Share

Secret Admirer (part 2)

Mereka mulai memasang tenda, Nirea cukup kesuliran karena pergelangan tangannya tapi itu tidak menghambat perkerjaanya. Tenda yang akan mereka sudah berdiri dengan sempurna, mereka meneguk minum yang mereka bawa karena kehausan.

Mereka mulai membagi tugas, Nira dan Darrel mendapatkan tugas untuk mencari kayu bakar, Liza dan Tao memasak sedangkan Afriya dan Arka mencari air untuk mereka minum. Mereka mulai berpencar kecuali Liza dan Tao.

Nira dan Darrel berjalan ke sebelah timur dan masuk kedalam hutan untuk mencairkan suasana Nira bertanya dengan beribu kupu-kupu yang ingin keluar dalam perutnya.

“Apa kau murid baru? maksudku aku tidak pernah melihatmu, itulah mengapa aku menanyakannya.” Nira menjelaskan pertanyaannya

“Tidak, aku mendaftar bersama dengan Tao dan yang lainnya. Mungkin karena aku jarang keluar kelas itulah kenapa aku terlihat asing.” Balas Darrel

“Ohh.”  Nira ber'oh' ria

“Yeah. Apa kau tipe orang yang ceroboh?” tanya Darrel

“Tidak juga.” Balas Nira

“Lalu kenapa tanganmu bisa terluka?” tanyanya lagi

“Ini sudah biasa. Aku mendapatkan luka ini saat di tingkat ke-2 di SMP, jika pergelangan tangan ini terluka bukan hal yang harus dikhawatirkan.” Balas Nira

“Ohh baiklah.” Balas Darrel

“Apa kau asing denganku dan kedua temanku?, maksudku apa kau tidak merasa nyaman ataupun yang lainnya?” tany Nira

“Tidak, kalian sangat ramah dan sepertinya aku menyukainya.” Balas Darrel

Keduanya mengobrol lama sampai akhirnya langit berubah warna dan sang surya bersembunyi yang digantikan bulan sabit. Mereka sudah berkumpul dan menyalakan api unggun. Liza dan Tao mulai memasak mie yang mereka bawa.

Setelah mie yang mereka masak selesai mereka mulai membaginya dan makan. Mereka saling berbincang dan menceritakan kehidupan mereka semua kecuali Nira, ya gadis itu belum berani menceritakan mehidupan pribadinya kepada mereka karena ia berpikir tidak ada yang harus ia ceritakan.

Gadis itu terbawa suasana, dia merasa iri dengan teman-temannya yang bisa akrab dengan keluarga mereka. Mata coklat itu terlihat berkaca-kaca, saat mereka akan jatuh ia pergi ke dalam tendanya. Semua orang berhenti berbincang dan Darrel menanyakan apa yang terjadi dengan gadis itu, dan sebagai jawabannya mereka hanya menggeleng.

Nira berpura-pura tidur saat kedua temannya masuk, saat kedua temannya dan tenda di samping hening gadis itu memberanikan diri untuk keluar, berbaring di samping api unggun dan menatap langit. Bintang-bintang di atas kepalanya berkelap-kelip seakan-akan mereka semua sedang menyapanya. Cairan bening berjalan keluar dari tempatnya tanpa persetujuan si pemilik. Dia masih menatap langit yang seakan-akan benda langit itu candu untuknya.

“Bukankah mereka terlihat cantik?” Darrel berbaring di sampin Nira dan tersenyum menatap langit, Nira menyeka airmatanya dan melirik Darrel sebentar.

“Aku kira kalian sudah tidur.” Ucap Nira 

“Mereka memang sudah tidur, hanya aku yang tersisa tenang saja. Apa kau baik-baik saja?” tanay Darrel

“Tentu saja.” Balas Nira

“Baiklaha, tapi aku tidak sengaja melihatmu menangis.” Ucap Darrel

“Aku tidak menangis, untuk apa? Tidak ada yang harus ditangisi.” Balas Nira

Keduanya masih menatap langit dengan kedua tangan mereka sebagai tumpuannya. Nira mulai menutup matanya perlahan-lahan dan tertidur.

Darrel meliriknya sebentar, “Terlalu banyak rahasia yang kau sembunyikan dan beberapa saat yang lalu aku tahu kau sudah melampiaskannya.” Darrel bermonolog dan senyum tipis terlukis di bibir merah mudanya. Pria itu bangkit, dia berjalan pelan menuju tendanya.

Darrel mengambil selimutnya dan kembali lagi keluar. Pria itu menyelimuti Nira dan berbaring kembali. Tangan kanannya dia gunakan sebagai bantal untuk kepala Nira dan ia menggunakan tangan kirinya sebagi bantal tidurnya. Kedua anak SMA itu tertidur dengan pulasnya. 

Seorang gadis membuka matanya, sebuah selimut melilit tubuhnya. Ia mengucek matanya dan keluar dari tendanya. 

“Ahhhh.” Afriya gadis itu, gadis yang baru saja berteriak melihat dua orang yang sedang tertidur sambil berpelukan di samping api unggun. Semua orang menghampirinya kecuali dua orang yang masih bergelayut dengan mimpi mereka, mereka semua mendekati kedua sejoli itu. 

“Nira.” Liza membangunkan Nira

“Darrel.” Tao menggoyangkan tangan Darrel 

“Ughh.” Keduanya terbangun, mereka membuka kedua mata mereka dan saat pengelihatan mereka sudah normal “ Ahhhh” keduanya berteriak

“Apa yang sudah kau lakukan padaku?” tanya Nira

“Aku tidak melakukan apapun.” Balas Darrel

“Dasar mesum.” Hardik Nira

“Aku hanya menyelimutimu, dan saat aku memelukmu kau yang menyuruhnya.” Ucap Darrel menjelaskan

“Tidak mungkin.” Balas Nira dengan teman-temannya diam menunggu penjelasan

“Benarkah?” tanya Nira lagi

“Coba kau ingat-ingat lagi.” Nira menutup matanya dan mengingat-ingat apa yang dikatakan Darrel. Dan yang dikatakan pria itu adalah kebenarannya.

“Apakah itu benar Ra?” saat ini Afriya membuka mulutnya, dia tidak bisa diam saja dan sebagai jawabannya Nira hanya mengangguk. Nira menepuk jidatnya sendiri, ia tidak tahu akan seperti ini.

“Baiklah, kita anggap tidak ada yang terjadi. Liza, Tao aku lapar buatkan aku makanan.” Arka mengeluh, perutnya memang tidak bisa diajak kompromi. Tidak hanya dia Afriya, Nira, Darrel, Liza dan Tao pun merasakannya. 

“Tidak, aku saja yang masak.” Nira bangun dari tidurnya, Liza mengakungkan telunjuknya dan menggoyangkannya.

“Tidak bisa, kau harus mencari kayu bakar sayang.” Balas Liza

“Tapi Liza aku juga lapar.” Ucap Nira merengek

“Baiklah kita akan menggunakan kayu bakar sisa kemarin dan kalian bisa mencuci wajah kalian di sungai.” Ucap Liza lagi

Mereka berempat pergi menuju sungai sedangkan si koki memasak dangan bangganya meskipun yang mereka masak hanya beberapa bungkus mie instan saja. Butuh waktu 5 menit untuk sampai ke sungai, mereka mencuci wajah, tangan dan kaki mereka. Air sungai yang segar itu menyihir semua orang, tidak ada yang ingin kembali ke tempat kemah mereka, air sungai itu sangat bening. Tidak ada sampah yang terapung disana, tidak ada bau yang tercium, siapapun orang yang pergi ke sungai itu tidak akan berpikiran ingin kembali. 

“Aku akan kembali, aku lapar.” Arka membuka mulut

“Aku juga.” Darrel menambahkan

“Aku juga akan kembali, bagaiman denganmu Ra?” tanya Afriya

“Aku masih ingin disini Riya, kalian pergilah dulu. Aku akan menyusul.” Balas Nira

"Baiklah." Balas Afriya

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status