Shen Hua dan Li Yuan mempersiapkan pernikahan mereka di gubuk tua itu. Dengan uang sisa hasil menjual peninggalan keluarga yang Li Yuan bilang, mereka sama-sama menghias segalanya dengan dominasi warna merah. Ditambah simbol-simbol kebahagiaan.
"Kita hanya berdua. Tidak apa-apa, kan?" tanya Li Yuan."Siapa bilang kita hanya berdua?" kata Shen Hua dengan senyum yang penuh kebahagiaan. "Lihatlah, langit yang biru membentang luas itu. Aku yakin, meski tidak tampak dengan mata, para dewa dan dewi itu hadir untuk merestui kita."Jawaban Shen Hua membuat Li Yuan berpikir. Apakah keturunan iblis seperti dirinya diizinkan menyembahyangi para dewa dan dewi saat menikah? Ia hanya tidak ingin mengecewakan Shen Hua. Ia pun berkata, "Kau benar."Maka, Li Yuan pun memasangkan kain berwarna merah di kepala Shen Hua. Menjadi tudung yang menjuntai dan menutupi wajah sang mempelai wa
Hari itu, Feng Qian bingung harus bagaimana. Jika pulang ke Laut Barat, bisa-bisa bertemu dengan Sun Zhun. Aduh! Benar-benar sesuatu yang tidak diinginkan. Apalagi si pangeran manja itu sudah dapat dukungan dari Ratu Langit. Menyebalkan! Meski rencana pernikahan seorang Putri Langit seperti dirinya belum diputuskan secara permanen, tetap saja, menyebalkan. Karena Ratu Langit sudah punya kandidat. Jika kandidat itu mendapat persetujuan dari Raja Langit, maka habislah!!Berpikir sejenak. Daripada tidak melakukan apapun. Lantas ia ingat! Ada tempat menyenangkan yang bisa ia kunjungi, untuk sekedar mengusir galau. Telaga Bulan. Bukankah di sana ia punya teman baik yang lucu? "Bing, ayo kita pergi ke Telaga Bulan!""Baik, Yang Mulia." Bing segera berubah wujud menjadi burung bangau langit. Membiarkan Feng Qian naik ke punggungnya.
Hari itu, Li Yuan bersiap akan berangkat ke Laut Barat. Ia sudah menunggu Li Jing yang rencananya juga akan ikut. Ia mondar-mandir di beranda istananya. Tidak lama kemudian, sang adik datang.Wajahnya Li Jing berseri. "Kak, aku rasa tidak perlu ikut ke Laut Barat. Aku yakin, dengan tampangmu yang luar biasa ini, Putri Langit itu pasti langsung menyerahkan hatinya. Tinggal kau bereskan."Li Yuan tahu, pasti begini kalau sudah melibatkan Li Jing. Apapun tidak akan jadi beres. "Bicara memang mudah. Lagi pula, apa yang membuatmu berubah pikiran?" tanya Li Yuan."Aku tidak bisa cerita," jawab Li Jing dengan misterius. "Ini sesuatu yang bersifat pribadi."Li Yuan mencebik. "Urusan pribadimu itu apa? Berendam di air bunga bersama gadis-gadis? Atau mengundang orang berpesta pora mabuk dan melupakan tugas penting? Apapun yang melibatkanmu, pasti berantak
Sudah beberapa hari ini Li Yuan tinggal di Laut Barat. Namun ia belum bertemu dengan Putri Langit sekali pun. Ia juga tidak mungkin menanyai setiap orang di sana. Misinya bisa ketahuan. Namun, ia malah sering bertemu dengan seorang makhluk abadi yang wajahnya sangat mirip dengan mendiang istrinya yang merupakan seorang manusia dunia fana, Shen Hua. Apa yang sebenarnya terjadi?*Suatu hari.Feng Qian sedang berlatih di pantai Laut Barat. Ia melatih kekuatan pedang dan jurus-jurusnya. Sudah lama tidak latihan, membuat badannya jadi kaku. Jurus yang sedang dipelajarinya adalah Jurus Memukau Langit, ia hanya perlu melihat sekali saat diperagakan gurunya Yue Yuan untuk menghafal setiap gerakan. Putri Langit satu ini memang dikenal cerdas dan cepat menguasai pelajaran yang di
Ombak di Laut Barat bergulung ganas pagi itu. Angin juga bertiup cukup kencang. Ini bukan hal yang biasa terjadi. Laut Barat yang biasanya tenang, tiba-tiba bergejolak, biasanya pertanda akan ada sesuatu yang buruk terjadi. Feng Qian keluar dari pondok. Diikuti beberapa orang yang menginap. Tentu saja, juga Li Yuan. "Ada apa, ya?" tanya Feng Qian, dengan suara pelan. Dirinya belum pernah menghadapi monster atau musuh-musuh ganas, selain di dalam Pagoda Awan Merah. Tiba-tiba ombak kian ganas bergulung, dan menimbulkan gejolak setinggi Pagoda Awan Merah yang melayang di atas awan itu, bersiap menimpa sampai ke pondok. Dengan cepat, Li Yuan menarik Feng Qian terbang menjauh. Ia bahkan memindahkan orang-orang itu sejauh mungkin dari pondok. Ketika ombak mulai mendarat, mereka semua selamat. Ditolong Li Yuan, bukannya berterima kasih, demi menjaga hatinya, Feng Qian pura-pura marah. "Lama-lama kau jadi sering meremehkan aku, ya, Tuan!" "Aku
Semuanya tampak gelap. Semuanya terasa menyakitkan. Namun perlahan cahaya merasuki kegelapan itu, dan mulai tampak terang. Tampak sebuah ruangan yang dikelilingi pepohonan, dedaunan, rerumputan, dan terdengar ringkikan kuda.. Kepala ini terasa begitu pening. Sedikit pun badan tidak bisa digerakkan. Lalu tercium aroma wewangian dari arang kayu cendana yang sekaligus menghangatkan. Sepasang mata itu terbuka, dan mengamati sekelilingnya. "D-di mana ini?" Ia menggerakkan kepalanya, dan melihat lebih luas. Ada seorang pria yang terbaring di sampingnya, hanya di atas ranjang berbeda. "L-li Yuan?" Yah, dia Feng Qian. Kemudian, teringat apa yang terjadi sebelum dirinya hilang kesadaran. Feng Qian dan Li Yuan melawan Long Mo. Wujud naga iblis yang merupakan tunggaan Putri Iblis Ye Gui. Mereka berdua kalah, dan terhempas jauh setelah terkena kibasan ekornya. Lebih mengerikan, Feng Qian ingat, Li Yuan memeluknya, menjadi perisai badan yang melindunginya dari sera
Wilayah Suku Iblis, Alam Keabadian Pencarian terhadap Feng Qian dan Li Yuan masih berlangsung. Belum ada kabar apapun yang datang. Li Jing menunggu di istananya dengan harap-harap cemas. Meski pun akhirnya ia tahu, kalau kekasihnya adalah seorang Putri Langit yang hampir jadi korban misi bejat hasil rencana Raja Iblis, dan hampir dieksekusi oleh kakaknya, Li Yuan. Bagaimana kalau pada akhirnya Feng Qian tahu hal ini? Tidak! Saat ini bukan waktunya mengkhawatirkan sesuatu yang bukan prioritas utama. Ia lebih khawatir dengan keselamatan Feng Qian. Kembali ke Alam Fana, di Negeri Chong Zheng Feng Qian membuka mata, dan mendapati dirinya berada di dalam sebuah kamar yang sangat mewah, khas kerajaan alam fana. Ia juga mencium aroma wewangian seperti cendana. Di alam keabadian juga ada aroma ini. Begitu menenangkan. Kemudian, ia mendengar suara langkah, berakhir dengan pintu kamar terbuka. Seorang pelayan bergaun sutera memasuki kamar. Ia melihat Feng Qian sudah membuka mata. "Anda sudah
Malam itu, ketika semua manusia fana terlelap dalam tidurnya, diam-diam Feng Qian kembali ke Wilayah Suku Kuda Terbang, menemui Ma Lian, pemimpin suku itu. Sang ratu bersayap itu menyambut Feng Qian dengan hangat. "Apa ada yang merisaukanmu, Feng Qian?" tanya Ma Lian. Feng Qian mengangguk. "Selama sembilan belas kali kehidupan yang sudah dijalani Li Yuan, selama jadi pria, dia selalu berakhir dengan lajang. Sekarang, Li Yuan reinkarnasi dengan wujud yang sama persis dengan dirinya di Alam Keabadian. Aku penasaran, sebenarnya, apakah dia boleh menikah?" "Soal ini, akan kupanggilkan Tabib Istana untuk menjelaskan." Ma Lian membalik telapak tangannya, dan muncullah lempengan tembaga. "Tabib Istana, datanglah ke Aula Ju Xiang." Tidak lama kemudian, sang tabib datang. Ma Lian kembali menjelaskan kerisauan Feng Qian tadi. Dengan bijaksana, tabib pun menjelaskan. "Pasien merupakan orang terhormat. Itu yang kulihat dari pakaian yang dikenakan dan senjata mili
Alam Keabadian Istana Langit Sudah hampir seribu tahun lamanya, Ratu Langit merahasiakan masalah hilangnya Feng Qian, setelah melawan Naga Iblis Long Mo, dari Raja Langit. Setiap kali ditanya, ia, juga Putra Mahkota Langit Feng Yun, dan Dewa Perang Yue Yuan akan menjawab hal yang sama. "Feng Qian sedang menjalani latihan yang cukup penting, untuk persiapan menghadapi bencana langitnya," kata Ratu Langit, pada suatu hari, ketika Raja Langit berkunjung ke Istana Xi Wu, dan membahas ini. "Latihan seperti apa memangnya? Ini hampir seribu tahun lamanya, aku tidak melihat putriku sendiri." Raja Langit mengeluh, karena merindukan sang anak bungsu. "Yang Mulia, Anda tentu tahu sendiri, menerima bencana Langit bukan sesuatu yang mudah. Petirnya begitu dahsyat menyakitkan. Jika tidak memiliki pertahanan yang kuat, bisa melukai jiwa murni." Ratu Langit berusaha mencari alasan yang masuk akal, supaya bisa diterima oleh sang raja. "Aku akan meminta Yue Yuan memberinya libur sebentar," kata Ra