Bab 4

Padahal kamu yang berlutut di depan ayahku dan bersumpah akan memperlakukanku dengan baik seumur hidup, barulah Ayah setuju untuk berinvestasi.

Aku pun menghela napas, berbalik dan pergi. "Karena kamu menganggap ini sebagai pemaksaan balas budi, mari kita batalkan pernikahan ini."

Saat pintu tertutup, di balik pintu terdengar suara pertengkaran yang hebat.

Jalan layang di Kota A macet seperti biasa. Aku melihat foto pre-wedding kami di layar besar dan merasa sangat ironis.

Tiga pesan muncul di ponselku.

[Tania, jangan marah lagi. Gaun pengantin sudah aku suruh cuci bersih dan kirim ke rumah. Besok kamu kenakan gaun yang aku buat dengan cantik dan nikahi aku.]

[Besok aku sudah memanggil semua media besar, semua ini untuk mendokumentasikan momen penting penyatuan dua keluarga kita.]

[Tania, aku nggak akan langgar janji saat usia 18 tahun.]

Aku dengan tenang mencabut kartu SIM, lalu melemparkannya ke luar jendela mobil.

Dibuang bersama kenangan usia 18 tahun.

Besok aku memang akan hadir, tapi tidak untuk menikah dengan Jason.

...

Di hari pernikahan, Jason mendengar suara wanita mekanik dari ujung telepon, dia pun menekan puntung rokok dengan kesal.

Dia tidak bisa menghubungi nomor yang selalu langsung diangkat itu lagi.

"Tania nggak angkat teleponku lagi."

Dia menggulir halaman panggilan, dan nomor yang familier itu telah meneleponnya 99 kali tanpa jawaban.

Itu adalah hari saat Jason menemani Zoe mengambil foto pre-wedding.

Saat itu Zoe menangis memohon pada Jason, mengatakan bahwa dia akan segera pergi ke luar negeri, jadi ingin mengambil beberapa foto sebagai kenang-kenangan.

Mengenakan gaun pengantin yang Jason buat juga berarti telah menikahi Zoe.

Jason memandangi wajah yang 70% mirip dengan Tania itu, sejenak dia teringat kembali ke usia 18 tahun, saat dia bersumpah untuk menikahi Tania.

Namun, kenapa orang yang berfoto pre-wedding dengannya di gunung pada akhirnya bukan Tania?

Zoe dengan cepat merasakan emosi Jason, dia pun segera menunjukkan video langsung dari mobil pengantin.

"Pak Jason, lihat, Kak Tania sudah naik mobil pengantin."

"Mungkin saja dia nggak bawa ponselnya?"

Jason melihatku di video, mengenakan gaun pengantin putih bersih, tersenyum sambil menunduk. Ada kegembiraan di mataku yang sudah lama tidak dia lihat.

Dia entah mengapa merasa lega, dan sudut mulutnya terangkat tanpa sadar. "Mungkin saja."

Tidak peduli apa yang telah Jason lakukan sebelumnya, setelah hari ini, Jason pasti akan memberikan kompensasi yang baik kepada Tania.

Wajah Zoe memucat, dia mengklik video lain yang dikirim oleh asisten.

Dalam video, di sampingku duduk seorang pria berwibawa dan dingin, dengan lembut menyisir rambut-rambut halus di pelipisku.

Dia diam-diam menggertakkan gigi. "Nggak mungkin... pasti salah lihat, kok bisa Tania bersama orang itu… "

Media di pintu masuk aula berkerumun, kilatan lampu membuat mataku sakit.

"Nona Tania, kudengar gaun pengantin yang Anda kenakan dirancang sendiri oleh Pak Jason, sungguh cinta yang sedalam lautan!"

"Di saat Grup Ladi sedang genting, Keluarga Yamono dengan murah hati kasih investasi 2 triliun. Apa ini murni perasaan pribadi Nona Tania, atau dari sudut pandang investasi?"

"Apa pendapat Anda tentang pernikahan terbaik sepanjang masa hari ini?"

...

Aku dengan lembut menyingkirkan mikrofon media dan berjalan lurus menuju tengah aula.

Jason menoleh mendengar suara itu. Saat melihatku, gelas anggur di tangannya jatuh berkeping-keping.

Suaranya bergetar tidak terkendali, "Tania, kok kamu nggak pakai gaun pengantin yang aku buatkan untukmu? Gaun yang kamu kenakan itu dibuat siapa? Kok aku nggak pernah melihatnya?"

Aku mengabaikan tatapan panik Jason, berbalik dan merebut mikrofon pembawa acara.

Di depan kamera, aku tersenyum indah.

"Mohon maaf hadirin sekalian, hari ini aku mewakili Grup Yamono di sini untuk mengklarifikasi… "

"Yang disebut investasi 2 triliun itu, sama sekali nggak benar!"