Share

Boneka

Hasil pemeriksaan bulanan kali ini tidak bagus, bahkan termasuk yang paling buruk yang pernah Kyra dapatkan. Ia hanya bisa menghela nafas sepanjang perjalanan kembali dari rumah sakit. Ia merasa tak punya muka untuk bertemu dengan kedua orang tuanya. Mereka akan sangat marah. Bukan, bukan karena mengkhawatirkannya. Mereka memang tak pernah menyukai dirinya yang telah menjadi kelemahan untuk keluarganya, terutama ayah dan perusahaan sang ayah.

Sebenarnya, kalau tidak diminta pulang, Kyra memilih untuk langsung kembali ke Bandung atau menginap di hotel barang semalam untuk sekedar stay-cation sambil meratapi hasil pemeriksaannya. Tapi, kali ini ia harus pulang ke rumah kedua orang tuanya, karena ini sebuah perintah. Ia tak punya hak untuk melawan dan membantah, ia hanya memiliki kewajiban untuk menuruti kedua orang tuanya.

Ia tidak tahu masalah apa lagi yang telah ia perbuat sampai ayahnya meminta langsung padanya untuk pulang. Ia yakin dirinya tak habis melakukan kesalahan apapun. Ia juga tidak menunjukkan kelemahannya pada siapapun. Tapi, kalau diingat-ingat, ia memang sempat terlibat masalah dengan preman dekat kampusnya kemarin. Ia hanya bisa berharap ayahnya tak mengetahui hal itu. Sebagai anak tunggal dan satu-satunya calon penerus perusahaan, ia tahu bahwa ada banyak mata yang selalu mengawasinya dan ada banyak bibir yang akan selalu melaporkan apapun yang terjadi padanya kepada sang ayah.

"Assalamu'alaikum," sapa Kyra sambil melangkah masuk ke dalam rumah melalui pintu depan.

"W*'alaikumsalam," balas seorang perempuan dengan nada yang riang. Kyra langsung menghampiri wanita itu dan mencium punggung tangannya. "Anak Bunda udah dateng, akhirnya. Ayah nungguin, tuh, di ruang kerjanya. Kamu langsung ke sana, ya? Bunda mau masak untuk makan malem kita. Kita bakal makan enak malam ini." Ia mengecup kening Kyra singkat, lantas membalikkan badannya dan pergi begitu saja.

Memang kelihatan ramah, lembut, dan penuh kasih sayang. Tapi, Kyra tahu bahwa ada sesuatu yang membahagiakan dirinya sampai sang bunda bersikap seperti itu padanya. Ia yakin, ini ada hubungannya dengannya. Entah apa, tapi setidaknya ia tidak melakukan kesalahan. Namun, ia tahu betul bahwa akan ada hal besar membahagiakan yang akan terjadi pada keluarganya yang melibatkan dirinya.

Tok. Tok. Tok.

"Masuk," jawab lelaki di dalam ruangan itu.

Kyra membuka pintu tersebut, seraya melangkah masuk ke dalam ruang kerja seluas 4x4 meter dengan lemari buku yang menempel di dinding kanan dan kirinya. Ia melihat sang ayah sedang berdiri di depan lemari buku di kanan, tengah membaca sebuah buku dengan cukup serius.

"Oh, kamu udah pulang." Ayah menutup buku yang ia baca, lalu berjalan menyeberangi ruangan untuk duduk di sofa. Ia pun mengarahkan Kyra untuk mengikutinya. Kini, mereka duduk berdekatan di sofa yang berbeda. "Gimana hasil pemeriksaan kamu?" tanyanya.

Rasanya Kyra ingin memuntahkan jantungnya saja daripada menjawab pertanyaan sang ayah. "Maaf, hasilnya nggak bagus. Kyra bakal berusaha untuk lebih menjaga kondisi," jawab Kyra tanpa berani menatap langsung pada mata sang ayah.

"Nggak masalah."

"Eh?" Kyra menatap Ayah dengan tercengang.

"Kamu nggak perlu berusaha menjadi sehat. Kamu pergunakan kelemahanmu ini untuk mengikat rasa kasihan mereka," kata Ayah.

"Mereka?" tanya Kyra tak paham. Ia memang cerdas, tapi ia tidak punya ide apa-apa untuk orang-orang yang Ayah sebut 'mereka'. Ia bahkan tidak tahu sedang membicarakan apa.

"Pasangan Aswangga Ciptadi dan Cantika Wahyuningtyas, pemilik D'Kratos Group," jawab Ayah. "Ayah dan Bunda, juga mereka, telah sepakat untuk menjodohkanmu dengan anak tunggal mereka."

Kyra hanya bisa tercengang tak percaya. Selama ini, hidupnya sudah seperti boneka yang selalu dikendalikan kedua orang tuanya. Ia kira, setelah diperbolehkan kuliah di Bandung, ia bisa mendapatkan kebebasan lebih banyak lagi, terutama tentang jodoh. Tapi, ternyata ia salah. Ia tak akan pernah bisa lepas dari kekangan kedua orang tuanya.

"Baik."

***

Selama seminggu setelah ia diberitahukan ayahnya bahwa ia akan dijodohkan dengan anak dari teman bisnis ayahnya, ia sama sekali tidak bisa berpikir dengan jernih. Ia banyak melewatkan perkuliahannya, banyak melamun, bahkan ada satu hari di mana ia memilih untuk tidak hadir kuliah dan hanya mendekam di dalam unit apartemennya. Ia resah dan gelisah. Ia bukan tipe perempuan yang dapat dengan mudah menyukai seorang lelaki. Apalagi, ia tak tahu bagaimana sosok lelaki yang dijodohkan dengannya.

Kyra ingin mencari tahu, tapi ia terlalu takut untuk mengetahu sebuah kenyataan. Ia tahu sedikit banyak tentang Aswangga dan Cantika, juga tentang D'Kratos. Ia pun tahu bahwa dengan perjodohan ini akan mendatangkan keuntungan bagi dua perusahaan. Intinya, ini perjodohan bisnis. Ia hanya tak menyangka bahwa nasibnya akan seperti ini. Ia lebih baik tidak tahu apa-apa tentang lelaki yang dijodohkan dengannya. Ia akan siap dengan kejutan.

"Udah siap, Nak?" tanya Bunda sambil mendorong pintu kamar Kyra. "Wah! Anak Bunda cantik banget. Bunda tahu kamu bakal cocok sama gaun itu. Tapi, kamu kayaknya kurusan, ya? Kamu harus jaga berat badan kamu, jangan terlalu kurus, jangan terlalu gendut. Kamu harus sempurna secara fisik."

Kyra menatap dirinya di cermin dengan tak bersemangat. Ia sangat tidak suka bundanya menyinggung soal kesempurnaan fisik. "Baik."

"Yaudah. Yuk! Ayah udah nungguin di ruang tamu." Sambil merangkul lengan Kyra, Bunda menarik tubuhnya keluar dari dalam kamar. "Inget, ya. Jangan lupa tetep senyum. Kalau kamu ngerasa nggak enak badan, harus ditunjukkan dengan jelas supaya dapat simpati mereka, tapi buat jangan seakan-akan kamu benar-benar lemah. Ngerti?"

"Baik."

Ayah sudah memakai jas formal yang sangat rapi, tengah berdiri di ruang tengah sambil merapikan dasinya. Ketika Kyra menuruni anak tangga di belakang Bunda, Ayah membalikkan badan dan menatapnya. Ia tersenyum, tapi tentu saja itu bukan senyum yang tulus dari sang ayah pada anaknya yang telah tumbuh dewasa. Itu adalah senyum kepuasan yang mengungkapkan bahwa ia bangga pada diri sendiri yang telah berhasil membesarkan seorang anak perempuan untuk menjadi seperti yang ia inginkan.

Kyra duduk di kursi penumpang paling belakang, sedangkan ayah dan ibunya duduk di kursi penumpang tengah. Mobil Alphard putih ini dikemudikan oleh supir pribadi sang ayah, Pak Omar namanya. Lalu, mereka pun meninggalkan kediaman Mahesa yang bak mansion bangsawan Eropa itu.

Pertemuan itu dilaksanakan di sebuah restoran Jepang terbaik di kawasan Jakarta. Mereka sudah dipesankan ruangan VIP khusus untuk pertemuan mereka dengan keluarga pendiri D'Kratos. Perjalanan cukup memakan waktu karena kemacetan, dan hal itu yang membuat Kyra semakin tidak tenang. Kondisinya memang tidak begitu baik sejak pagi tadi, dan ia semakin merasa sesak karena kecemasan. Kalau bisa, ia ingin pingsan saja agar acara malam itu dibatalkan. Tapi, tentu saja, jika sampai ia yang menjadi penyebab pertemuannya dibatalkan, ia akan mendapatkan hukuman.

Mereka pun tiba di restoran Jepang itu, lalu langsung diarahkan oleh seorang waitress perempuan ke ruang VIP yang sudah mereka pesan. Katanya, pihak keluarga D'Kratos sudah tiba lebih dulu, mengingat pihak keluarga D'Kratos-lah yang menyusun perjodohan ini. Hal itu semakin membuat Kyra tidak tenang. Jantungnya pun berdetak semakin kuat dan cepat, sampai rasanya ia ingin memuntahkan jantungnya itu.

"Kyra, sini, Nak," panggil Ayah dengan nada lembut. Dengan wajah yang terpasang tenang, Kyra mendekati Ayah dan berdiri di sampingnya. "Ini, kenalin, temen bisnis Ayah yang paling deket. Ini Om Angga, dan ini Tante Tika."

Kyra mencium punggung tangan sepasang suami istri itu bergantian. "Kyra, Om, Tante," sebutnya dengan ramah sambil menyunggingkan senyum, namun matanya tidak ikut tersenyum.

"Duh, cantik banget, deh. Ini lebih cantik daripada di foto," kata Tika. "Kamu kuliah di ITB, 'kan, ya? Jurusan apa?" tanyanya berbasa-basi.

"Desain Komunikasi Visual, Tante," jawab Kyra.

"Oh, gedungnya nggak jauh dari Sekolah Teknik Elektro dan Informatika, 'kan?" tanya Angga, dan Kyra menganggu. "Anaknya Om dan Tante juga kuliah di ITB, tahun terakhir. DIa di jurusan Sistem dan Teknologi Informasi."

"Oh?" gumam Kyra penasaran. "Siapa namanya? Mungkin Kyra kenal," kata Kyra.

"Raka. Raka Akmana."

"Eh?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status