia dulu sebentar,” kata Rendy menjelaskan.

“Ohh begitu. Tidak apa pak, tapi sepertinya pak Rendy dan mbak Rena sudah saling kenal ya? Kebetulan sekali kalian satu tim,” kata Hanna.

“Iya kenal mbak, kita temen SMA,” sahut Rena cepat.

“Leee…”

Sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya, Rena sudah melotot pada Rendy.

“Jangan ngomong macem-macem!” batin Rena.

“Gimana pak Rendy?” tanya Hanna agar Rendy menyelesaikan kalimatnya.

“Iya mbak, kita temen SMA. Enggak nyangka akan satu tempat kerja juga,” ucap Rendy.

“Oohh gitu. Ya sudah pak, kalau begitu mari kita masuk untuk lanjut tanda tangan kontraknya,” kata Hanna sambil mengarahkan Rendy ke ruangan mereka.

“Aku ke sana dulu ya Ren,” pamit Rendy pada Rena.

Rena hanya melambaikan tangan dan tersenyum dari kursi, senyum formalitas. Namun, Rendy malah berdebar karena senyum itu.

“Seneng banget pagi-pagi udah lihat yang bening,” batin Rendy sambil berjalan mengikuti Hanna.

“Sama aku enggak bilang ‘duluan’ gitu?” tanya Mitha pada Rena.

“Nanti tanyain aja sama orangnya kenapa enggak pamit sama kamu,” jawab Rena.

Usai menjawab pertanyaan tidak penting dari Mitha, ia menuju toilet. Mendadak perutnya terasa sakit.

“Pagi Ren…” sapa Ferdian yang baru saja keluar lift saat melihat Rena yang baru saja saja keluar dari pintu kantor mereka.

“Oohh…” kata Rena sedikit terkejut saat disapa.

“Ya, pagi,” ucap Rena berhenti sejenak membalas sapaan Ferdian.

“Mau ke mana Ren?”

“Toilet. Aku duluan,” ucap Rena buru-buru pergi.

"Reeennn, tunggu..."

"Ada apa?" tanya Rena yang berhenti sejenak.

"Habis pulang kerja free?"

"Sibuk."

"Bohong."

"Kamu bisa stop enggak sih? Aku kan udah bilang kalau aku enggak ada perasaan apa-apa sama kamu," ucap Rena.

"Aku enggak bisa nyerah ke kamu, kamu harus tanggung jawab karena bikin aku mikirin kamu terus," jawab Ferdian.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 22

    "Bodoh sih sejujurnya, kan gue udah bilang putusin ajaaa cowok kayak gitu. Cowok yang gak mau coba untuk deep talk tuh buat apa sih dipertahanin? Aaaaarrrggghhhh!! Sebel!!!!!"Rena hanya bisa mengumpat dalam hati. Dia tidak tega harus berkata seperti itu pada Mitha yang sedang sedih dan sakit."Sabar Rena saabbaaarrrrrr," batin Rena."Enggak mit, enggak bodoh kok. Jangan nangis lagi ya, Mit. Lo harus fokus buat sembuh dulu ya..."Rena hanya bisa mengucap hal itu berulang-ulang bak mantra sihir hingga tiba di apartemen Mitha.Mitha hanya menangis sesegukan di sepanjang jalan. Terlihat wanita yang pucat pasi itu menahan diri agar tidak berteriak histeris."Ren, kamu gendong aja ya. Kasihan kalo dibangunin," ucap Rena pada Rendy usai pria itu memarkirkan mobil di parkiran apartemen Mitha."Kamu gak cemburu?" tanya Rendy.Anehnya, Rena merasa senang dengan pertanyaan Rendy barusan. Perutnya serasa dipenuhi kupu-kupu, dadan

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 21

    "Malam dok," jawab Rena dan Mitha bersamaan."Saya demam," jawab Mitha lemah.Rasa dingin Mitha sudah sedikit berkurang kali ini."Sudah berapa hari demamnya mbak?" tanya dokter Yasmine."Dari kemarin malam mbak. Saya jam empat pagi tadi juga udah sempat ke klinik dan minum obat dari dokternya. Cuma memang demamnya belum turun-turun," jelas Mitha."Kalau saya boleh tahu, mbak nya diberi obat apa saja ya oleh dokter klinik?""Saya dikasih obat demam, obat radang tenggorokan, antibiotik sama vitamin dok. Untuk nama obatnya saya gak inget dan gak bawa juga," kata Mitha.Mitha menyesali mengapa tidak sempat memotret obat yang ia dapat dari klinik."Tadi dia buru-buru saya bawa ke sini karena udah terbaring di lantai pas saya sampai di apartemennya dok, makanya gak kepikiran buat bawa obatnya juga," jelas Rena pada dokter Yasmine."Baik kalau begitu. Maaf sebelumnya, dengan mbak siapa?""Saya Rena, teman saya ini Mitha, dok..."Dokter Yasmine pun tersenyum dan memegang kening Mitha."Cukup

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 20

    "Pfffftttt... ppfffffttt..."Rena benar-benar berusaha menahan tawanya."Tadi katanya gak akan ketawaaaaaa??" tanya Mitha cemberut.Meski begitu, Mitha tidak marah pada Rena."Iya... okee... maaf.. maaf.. aku gak akan ketawa lagi..."Rena berusaha berhenti tertawa secepat mungkin. Jujur saja, perut gadis itu sampai sakit menahan tawa."Ehhmmm... eehhheemmm..."Rena berdehem untuk membantu dirinya sendiri agar tak tersenyum. Gadis itu dengan cepat meraih botolnya agar bisa minum sehingga fokusnya dapat segera teralihkan."Okeee, tanya ke chatGPT," ucap Rena berusaha kembali serius pada topik pembicaraan mereka."Terus apa kata chatGPT?" tanya Rena usai meletakkan botolnya kembali ke meja.Mitha memajukan bibirnya. Meski terlihat tak senang, Mitha tetap ingin bercerita tentang kebodohan yang telah lama ia pendam ini."Menurut chatGPT, hal itu dikarenakan dalam hati aku merasa enggak dianggap sebagai bagian dari hidup pacarku. Umumnya, undangan pernikahan adalah ajang perkenalan pasangan

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan    Bab 19

    "Dia adalah contoh nyata dari istilah 'kalau udah cinta, tai ayam pun rasa coklat'. Gak usah terlalu dipikirin," jawab Mitha dengan mimik wajah jutek andalannya."Pfffttttt, bisa-bisanya lo Mit..." sahut Olivia.Olivia sendiri tidak pernah terpikir lagi dengan istilah jadul itu hingga Mitha menyuarakannya."Hahahaa...""Hahaha, tapi bener juga sih ya.""Emang dia segitunya banget..."Seluruh anggota tim jadi menertawakan celotehan Mitha sebelumnya. "Halo???" ucap seseorang memecah gosip sore Rena and friends.Semua orang langsung menoleh ke arah sumber suara."Jamal... Jamal... Bisa-bisanya dateng sekarang, lagi seru nih kittaaaa..." ucap Olivia sedikit merajuk pada Jamal."Bikin kaget aja..." gumam Mitha."Hehe... Maaf ya, maaf banget. Bentar doang kok. Mau kasih undangan nikah buat kalian satu divisi," jawab Jamal malu-malu.Jamal pun meletakkan undangan fisik berbentuk amplop berwarna merah ke meja yang paling dekat dengannya."Waaahhh... Selamat Jamaallll, akhirnyaaaa...""Widihh

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 18

    "Aku gak janji ya mbak, kan ada beberapa orang yang lewat tadi pas aku lagi ngomong sama debt collector. Apalagi mbak tahu perlakuan Silvi itu parah banget ke aku. Jadi jangan berharap banyak, aku gak sebaik itu mbak," jawab Rena datar."Kenapa harus capek-capek rahasiain, biarin aja dia malu. Kalo emang bukan dia, biarin aja entar dia klarifikasi sendiri. Ngapain aku harus pusing pikirin dampak yang bakal dia dapet," gerutu Rena dalam hati.Rena langsung berdiri bersiap untuk keluar ruangan."Terus uangnya gak apa mbak gak usah dibalikin, anggap aja aku nyumbang. Buang sial. Aku pamit balik ke meja mbak," pamit Rena pada Hanna.Hanna tak bisa berkata apa-apa untuk menahan Rena. Wanita itu coba memposisikan dirinya di kaki Rena."Jika aku Rena, sepertinya aku akan langsung membuat pengumuman ke seluruh kantor agar dia malu," gumam Hanna.***"Si gatel lewat tuh...""Kapan sih dia resign, kesel banget harus lihat dia lewat..."Meski celaan ini sudah menjadi santapan sehari-hari, tetap

  • Kulamar Kau Dengan Sedotan   Bab 17

    "Halo... Pak... Saya bukan Silvi, ini siapa ya? Boleh jelasin dulu kenapa bapak cari Silvi?" tanya Rena berusaha menekan emosinya."MANA SILVI? SURUH DIA BAYAR HUTANG! MAU CUMA DAPET DUIT AJA, BAYAR GAK SANGGUP. KALAU GAK SANGGUP BAYAR JANGAN PINJEM!""Pak... Maaf ya, anda bisa kan bicara santai saja. Silvi siapa yang anda cari?""SILVIA ANDARINA LAH! SIAPA LAGI? BUDEG YA LO?!""Apa-apaan pria ini? Kurang ajar sekali!" maki Rena dalam hati.Rena yang diam sebentar itu menatap Mitha dan Rendy berjalan santai melewati dirinya."Kamu kenapaaa?" tanya Mitha dengan suara pelan."Gak apa, lanjut aja lanjut..." jawab Rena yang tak kalah pelan."Beneran kamu gak apa?" tanya Rendy.Terlihat sekali pria itu mengkhawatirkan Rena."Gak apa, lanjut aja kalian kalau mau pergi," jawab Rena lagi."Pak, Silvia Andarina sedang tidak ada di kantor. Sebaiknya anda langsung menghubungi ponsel Silvi saja, yang anda hubungi sekar

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status