Tanpa membuang waktu Andi langsung menyambar jas dan kunci mobilnya tanpa menghiraukan Nora yang masih di hadapannya.***20 menit perjalanan akhirnya Andi sampai di rumah sakit, ia langsung bertanya ruangan Ibunya lalu bergegas kesana.Ceklek!Pintu terbuka menampakkan Andi yang baru saja datang Ayah yang setia di samping Ibu langsung menjauh begitu Andi masuk."Ma ...," lirih Andi sambil menggenggam tangan perempuan yang sudah melahirkannya itu."Apa Maya udah ketemu? Mama pengen ketemu, Mama ingin melihat cucu Mama," ucap Mama dengan surah lemah membuat Andi langsung mencium tangan Mamanya."Udah Ma," jawabnya sekuat hati, Ayahnya yang tadi enggan melihatnya kini berbalik mendekati Andi."Ayah harap kamu tidak bohong," ucap Ayah yang dibalas anggukan oleh Andi, Mamanya nampak gembira sambil menggoyang-goyangkan tangan Andi."Bawa Mama ketemu Nak, Mama minta tolong," pinta Mama yang dibalas anggukan oleh Andi."Andi janji akan bawa Mama ketemu sama Maya asal Mama sembuh jangan sakit
"Em ... Maya ke belakang dulu ya Ma, buatin susu untuk Hana sepertinya dia haus sekali," ujar Maya memberi alasan agar ia bisa menenangkan dirinya.Mama hanya mengangguk tanpa melihat Maya, ia sibuk dengan Hana tanpa membuang waktu Maya langsung bangkit meninggalkan ruang tengah."Coba sini, Ayah yang gendong dulu," ujar Ayah membuat Mama berdecak lalu memindahkan Hana ke gendongan suaminya."Cucuku Kakek ternyata udah besar ya," ucap Ayah pada Hana lalu mencium pipi mungil itu sedangkan Andi ia hanya tersenyum melihat putrinya menjadi rebutan orang tuanya."Andi lihatlah, betapa sucinya wajah bayi ini, ia bahkan tidak mengerti apa-apa, tapi kenapa Ayah merasa ia sudah menjadi korban kecerobohanmu.Kamu bahkan tega membuatnya seperti ini bersama Maya," ucap Ayah membuat Andi tercekat tenggorokannya terasa kering seperti ada yang mengganjal.Belum 5 menit di gendongan Ayahnya, Hana malah menangis membuat Andi tersenyum, ia tahu pasti bayinya ingin digendong olehnya."Loh kok malah nang
Andi memilih bersandar di tembok sambil memejamkan matanya beberapa saat ia bingung harus bagaimana memulai percakapan dengan Maya ia malah takut serba salah dan membuat Maya marah.Tanpa membuang ia kembali ke kamar untuk menghubungi rekan kantornya.[Halo Pak Andi] sapa Dimas karyawan yang disuruh Andi untuk membeli semua dagangan Maya tempo hari.[Iya Dimas, besok tugas kamu sama seperti tugas tempo hari ya akan saya kirim uangnya dan bawa makanannya ke kantor bagi-bagi sama rekan yang lain] ucap Andi.[Baik Pak] Baru saja Andi menutup telponnya, tiba-tiba Hana menggeliat membuat Andi langsung merebahkan tubuhnya di samping bayi itu."Ayah perhatiin Hana kayak nggak biasanya sayang, kenapa Nak?" ucap Andi lalu ia meletakkan punggung tangannya di kening Hana."Astagfirullah Hana demam Nak, pantes dari tadi serba salah," lanjut Andi lalu ia menggendong Hana membawanya ke dapur."May," panggil Andi membuat Maya menoleh."Hana sepertinya demam panas banget," lanjutnya membuat Maya ter
"Hana tidak akan mengingatku, apalagi ia nanti mempunyai Ayah Devan, Bunda Maya dan Ayah Andi yang sangat menyaganginya,” jawab Wini berusaha menghilangkan perasaan sedih itu membuat Andi geleng-geleng tidak percaya.“Munafik sekali, kemana kamu akan pergi?” tanya Andi semakin penasaran dengan niat Wini sedangkan Wini malah menggedikkan bahunya.“Aku tidak tahu, tapi yang jelas dunia ini sangat luas ya walaupun terkadang kita sering menemui orang yang sama walaupun di tempat berbeda,” jawabnya santai membuat Andi kagum.“Kamu sangat pintar, apa kamu tidak ada keinginan untuk kuliah?” “Ada, tapi sekarang hanya jadi sebuah mimpi yang kemungkinan kecil terjadi. Dulu sebelum Paman meninggal aku selalu mendapatkan beasiswa prestasi, udah nabung juga buat kuliah.Ya itulah takdir nggak ada yang tau tiba-tiba Paman sakit mau tidak mau uang tabungan itu digunain buat berobat, udahlah udah lewat juga,” curhatnya membuat Andi mangut-mangut.“Sekarang aku harus fokus kerja selama kurang lebih d
"Sumpah ... ini cewek beneran kualat." gumamnya tidak bisa menahan tawanya. "Mas!" panggilan Maya membuat Andi tersadar lalu ia mengikuti Maya menghampiri dua sejoli yang sedang adegan romantis di seberang jalan."Wini," panggil Maya sambil tergesa-gesa mendekati keduanya Wini langsung sadar dengan segera ia bangkit tanpa memperdulikan Devan.Andi menyodorkan tangannya sebelah untuk membantu Devan."Kamu nggak apa-apa?" tanya Maya sambil melihat Wini dari atas sampai bawah.Sedangkan yang dilihat malah menggeleng sambil mengusap pakaiannya yang terkena debu"Nggak kok santai," jawab Wini lalu mulai berjalan terlebih dahulu. Sedangkan Andi yang melihat ekspresi Wini lagi-lagi hanya bisa menahan tawa.'Salah tingkah mulu,' ledeknya dalam hati.***Sekarang mereka semua sedang berkumpul di ruang tengah kontrakan Maya, sambil di suguhi minum dan makanan yang di beli Wini tadi."Em ... guys mumpung kita berempat disini aku ingin mengatakan sesuatu pada kalian," ucap Devan memulai percakap
Deg!Andi langsung tercekat tiba-tiba ulu hatinya kembali sakit setelah hampir sebulan tidak mendengar dan membahas kata cerai ia terdiam beberapa saat lalu tersenyum."Mungkin udah waktunya," ucap Andi membuat Wini yang sedang memejamkan matanya langsung membukanya kembali menatap langit-langit ruangan sejenak lalu ia duduk seperti biasa."Hu'um ... kita hampir lupa dengan semua itu karena merasa bebas untuk mengunjungi Hana.Nyata dibalik kebebasan itu rencana lain terus berjalannbodoh ya." ledek Wini pada dirinya sendiri."Kapan mereka menikah?" tanya Andi lagi, Wini menggeleng lalu menggedikkan bahunya."Aku nggak tau dan nggak mau tahu juga tolong temani aku nanti beli tiket pesawat ya." ujar Wini yang dibalas anggukan kecil oleh Andi."Jangan hilang kontak supaya nanti aku bisa menghubungkanmu dengan Hana," pinta Andi yang dibalas anggukan oleh Wini.***Sore hari, Andi mengantarkan Wini ke bandara begitu sampai, tiba-tiba Andi mendapat telpon membuatnya mengurungkan niat untuk
Perlahan Wini berbalik sambil berusaha menghilangkan rasa canggungnya."Kenapa Kak?" tanya Wini santai Devan langsung menyodorkan paper bag ke hadapannya membuat Wini bingung."Apa ini?" tanya Wini lagi sambil menerima paper bag tersebut."Oleh-oleh dari Singapura kamu pergi-pergi aja setidaknya bilang makasih kek udah dipinjamin pundak.Kalo Maya tau dia pasti cemburu liat calon suaminya terlalu baik gini," jawab Devan panjang lebar membuat Wini terkekeh."Iya-iya, Makasih banyak ya Dokter Devan yang baik hati untuk pundaknya dan juga oleh-olehnya semoga kita bisa bertemu di lain waktu," ujar Wini tanpa sadar membuat Devan mengernyitkan dahinya."Maksudnya?" "Hah? Nggak-nggak, aku cuma bercanda hehe.O iya by the way maafin aku ya Kak kalo banyak salah sama Kakak, suka ngegas nggak jelas," lanjut Wini, Devan semakin bingung tapi ia berusaha positif thinking."Kok tiba-tiba minta maaf gini sih? Kesambet apa kamu?" lagi-lagi Devan bingung.'Kesambet cintamu, eh astagfirullah Wini!' um
"Bagaimana ini?" tanya Andi bingung, Wini menggeleng sekilas."Sudah tidak apa-apa biarkan Maya menenangkan dirinya.Bersyukur Hana ditinggalkan sama kamu kalo sama orang lain kan ribet urusannya," jawab Wini membuat Andi mangut-mangut."Ya sudah, tolong belikan Hana susu sama sekalian dotnya ya kasian pasti anakku ini haus banget," pinta Andi sambil mencium wajah putrinya."Ya, habis beli susu aku langsung ke kosan dulu ya ngambil koper, udah di packing dari tadi malam tinggal ngambil aja.Sekalian mau pamit juga sama teman-temanku di restoran," ujar Wini yang dibalas anggukan oleh Andi."Pakai uangmu dulu ya, nanti di ganti," "Hum," Wini hanya mendehem lalu berlalu dari hadapan Andi."Kita ke dalam ya sayang, Hana ikut anterin anty Wini ke bandara," gumam Andi sambil berjalan membawa Hana ke ruangannya.***Disisi lain, Maya pergi ke taman ia sama sekali belum sadar kalau Hana ia tinggalkan, ia benar-benar tidak menyangka dengan semua ia, sesekali ia meremas gamisnya meluapkan emos