Share

Bab 17 Flashback 3

"Nis, jangan terlalu gak peduli gitu. Tante Rini bilang, kalau Prana sudah pulang dari tugasnya, akan segera melamarmu dan langsung akan menentukan tanggal pernikahannya."

Ganis meloncat dari tempat duduknya, tanpa sadar matanya melotot pada ibunya.

"Ibu ... Ini namanya pemaksaan! Ganis gak suka dengan cara ibu seperti ini." katanya bernada tinggi. Dengan air mata yang sudah mengambang di pelupuk mata. Ini klimaks dari kekesalannya selama ini, yang ia sudah merasa disabar-sabarkan.

"Bukan Ibu yang menentukan, Nduk. Tapi eyang yang sudah memutuskannya. 'Jangan dilama-lamain, mumpung eyang masih sehat,' katanya begitu. Jadi, eyang bisa menyaksikan cucunya menikah. Nanti saat lamaran, mereka akan datang ke sini." Dengan wajah melas, Naning berusaha meredakan rasa marah anak gadisnya. Tangannya masih sibuk melipat baju yang baru diangkat tadi, dari jemuran.

Tubuh Ganis kembali dihempaskan ke kursi yang tadi diduduki. Wajahnya masih berurai air mata yang belum sempat dihapus.

Terbayang tu
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status