/ Fantasi / Legenda Pendekar Biru / BAB 8 Tabib Jenius

공유

BAB 8 Tabib Jenius

작가: Pujangga
last update 최신 업데이트: 2025-07-12 11:12:16

Mereka heran entah mengapa Ki Kali membawa dua orang bocah ke sana, tidak mungkin bocah-bocah itu adalah tabib karena biasanya seorang tabib sudah memiliki usia lanjut.

“Salam Ki,” ke 4 pendekar langsung membungkuk hormat.

“Kau tidak perlu sungkan, Jandra. Kalian juga,” ucap Ki Kali kepada mereka.

“Ma-maaf Ki, Si-siapa kedua anak ini?” tanya pendekar bernama Jandra.

Jandra adalah abdi setia yang sudah menemani Ki Kali selama pulahan tahun sehingga berani berbincang dan menanyakan siapa Lintang.

“Hahaha, dia adalah tabib muda yang akan memeriksa, putraku,” ungkap Ki Kali membuat ke 4 pendekar disana langsung melebarkan mata terkejut.

“Ta-ta--tabib? A-apa anda tidak salah, Ki?” tanya Jandra ragu.

Dia mengira Ki Kali sudah stres karena terlalu memikirkan kondisi putranya.

“Hahahahahaha, tentu saja tidak. Kalian akan tahu jika sudah melihat hasilnya. Cepat buka pintu,” jawab Ki Kali seraya memberi perintah.

Tidak berani membangkang perintah tuannya, Jandra pun lantas segera membuka pintu.
이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
잠긴 챕터

최신 챕터

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 248 Perang Besar bagian 14

    Keadaan bertambah genting saat salah satu cacing raksasa berhasil menerobos dinding perisai.Sementara dasar batu juga sudah mulai mengalami keretakan karena terus dihantam oleh cacing yang lain dari dalam tanah.Sedangkan energi semua pasukan sudah mencapai batas sehingga mereka tidak mampu lagi mengalirkan energi.Prabu Kancradaka bersama semua pasukannya segera melesat menahan pergerakan cacing yang tadi masuk.Mereka sekuat tenaga memegang setiap duri pada tubuh cacing tersebut agar tidak bergerak memangsa para pasukan.Sakit? Tentu saja terasa amat sakit karena duri-duri cacing raksasa sangat tajam membuat telapak tangan semua pasukan bangsa Yada seketika robek mengucurkan banyak darah.“Sial! Bertahanlah semua!” teriak prabu Kancradaka dengan bahasanya.Tapi seakan tidak berguna, semakin lama, genggaman tangan mereka semakin memudar seiring kulit telapak tangannya terkelupas digerus duri-duri cacing raksasa.Semua orang sangat panik menyaksikan itu, sementara mereka tidak memili

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 247 Perang Besar bagian 13

    Dorongan tekad yang kuat demi ingin terlepas dari kata beban membuat putri Widuri kehilangan akal sehatnya.Sementara godaan hasrat yang begitu mempesona membuat Lintang lupa diri terhadap etika seorang pendekar.Dia bahkan lupa dengan usia Kusha yang masih remaja sehingga tragedi hitam pun terjadi tidak mampu dielakan.Jerit teriakan kesakitan putri Widuri menandai tertembusnya kesucian diri, membuat dua insan tenggelam pada kenikmatan semu yang tidak akan terlupakan.Darah dari dinding selaput dara menjadi saksi bisu terjamahnya jurang cinta yang dangkal, menjadikan jalan bertemunya dua energi yang kini menjadi saling menyatu.Setelah itu, permainan indah pun dimulai bahkan sampai berkali-kali hingga keduanya berakhir lunglai di dalam genangan bening kenikmatan.Energi asing bergejolak di dalam inti tubuh putri Widuri, begitu juga Lintang. Namun keduanya tidak mampu bergerak terbaring saling berpegangan tangan.“Ma-ma—maafkan aku,” ucap Lintang lirih menyesali apa yang diperbuatnya.

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 246 Perang Besar bagian 12

    “Heeeuuuug! Aaaah!”Lintang bangkit dari pingsannya, membuat putri Widuri sangat bahagia.Gadis itu langsung memeluk Lintang penuh haru, dia menangis lirih di dada Lintang, bersyukur Lintang tidak jadi mati.“Aku baik-baik saja Widuri, sudahlah,” Lintang membelai lembut rambut putri Widuri untuk menenangkannya.“A-a—aku takut kehilanganmu Ku-kusha,” air mata putri Widuri berderai membasahi dada Lintang.“Setiap mahluk pada akhirnya akan hilang, Widuri. Kau harus tahu itu,” ucap Lintang.“Ta-tapi aku tidak mau,” putri Widuri menggeleng.“Hihihihihi, maka kau akan terus terjebak dalam rasa khawatir,” Lintang terkekeh.Mendengar itu, putri Widuri langsung melepaskan pelukannya. Dia menatap tajam mata Lintang sebelum kemudian menggeleng sembari berkata “Biarkan saja, aku lebih baik selalu mengkhawatirkanmu dari pada kehilanganmu.” Tegasnya.“Haih dasar gadis keras kepala,” Lintang juga malah ikut menggeleng.“Ka-kau menyebalkan Kusha,” ketus putri Widuri.Lintang hanya tersenyum mendengar

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 245 Perang Besar bagian 11 (Siluet Bencana Masa depan)

    Di dalam sebuah ruangan berbau asam, putri Widuri menangis sejadi-jadinya.Dia mengguncang-guncangkan tubuh Lintang meminta pemuda itu bangun. Namun setelah sekian lama, Lintang tetap tidak bergerak sementara darah dari punggungnya terus mengalir membasahi lahunan putri Widuri.“Kusha, cepat bangunlah! Jangan tinggalkan aku sendiri,” lirih putri Widuri.Sedangkan seruling surga telah kembali kebentuk semula, dia terletak di sisi putri Widuri seperti seruling bambu biasa.Perut cacing raksasa begitu sangat luas, tapi hampir semua permukaannya berupa kolam cairan. Sementara dinding ujung berut makhluk tersebut tidak terlihat karena tertutupi asap tebal yang berasal dari dasar kolam.Putri Widuri dan Lintang saat ini sedang berada di salah satu atap bangunan yang belum hancur.Atap itu terbuat dari kayu sehingga mampu mengambang. Tetapi putri Widuri tidak tahu entah terbuat dari kayu apa di mana kayu-kayu lain tetap hancur tenggelam ke dalam kolam.Terlebih mana mungkin putri Widuri pedu

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 244 Perang Besar bagian 10

    Panglima Siahan dan Hala dengan cepat beradu punggung karena tidak tahu entah akan dari sisi mana panglima Alpere menyerang mereka.“Hahahahaha, bodoh! Mati kau sialan!” tawa panglima Alpere terdengar lantang dan arahnya datang dari atas.“A-apa? Sial!” panglima Siahan dan Hala sama-sama mengumpat tidak percaya.Mereka serentak menyilangkan senjata berniat menahan serangan lawan. Tetapi keduanya melakukan itu sembari menutup mata karena tidak yakin akan selamat.“Hahahahahaha, jurus tapak peremuk jagat! Matilah!” panglima Alpere meluncur cepat berniat menghantam tubuh panglima Siahan dan Hala dengan jurus tertingginya.Tubuh lelaki itu memancarkan cahaya merah dengan aura membunuh yang sangat pekat.Tidak ada yang pernah selamat dari jurus tersebut bahkan jika pendekar tingkat tinggi sekali pun membuat panglima Siahan dan Hala tidak memiliki kesempatan.Wush!Panglima Alpere semakin mendekat, dia sangat yakin bahwa dirinya akan mampu menghabisi panglima Siahan dan Hala dalam satu sera

  • Legenda Pendekar Biru   Bab 243 Perang Besar bagian 9

    Deg!Jantung Prabu Mangkukarsa dan Raja Manggala seakan terhenti ketika mendapatkan informasi memilukan tentang Lintang.Terlebih Lintang gugur bersama putri Widuri, bahkan Adipati Agung Triat Mojo juga sampai jatuh berlutut lemas hingga hampir terkena tebasan musuh.Beruntung di sana masih ada panglima Kuncoro yang melindunginya.Sesaat Prabu Mangkukarsa kehilangan harapan dan ingin rasanya pasrah menerima kekalahan.Namun Raja Manggala kembali menguatkannya dengan mengatakan bahwa Kusha sudah berjuang mati-matian membela kerajaan, dan sekarang ketika dia gugur pemilik kerajaan tersebut malah akan menyerah? Ini sungguh hal bodoh karena menyia-nyiakan pengorbanan Kusha.Tidak ada yang tidak bersedih ketika pemimpin tertinggi pasukan gugur, terlebih dia adalah orang yang telah beberapa kali berjasa menyelamatkan kerajaan.Namun jangan pernah jadikan kesedihan itu sebagai alasan untuk menyerah karena gugurnya Kusha juga demi keberlangsungan perjuangan pasukan.Raja Manggala malah sampai

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status